Diakui atau tidak, gerakan yang mengatasnamakan “Rabu Biru” mulai mewabah di kalangan profesional muda. Tak hanya di Jakarta saja, setiap Rabu terutama di Surabaya dan Sidoarjo maraknya kemeja biru dikombinasi celana krem semakin tak terbendung.
Gaya Sandiaga Uno yang selalu mengenakan kemeja biru dikombinasi celana krem begitu menyedot perhatian publik. Kemeja biru selalu digunakan Sandi mulai saat pengumuman, pendaftaran ke KPU sebagai Cawapres Prabowo Subianto menjadi daya tarik.
Bahkan, saat sowan ke beberapa tokoh-tokoh penting seperti ulama maupun politisi. Sandi menyebut, warna biru sebagai simbol pekerja, filosofi warna biru dan krem dari gerakan Rabu Biru adalah elegan, dan percaya diri.
Mereka melakukan demokrasi sejuk dengan Sandi sebagai figur magnitude (besarnya) suara, khususnya pada segmen milenial dan emak-emak. Rabu Biru adalah sebuah gerakan yang elegan beridiom perubahan untuk Indonesia lebih baik lagi.
Rabu Biru dimotori 7 sayap paslon Prabowo Subianto – Sandiaga Uno (PADI). Yakni: Laskar Prabowo Indonesia (Ketum: Saimy Saleh), Bersama Prabowo Sandi – BPAS (Ketum: Henk Mahendra), dan Relawan BY (Buni Yani).
Ada juga Sandi Uno Community Milenial PS (Iwan), dan Melati Putih Indonesia (MPI) yang ketuanya Vivi Sumanti, serta Japri (Jaringan Pribumi) pimpinan Muhadi sekaligus inisiator gerakan.
Sederhana, tapi gerakan Rabu Biru kini semakin nyata, dan dilandasi “rasa” yakni adanya perubahan untuk Indonesia lebih baik lagi. Menginginkan adanya pergantian presiden 2019 nanti.
Gerakan ini sangat berbeda dengan “the power emak-emak” yang dimotori Neno Warisman, beda pula dengan gerakan “Ganti Presiden” berbasis 212 yang sangat kental ada unsur Partai Keadilan Sosial (PKS).
Rabu Biru adalah gerakan kampanye yang sejuk, damai, berkarakter dan mempunyai magnet yang begitu besar di masyarakat. Bagaimana tidak? Barisan emak-emak selama ini sepertinya kurang tergarap adalah segmen terbesar pemilik suara.
Kaum milenial dan segmen anak muda (17-34 tahun) adalah 44% pemilik suara pada Pilpres 2019, dan ini menjadi target utama gerakan Rabu Biru.
Di Kota Surabaya, puluhan emak-emak militan yang terjaring gerakan Rabu Biru melakukan aksinya dengan nonkrong di mall-mall maupun foodcourt. Sebab, pada Rabu ini, 17 Oktober, bertepatan dengan hari ulang tahun Capres Prabowo Subianto yang ke 67.
Barisan emak-emak yang dikoordinatori oleh Trisusanti, kader Gerindra melakukan aksi damai dan spontanitas dengan berbagi kue ultah bergambar Prabowo. Tujuan Perayaan ini adalah sebagai bentuk doa dan dukungan terhadap capres Prabowo Subianto.
“Iya ini adalah bentuk doa dan dukungan kami Ibu-Ibu dari Surabaya agar Prabowo Subianto selalu sehat, panjang umur, semua urusan dapat dimudahkan oleh Allah SWT dan harapan terbesarnya Pak Prabowo Bisa menang pada Pemilihan Preaiden di 2019 akan datang dan bisa memimpin Indonesia lebih baik lagi,” jelas Trisusanti.
Tak hanya sekedar nongkrong dan kongkow bersama. Di Sidoarjo, Gerakan Rabu Biru Jatim yang diinisiasi Catur Prasetya menggelar diskusi kecil dengan mengumpulkan simpul-simpul dari elemen ulama se-Sidoarjo, akademisi, relawan, pengusaha bahkan petani tambak.
Mereka sepakat serta menyatakan sikap untuk mengawal dan memenangkan paslon nomer urut 2, Prabowo Subianto – Sandiaga Uno. Menurutnya, gerakan Rabu Biru ini berorientasi tentang adanya perubahan politik: pergantian kepemimpinan nasional pada Pilpres 2019.
Gerakan ini berbasis rasa yang mempunyai visi dan misi yang sama untuk Indonesia lebih baik lagi akibat ketidakpuasan akan pemerintahan Presiden Jokowi dalam bidang ekonomi dan hukum.
“Gerakan Rabu Biru adalah gerakan untuk demokrasi sejuk. Kami yakin yakin Prabowo – Sandi bisa menjadi “Sang Pembebas” dari masalah ekonomi yang kini dihadapi rakyat Indonesia,” ujar Catur kepada Pepnews.com.
“Kaum milenial generasi biru yang independen, emak-emak, dan profesional muda yang akan menjadi target utama untuk mengawal serta memenangkan Prabowo – Sandi,” lanjutnya saat menggelar diskusi di Rumah Makan Asap-Asap, Sidoarjo, Rabu (17/10/2018).
