Pemerintah Optimal Menghadapi Kasus Hepatitis Akut

Sabtu, 7 Mei 2022 | 23:23 WIB
0
95
Pemerintah Optimal Menghadapi Kasus Hepatitis Akut
Prokes mudik


Oleh : Lisa Pamungkas 


Pemerintah optimal dalam mengantisipasi penyebaran penyakit hepatitis akut yang saat ini menjadi perhatian badan kesehatan dunia (WHO). Masyarakat juga diminta untuk tetap menaati protokol kesehatan untuk mencegah penularannya.


Pandemi belum selesai tetapi sudah ada penyakit baru yakni hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya. Penyakit ini berbeda dari hepatitis A atau hepatitis B, dan sudah ada lebih dari 170 kasus dari 12 negara, sehingga ditetapkan sebagai kejadian luar biasa oleh WHO (world health organization).

Masyarakat harus makin waspada menghadapinya karena mayoritas pasiennya adalah anak-anak dan pemerintah berusaha optimal mengatasinya.


Ciri-ciri terkena hepatitis akut ini adalah sakit perut, gejala kuning, kejang, muntah-muntah, dan diare. Juru Bicara Vaksinasi Kementrian Kesehatan Dokter Siti Nadia Tarmidzi menyatakan bahwa jika anak-anak mengalami gejala tersebut, maka harus segera dilarikan ke Rumah Sakit. Dalam artian, jika terlambat sedikit saja akan fatal akibatnya karena bisa mengancam nyawa mereka.
Dokter Siti Nadia melanjutkan, untuk mencegah penularan hepatitis akut maka harus tetap menaati protokol kesehatan. Jangan bertukar alat makan dan hindari kontak dengan pasien. Makanan juga harus dihidangkan dalam keadaan matang dan bersih. Dalam artian, protokol kesehatan seperti memakai masker dan mencuci tangan ternyata tak hanya ampuh melawan corona, tetapi juga penyakit lain seperti hepatitis.
Untuk mengatasi hepatitis akut maka pemerintah sedang melakukan investigasi agar mengetahui penyebabnya. Caranya dengan pemeriksaan panel virus secara lengkap. Setelah investigasi selesai maka akan diketahui penyebabnya sehingga masyarakat bisa menghindarinya.
Jika penyebabnya sudah ditemukan maka pemerintah akan mensosialisasikannya sehingga makin banyak rakyat yang paham dan berperilaku hidup sehat. Juga tetap taat pada protokol kesehatan meski nanti pandemi dinyatakan selesai. Kemudian, akan dilakukan riset lagi agar vaksinnya ditemukan sehingga bisa mencegah perluasan hepatitis jenis baru ini.
Sementara itu, Ketua Umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dokter Mohammad Adib Khomaidi, SpOT meminta pada seluruh organisasi profesi medis di bawah IDI, para dokter dan tenaga kesehatan lainnya, untuk mewaspadai gejala hepatitis akut ini. Baik pada pasien anak-anak maupun dewasa.
Kejadian luar biasa memang wajib diwaspadai karena jika tidak dihadapi secara cermat, akan membuat kematian massal. Oleh karena itu wajar jika Dokter Adib meminta para dokter untuk lebih cepat tanggap dan care pada pasien hepatitis akut. Terutama bagi pasien anak-anak.
Para tenaga kesehatan bekerja keras membantu pemerintah dalam menangani kejadian luar biasa ini. Para pasien hepatitis jenis baru wajib diperhatikan lebih karena kondisi fisik mereka yang amat lemah. Para dokter dan perawat berusaha keras agar mereka lekas sembuh dan cepat selesai opnamenya.
Penyakit hepatitis menyerang liver (hati) sehingga wajar jika pasiennya mengalami gejala kuning, karena organ dalamnya bermasalah. Untuk mencegah timbulnya penyakit hepatitis akut maka selain masih disiplin dalam protokol kesehatan dan memakai masker, maka juga wajib bergaya hidup sehat.
Lebih baik mengkonsumsi makanan rumahan karena lebih higienis. Lagipula jika membawa bekal, tidak akan bertukar sendok dengan orang lain sehingga aman dari serangan hepatitis. Masyarakat juga diimbau untuk lebih banyak mengkonsumsi air mineral, buah, dan sayur-sayuran. Juga berolahraga secara teratur, minimal seminggu sekali.
Hepatitis akut yang menjadi kejadian luar biasa membuat pemerintah berusaha optimal mengatasinya. Caranya dengan sosialisasi ciri-cirinya dan pencegahannya. Selain itu masyarakat juga diminta untuk menaati protokol kesehatan dan bergaya hidup sehat. Anak-anak juga dibiasakan untuk membawa bekal untuk mengurangi resiko penularan hepatitis jenis baru ini. Masyarakat pun diminta tidak panik dan selalu mengikuti imbauan Pemerintah untuk mencegah penularan kasus tersebut.

)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute