Membaca Peta Pilkada Kabupaten Tasikmalaya 2020

Politik Tasikmalaya sedang menggeliat. Sudah tergambar peta kekuatan bakal calon. Pemaketan pasangan di Pilkada tak bisa dilepaskan dari pola komunikasi diantara level elit tingkat DPP.

Selasa, 17 Maret 2020 | 13:13 WIB
1
440
Membaca Peta Pilkada Kabupaten Tasikmalaya 2020
Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan Bupati tasikmalaya Ade Sugianto (Foto: Pikiran-rakyat.com)

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa pada tahun 2020 ini bangsa Indonesia akan kembali menggelar Pilkada serentak seluruh Indonesia. Data Komisi Pemilihan Umum, Pilkada Serentak tahun 2020 ini digelar di 270 daerah, terdiri atas 9 provinsi, 37 kota dan 224 kabupaten. Pelaksanaan pemilihannya dilaksanakan pada Hari Rabu, 23 September Tahun 2020.

Kabupaten Tasikmalaya termasuk salah satu Kabupaten dari 8 Kabupaten/Kota di Jawa Barat yang akan menggelar perhelatan Pilkada, memilih Bupati/Wakil Bupati periode 2021-2024 (hanya 3,5 tahun). Karena pada tahun 2024 sudah akan kembali Pilkada Serentak seluruh Indonesia serangkai dengan Pileg dan Pilpres.

Tentu saja, selama beberapa bulan terakhir ini, Kabupaten Tasikmalaya mulai hangat dengan pemberitaan seputar Pilkada, baik itu yang terkait dengan persiapan penyelenggaraan (KPUD, Bawaslu ), berhubungan dengan anggaran hibah dari Pemda dan juga rekruitmen penyelenggara dan pengawas di tingkat Kecamatan hingga tingkat Desa dan TPS.

Selain itu tentu saja kehangatan dimulainya komunikasi-komunikasi antar dan lintas elit partai politik lokal yang ada di Kabupaten Tasikmalaya, berhubungan dengan penjajagan koalisi yang akan di bangun, membuka kemungkinan kandidat dan paket calon yang akan di usung dan tentu saja mendiskusikan hal-hal strategis lainnya yang terkait dengan jalannya pemerintahan hari ini dan ke depannya.

Media mainstream lokal hampir setiap hari memberitakan geliat langkah-langkah politik bakal calon dan pertemuan elit parpol tersebut. Ditambah lagi, medsos juga timeline nya mulai berseliweran postingan-postingan yang ikut mensosialisasilan calon dukungannya dan mendiskusikan banyak hal seputar Pilkada.

Tulisan ini, hendak memotret dan menganalisa peta Pilkada dengan membaca pemetaan hasil Pileg, pemetaan kemungkinan koalisi, pemetaan kandidat dan peluang kemenangan yang kira-kira di peroleh oleh kontestan peserta Pilkada.

Peta Awal Politik Hasil Pileg 2019

Jika membaca hasil pileg 2019, konstelasi politik di Kabupaten Tasikmalaya. Dari 16 partai politik yang ikut kontestasi, hanya 8 partai yang berhasil mendudukan kadernya di DPRD Kab. Tasikmalaya. Mereka adalah Pertama, Partai Gerindra dengan perolehan suara sebesar 194.346 dan 9 kursi, Kedua, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memperoleh 138.397 suara dan 8 kursi, Ketiga, PDIP dengan 122.018 suara dan 6 kursi, Keempat, Partai Golkar memperoleh 116.937 suara dan 7 kursi, Kelima, PPP memperoleh 111.721 suara denganb 7 kursi, Keenam, Demokrat dengan memperolah 87.643 suara dan 5 kursi.  Ketujuh, PAN memperoleh 78.016 suara dengan 5 kursi. Kedelapan, PKS dengan 71.900 suara dan 3 kursi DPRD.  

Sementara sisanya berturut-turut, partai Berkarya memperoleh 25.658 suara, Nasdem `16.282 suara, Perindo 11,400 suara, PBB 10.083 suara, Garuda 2.944 suara, Hanura 2.027 suara,  PSI 939 suara dan PKPI 606 suara (sumber KPUD Kab. Tasikmalaya). Secara perolehan suara, berturut-turut.

Gerindra, PKB, PDIP, Golkar, PPP, Demokrat, PAN dan PKS. Khusus PDIP meskipun secara raihan suara menduduki urutan ketiga tapi perolehan kursinya hanya 6, kalah sama Golkar dan PPP yang memperoleh 7 kursi. Ini disebabkan karena raihan suara di dapil tertentu terlihat gemuk tapi di dapil tertentu tidak memenuhi kuota untuk mendapatkan kursi yaitu di dapil 3.

Jika di breakdown lagi pemetaan raihan suara di tiap dapil, maka kita akan menemukan data sbb: Pertama, Dapil 1 yang meliputi Singaparna (dimenangkan PKB dengan 6.702 suara), Mangunreja (dimenangkan PDIP dengan 3.598 suara), Tanjungjaya (dimenangkan PKB dengan 9.798 suara), Sukarame (dimenangkan PKB dengan 11.753 suara), Cigalontang (dimenangkan PPP dengan 6.741 suara), Sariwangi (dimenangkan Demokrat dengan 4.189 suara).

Kumulatif dapil 1 PKB memperoleh 38. 834 suara, Gerindra 21.437 suara, PDIP 16.812 suara, PPP 16.596 suara, Golkar 16.592 suara, Demokrat 15.592 suara, PAN 14.971 suara, PKS 10.507 suara. Jadi di dapil ini PKB menjadi partai yang mendominasi perolehan suara dan mendapatkan 2 kursi di DPRD Kab. Tasikmalaya. Sudah 2 kali pemilu, 2014 dan 2014 PKB merajai kontestasi di Dapil 1 ini.

Untuk peta Hasil Pemilu di Dapil 2, Kecamatan Padakembang di menangkan oleh Gerindra dengan 6.948 suara, Leuwisari juga Gerindra dengan 5.563 suara, Sukaratu dimenangkan PDIP dengan 5.747 suara, Cisayong dimenangkan PDIP dengan 7.265 suara, Sukahening dimenangkan PDIP dengan 6.697 suara, Rajapolah PDIP dengan 5.253 suara. 

Meskipun 4 dari 6 kecamatan di dapil 2 ini di menangkan PDIP, Secara kumulatif Dapil 2 ini dimenangkan oleh Gerindra dengan perolehan 32.247 suara, kemudian PDIP sebesar 31.283 suara, Demokrat 13.415 suara, PKB 12.182 suara, PPP 12.014 suara, PKS 11.699 suara dan Golkar 10.875 suara. Di dapil ini pula PDIP kehilangan 1 kursi dari yang tadinya 2 kursi.

Sementara untuk Dapil 3, Kecamatan Jamanis dimenangkan Golkar dengan 4.472 suara, Ciawi dimenangkan PAN dengan 5.929 suara, Kadipaten dimenangkan Gerindra dengan 4.983 suara, Pagerageung dimenangkan Gerindra dengan 5.430 suara, Sukaresik dimenangkan Golkar dengan 4.401 suara. Secara Kumulatif dapil 3, Gerindra memperoleh 20.404 suara, Golkar 16.974 suara, PPP 16.667 suara, PKS 15.297 suara, PKB 12.831 suara dan PAN 11.626 suara. Sementara PDIP yang kehilangan kursi di dapil ini raihan suaranya sebesar 10.088 suara. Di Dapil 3 ini pula PPP kehilangan 1 kursi, dari yang tadinya 2 kursi

Untuk Dapil 4, Kecamatan Salopa dimenangkan oleh Gerindra dengan 6.370 suara, Jatiwaras dimenangkan Gerindra dengan 7.533 suara, Cineam dimenangkan PKB dengan 5.871 suara, Karangjaya dimenangkan PKB dengan 2.506 suara, Manonjaya dimenangkan Gerindra dengan 6.591 suara, Gunungtanjung dimenangkan Gerindra dengan 3.947 suara. Gerindra menang di 4 Kecamatan dan PKB menang di 2 kecamatan.

Secara kumulatif dapil 4, Gerindra 27.814 suara, PKB 21.952 suara, Golkar 20.774 suara, PPP, 17.567 suara, Demokrat 11.721 suara, PDIP 10.515 suara, PAN 9.981 suara. Di Dapil ini, PPP kehilangan dominasi yang dari pemilu ke pemilu biasanya selalu memenangkan suara pileg dan menempatkan 2 kadernya di DPRD, pada Pileg 2019 kemarin PPP kehilangan 1 kursi.

Selanjutnya, untuk dapil 5, Karangnunggal dimenangkan Gerindra dengan 8.668 suara, Cikalong dimenangkan PAN dengan 9.982 suara, Pancatengah dimenangkan PKB dengan 5.017 suara, Cikatomas dimennagkan PKB dengan 6.720 suara. Dan kumulatif berturut-turut sesuai dengan parpol yang memperoleh kursi di DPRD, Gerindra 25.925 suara, PKB 20.500 suara, PPP 16.792 suara, PDIP 16.344 suara, Golkar 14.424 suara, PAN 13.701 suara, PKS 12.161 suara. Di Dapil ini Partai Demokrat yang pada pileg 2014 mendapatkan kursi, pada 2019 ini hilang dan di ganti oleh Gerindra.

Dapil 6, Kecamatan Sukaraja dimenangkan oleh Gerindra dengan 5.949 suara, Cibalong dimenangkan PDIP dengan 4.691 suara, Cipatujah dimenangkan Gerindra dengan 9.409 suara, Parungponteng dimenangkan Gerindra dengan 8.915 suara, Bantarkalong dimenangkan Gerindra dengan 4.968 suara, Bojongasih dimenangkan PKB dengan 2.729 suara, Culamega dimenangkan PPP dengan 5.060 suara.

Di dapil 6 ini 4 kecamatan dimenangkan Gerindra, 1 kecamatan PDIP, I kecamatan PKB dan 1 kecamatan PPP. Secara Kumulatif dapil yang memperoleh kursi DPRD, Gerindra memperoleh 37.167 suara dan menempatkan 2 caleg nya di DPRD, PKB 20.857 suara, PPP 20.231 suara, Golkar 18.718 suara, PDIP 17.705 suara, Demokrat 9.782 suara, PAN 9326 suara. Masing-masing memperoleh 1 kursi di DPRD.

Selanjutnya, dapil 7 Kecamatan Bojonggambir dimenangkan Gerindra dengan 7.476 suara, Sodonghilir dimenangkan Gerindra dengan 6.436 suara, Taraju dimenangkan Demokrat dengan 5.317 suara, Salawu dimenangkan Golkar dengan 9.016 suara, Puspahiang dimenangkan PDIP dengan 6.665 suara. Secara kumulatif dapil 7 dimennagkan Gerindra dengan 29.852 suara, PDIP 19.271 suara, Golkar 18.580 suara, Demokrat 18.116 suara, PPP 11.854 suara, dan PKB 11.241 suara. Di dapil 7 ini Gerindra juga menempatkan 2 calegnya di DPRD.

Secara umum, dari 39 Kecamatan yang ada di Kabupaten Tasikmalaya, Gerindra menang di 15 kecamatan, PKB menang di 8 kecamatan, PDIP menang di 7 kecamatan, Golkar menang di 3 kecamatan, PPP menang di 2 kecamatan, Demokrat menang di 2 Kecamatan dan PAN menang di 2 kecamatan.

Jika melihat peta hasil pileg 2019 ini, pertanyaannya adalah Apakah ada kemungkinan linear antara data awal hasil pileg ini dengan bacaan kemungkinan hasil pilkada nanti?. Jawabannya tentu bisa ya bisa tidak. Karena pileg 2019 kemarin terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya.

Salah satunya adalah factor coattail effek pilpres, antara parpol yang dalam Pilpres mendukung capres Jokowi atau Prabowo plus bumbu-bumbu yang menyertai di dalamnya, salah satunya adalah meledaknya “bom curah” dari godfather pengusaha transportasi sukses asal Tasikmalaya yang malang melintang di Jakarta, yang menurut kabar sebagaimana di lansir salah satu media online nasional terkemuka kompas.com mencapai angka 30 Milyar meliputi Kota/Kabupaten Tasik dan Garut yang kebetulan 2 orang anggota keluarganya maju ke DPRD Provinsi dan DPR RI melalui partai Gerindra. Bahkan dari dapil Jabar XI ini Gerindra berhasil mendudukan 3 orang di DPR RI.

Oleh karena itulah, apabila kita ingin membaca dan menganalisa bagaimana pengaruh Pileg 2019 dengan Pilkada 2020 di Kabupaten Tasikmalaya, maka mau tidak mau haru melihat propabilitas koalisi yang terbangun, kemudian siapa sosok figure yang di munculkan dari masing-masing kekuatan partai politik yang ada.

Membaca Arah Koalisi dan Sosok Kandidat 

Jika membaca pergerakan komunikasi lintas partai politik serta aktifitas sosok kandidat yang mulai melakukan lobby dan sosialisasi di berbagai media, baik langsung ke masyarakat maupun melalui alat peraga cetak, elektronik hingga memasang baligo dan banner di ruang outdoor, paling tidak kita membaca 4 peta kemungkinan bandul atau kutub koalisi parpol plus tentu saja calon dari perseorangan/independen.

Pertama, Bandul Koalisi PDIP, PPP dan PAN. Bandul koalisi ini sudah di deklarasikan paling tidak oleh DPP PDIP beberapa waktu yang lalu, dimana PDIP merekomendasikan paket calon Ketua DPC PDIP Kab Tasikmalaya yang juga petahana Bupati Ade Sugianto sebagai Cabup dengan Ketua DPC PPP Kab. Tasikmalaya Cecep Nurul Yakin sebagai Cawabup. Namun demikian DPP PPP nya belum mengeluarkan rekomendasi secara resmi terkait pengusungan cecep Nurul Yakin sebagai Bacawabup Petahana. Apakah tetap nama itu atau bergeser ke nama lain, Lina Marlina Ruzhan misalnya.

Sedangkan PAN di indikasikan ikut gerboang koalisi PDIP-PPP karena bentuk kompensasi dan komitmen lanjutan akan kesepakatan pengisian sisa jabatan wakil bupati periode 2016-2021 yang selama ini kosong dan di berikan kepada PAN dengan sosok Deni Ramdani Sagara, serta tentu saja meneruskan koalisi UU-Ade yang selama 2 periode PAN selalu ada di dalamnya.

Kedua, Bandul Koalisi Gerindra dengan sosok bakal calon yang dimunculkannya adalah Azies Rismaya Mahfud yang berasal dari Keluarga Besar Mayasari Group yang pada pileg 2019 menjadi pihak yang sangat besar kontribusinya bagi kemenangan Gerindra di Kota/Kabupaten Tasik serta Garut.

Meski bukan struktural partai Gerindra, Keluarga Besar Mayasari, dalam hal ini terutama sosok H Amir Mahpud (Adiknya Azies Rismaya Mahpud) memiliki pengaruh kuat dan sangat menentukan di Gerindra, karena factor kedekatannya dengan elit DPP Gerindra terutama dengan sang Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Sehingga komunikasi lintas partainya, meskipun sejauh ini tidak mengatasnamakan partai (masih mengatasnamakan keluarga Mayasari) namun pada kenyataannya amatlah identik dan sulit di pisahkan.

Dalam beberapa kesempatan, terkonfirmasi beberapa pertemuan elit parpol yang di inisiasi oleh H Amir Mahpud. Terakhir bertemu 6 ketua parpol tingkat Kabupaten Tasik yaitu Gerindra, PKB, Golkar, Demokrat, PAN dan PKS. Selain itu, menurut kabar yang santer beredar, pola komunikasi H Amir Mahpud ini sudah ke level DPW dan DPP beberapa partai politik yang dibidik untuk berkoalisi.