Catur menegaskan, Prabowo – Sandi dianggap figur yang tegas untuk membawa Indonesia lebih baik lagi, dan yakin bahwa publik saat ini butuh figur tegas, santun, dan pro akan nasib rakyat kecil.
Meski menurut opini publik lewat polling (“sure pay”) seolah-olah paslon Joko Widodo – Ma’ruf Amin leading jauh sekitar 50% daripada Prabowo – Sandi yang mencapai 30%, serta undecided voter (pemilih yang belum menentukan) sebesar 20% padahal sudah tiga minggu masa kampanye.
“Yang membuat saya geli kemana suara di medsos yang mencapai ratusan juta menginginkan 2019 ganti presiden? Tentu cipta kondisi itu dilakukan dengan tidak obyektif karena bisa jadi perusahaan riset/polling sudah bagian dari elemen kampanye,” ungkap Catur.
Pencitraan capres petahana Jokowi telah banyak dilakukan lewat fasilitas negara mulai dari Asian Games, Asian Para Games dan kenduri besar IMF–WB (International Monetary Fund – World Bank). “Terus apa yang didapat rakyat Indonesia saat ini dibandingkan biaya yang sudah dikeluarkan?” pungkasnya.
Imbangi Media Petahana
Gerakan Rabu Biru setidaknya bisa mengimbangi media mainstream yang nyaris 100 persen “dikuasai” capres Jokowi. Terpilihnya Erick Thohir sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi – Ma'ruf tak lepas dari posisinya selaku pengusaha media.
Jokowi menyinggung posisi itu ketika mengumumkan nama Thohir di Posko Pemenangan Rumah Cemara, Jakarta, Jumat (7/9/2018). Menurutnya, Erick memang dipilih salah satunya karena faktor kesuksesan mengelola bisnis, tak hanya media, tapi juga klub olahraga.
“Beliau adalah pengusaha sukses, memiliki media, klub sepak bola, klub basket, dan memiliki lain-lainnya,” ujar Jokowi. Sebagai pengusaha, Erick mendirikan dan memiliki Mahaka Group.
Konsorsium perusahaan itu memiliki empat media daring, empat media cetak, dan empat media berbasis broadcasting. Beberapa diantaranya, Jak TV, Gen FM, Harian Republika, Parents Indonesia, hingga Republika.co.id.
Erick juga tercatat memiliki saham di sejumlah klub sepak bola dan basket. Saham Erick di klub basket ada di Philadelphia 76ers (NBA), klub Satria Muda, dan Indonesia Warriors (ABL). Pada sepakbola, Thohir memiliki saham di klub DC United (AS), Internazionale Milan (Italia), dan Persib Bandung.
Keberadaan Erick Thohir di TKN Jokowi – Ma'ruf memperpanjang daftar pengusaha/pemilik media yang ada di kubu petahana.
Sebelum Thohir bergabung, sudah ada Hary Tanoesoedibjo, Ketua Umum Perindo yang juga menguasai jaringan MNC Media. Ia pemilik resmi RCTI, Global TV, Koran Sindo, Okezone, INews TV, dan sejumlah media elektronik lain.
Di sana juga ada Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem sekaligus pimpinan Media Group yang membawahi merek seperti Media Indonesia dan Metro TV dengan bos besarnya James Riady (Lippo Group) yang terimbas kasus Meikarta.
“Penguasaan” media dilakukan pula oleh Presiden Jokowi usai menghadiri puncak Hari Pers Nasional (HPN) 2018 di Kota Padang, Sumatera Barat, Jum’at (9/2/2018). Presiden Jokowi mengadakan pertemuan terbatas dengan 8 pimpinan dan pemilik media nasional.
Dalam pertemuan yang berlangsung di Hotel Mercure Padang itu antara lain dihadiri Dahlan Iskan (Jawa Pos Group), Suryo Pratomo (Metro TV), Don Bosco Salamun (SCTV), James Riady pemilik sejumlah media dan pengusaha.
Lalu, Primus (Suara Pembaharuan), Bambang Harimurti (TEMPO), dan Ardiansyah (Radar Lampung Group). Keberadaan pimpinan dan pengusaha media di Jokowi – Ma'ruf membuat hampir semua media elektronik dan TV sudah “dikuasai” paslon tersebut.
Melansir Tirto.id, Sabtu (8/9/2018), penguasaan itu dinilai bisa berdampak buruk bagi publik, demikian menurut peneliti pusat studi media dan komunikasi Remotivi, Muhamad Heychael. Ia mengatakan publik bisa merugi karena sangat mungkin mendapat informasi yang timpang.
Heychael memprediksi berkumpulnya pengusaha media di kubu Jokowi – Ma'ruf membuat publik susah mendapat berita yang punya perspektif kritis. “Ini yang paling menakutkan. Buruk buat demokrasi,” ujar Heychael kepada Tirto.id, Sabtu (8/9/2018).
Di sinilah Rabu Biru hadir guna menghimbangi penguasaan media mainstream oleh Jokowi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews