Reformulasi Latihan Kader, Revitalisasi Cita Akademis ke Tata Kelola Perkaderan

Senin, 29 Maret 2021 | 02:04 WIB
0
197
Reformulasi Latihan Kader, Revitalisasi Cita Akademis ke Tata Kelola Perkaderan
HMI (Koleksi Kalaliterasi)

Semasa bersilaturahmi ke kanda Prof. Qasim Mathar beliau memesankan untuk tetap menggunakan “kompas” akademis sebagai panduan utama dan pertama.

Olehnya, ini dapat dimaknai bahwa pemutakhiran perkaderan menjadi sebuah keperluan. Pada saat yang sama, ini juga sudah waktunya menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

Sebelum lebih jauh, ada juga pertanyaan “kak, tidak efektif menggunakan media daring untuk perkaderan”.

Saya hanya menjawab bahwa belajar memasak saja, bisa melalui televisi. Demikian pula Lemhanas yang diantara muatan materinya adalah doktrin, tetap dapat menggunakan media online.

Begitu pula kita bisa melihat Khairul di Pinrang, belajar merakit pesawat menggunakan video Youtube.

Jadi, apa pasal sehingga perkaderan tidak bisa dijalankan dengan media daring?

Satu hal lagi, kita bisa saksikan kegiatan kampung NDP ataupun Latihan Kader di Cabang Parepare menggunakan media daring.

Bagi materi yang memungkinkan untuk diperkaya ataupun dengan pembobotan melalui pelbagai sarana daring, tetap dimungkinkan.

Saya Kembali ke soal “kompas” tadi.

Karakteristik insan cita dimulai dengan akademik. Begitupun status keanggotaan HMI dimulai dari mahasiswa.

Maka, status mahasiswa bukan lagi dengan kartu anggota semata. Tetapi juga perlu pengecekan pada forlap dikti. Dimana mahasiswa aktif dapat ditelusuri disini.

Jangan sampai, ada kader HMI yang kemudian ditunjuk menjadi ketua umum di tingkatan tertentu kepengurusan sudah tidak aktif lagi, bahkan cuti sebagai mahasiswa.

Ini bisajadi kehilangan “kompas” tadi.

Kalaupun LK tetap dilaksanakan sebagaimana “pakem” yang ada, maka sudah saatnya perlu follow-up ataupun tindak lanjut dengan pelbagai metode.

Media daring akan sangat memungkinkan untuk dilakukan penguatan materi. Sekaligus juga menabalkan jejak digital.

Dari perkaderan dapat dicapai target-target pragmatis. Diantaranya keberadaan materi untuk laman website.

Dalam Milad 73 tahun HMI pada 2019 lalu, dimana dilaksanakan di Sungguminasa. Saya mengakhiri kesempatan bersuara dengan kalimat pertanyaan “adamikah website-nya komisariat?”.

Sepanjang 2019 sampai awal 2021 kita belum bersama-sama mewujudkan itu. Padahal, laman website merupakan perangkat maklumat kelembagaan yang dapat digunakan.

Dalam pelaksanaan perkaderan juga, akan menjadi kesempatan saling menyapa antar komisariat. Di HMI Cabang Gowa Raya, tidak hanya komisariat Tarbiyah & Keguruan saja.

Begitu pula bukan dalam lingkup UIN Alauddin Makassar saja. Ini sebuah kesempatan untuk turut menyertakan komisariat lintas fakultas, dan juga lintas perguruan tinggi.

Baik dalam penugasan instruktur, maupun juga penceramah. Dengan demikian, ini akan menjadi ajang saling sapa antar komisariat, sekaligus mengenal senior lainya. Sehingga akan memberikan penguatan pada materi lintas bidang keilmuan. Sebagaimana yang dipahami bahwa universitas sesungguhnya bukan saja merupakan kompleks bangunan fisik, tetapi juga bangunan keilmuan yang beragam.

Selama ini, kemampuan berbicara ataupun retorika dari latihan kader yang diejahwantahkan selama dua dasawarsa HMI Cabang Gowa Raya sudah merupakan capaian pelaksanaan LK.

Namun, itu saja tidak cukup. Kemampuan menulis juga perlu dilatihan. Paling tidak, ada kesempatan kader-kader belajar lebih dari urusan mengartikulasikan ide melalui suara semata. Dimana tidak cukup untuk diarsipkan.

Begitu pula, memutakhirkan materi satu kesempatan tersendiri. Dimana sebelum LK, master of training (MoT) perlu membuat sebuah desain yang didalamnya termaktub capaian dan sasaran LK.

Tidak saja pada ranah kognitif, sehingga bukan metode ceramah saja. Tetapi juga perlu simulasi, dan juga kemampuan bekerja sama dalam sebuah kelompok kecil. Begitu pula kemampuan menerima pendapat orang lain. Dalam kelompok yang lebih besar, psikomotorik.

Sebagai sebuah komisariat dengan tradisi intelektual, paling tidak dengan gambaran namanya yang menyasarkan pada tarbiyah & keguruan, ada kesempatan untuk mewujudkan proses belajar di ruang-ruang kelas tarbiyah menjadi bentuk eksperimentasi di latihan kader.

Termasuk keragaman metode, dan juga pengembangan yang dapat dilakukan mulai dari strategi, pendekatan, dan sampai pada teknis.

Satu hal lagi, catatan Cak Anas jelang Kongres XXI Yogyakarta 1997 bahwa sudah saatnya kader HMI dilatihkan keahlian profesional. Ini bisa menjadi pesan, bahwa profesi yang paling dekat bagi anggota HMI adalah status kemahasiswaan itu sendiri.

Jika ini dibekali melalui latihan kader di komisariat, maka begitu menjadi kader umat dan bangsa usai menyelesaikan proses ber-HMI, akan mendekati kriteria kader paripurna.