Paket pasangan yang beredar dari bandul koalisi ini yaitu memasangkan Azies Rismaya Mahpud sebagai Bacabup dengan Haris Sanjaya (PKB) atau Erry Purwanto (Golkar) sebagai Bacawabupnya dengan asumsi koalisi 5 parpol, minus PDIP dan PPP, PAN. Ini asumsi apabila terjadi paket koalisi besar sehingga memungkinkan head to head antara Petahana Ade Sugianto-Cecep Nurul Yakin (PDIP-PPP-PAN dengan Penantangnya paket Azis Rismaya Mahpud-Haris Sanjaya/Erry Purwanto (Gerindra-PKB-Golkar-Demokrat-PKS).

Ketiga, Bandul Paket Koalisi PKB-Golkar-Demokrat dengan paket pasangan calon yang di usung adalah H. Oleh Soleh-Iwan Saputra atau Iwan Saputra-Iip MF atau Lina Ruzhan-Iwan Saputra. Bandul ini asumsinya apabila Golkar rekomendasinya menguat ke sosok Iwan Saputra dan PKB menguat ke Oleh Soleh atau Iip Miftahul Faoz atau bahkan Lina Marlina Ruzhan.

Sementara Keempat, paket calon dari perseorangan yang sudah jelas mendaftar ke KPUD yaitu Cep Zam-zam dan Padhil Karsoma (Cekas). Paket calon perseorangan ini agak menggeliat gerakan dan strateginya, karena di endorse pergerakannya oleh sosok Tatang Farhanul Hakim mantan Bupati Tasikmalaya 2 periode dan juga politisi senior di Kabupaten Tasikmalaya.

Melihat dan membaca fenomena sejauh ini, kelihatannya Pilkada Tasikmalaya akan mengerucut kepada kemungkinan 3 pasang calon dari usungan koalisi partai dan 1 perseorangan. Atau bisa juga 2 paket usungan koalisi partai dan 1 perseorangan.

Pertandingan akan seru apabila muncul paket pasangan Ade Sugianto-Cecep NY, Azies Rismaya Mahpud-Haris Sanjaya apabila koalisi parpolnya head to head. Kalau 3 pasang maka yang akan seru itu kalau Ade Sugianto-Cecep Nurul Yakin, Azis Rismaya Mahpud- Erry Purwanto/H. Ruhimat, dan Oleh Soleh-Iwan Saputra/Oleh Soleh-Lina Ruzhan/Lina Ruzhan-Iwan Saputra.

Paket pasangan incumbent tentu memiliki sumber daya dengan ke-Petahanaannya, jejaring birokrasi hingga RT, eksekusi program sosial kemasyarakat dan pembangunan, kesempatan sosialisasi yang lebih terukur dan massif dengan tentu saja supporting APBD.

Sementara pasangan Azies-Haris atau Azis-Erry atau Azis Ruhimat, memiliki sumber saya kekuatan finansial yang sudah teruji dan terbukti ketika pelaksanaan Pileg 2019 lalu. Capital Finansial lebih menonjol dari kemunculan sosok Azis ini. Jika ditopang sosok wakil yang berlatar belakang “hijau” maka tentu saja akan lebih menunjang persambungan ikatan sosiologis dan kultural dengan kalangan Islam politik berlatar belakang pesantren dan bassis massa Islam.

Kemudian paket Oleh Soleh –Iwan Saputra atau Lina Marlina Ruzhan tentu saja penggabungan kekuatan Hijau (PKB) dengan kekuatan kultural kuning sebagai latar sosiologis sosok Iwan Saputra yang berangkat dari kader biologis dulu ayahandanya yang mantan elit Golkar di Kabupaten Tasikmalay dan berlatar belakang militer (pernah menjadi ketua DPRD), selain itu pula Iwan Saputra matang di dunia Birokrasi dan dikenal sebagai sosok yang humble dan memiliki jejaring baik di kalangan OKP dan ormas serta kalangan media.

Sementara  Oleh Soleh yang hari ini menjabat sebagai wakil ketua DPRD Provinsi Jawa Barat tentu saja memiliki modal sosial yang cukup di kalangan NU dan PKB serta jejaring komunitas kelembagaan seperti FKDT dan BKPRMI. Bagaimana jika sosok Lina yang dipasangkan dengan Oleh Soleh atau iwan Saputra. Tentu saja sosok Lina tak bisa di lepaskan dari sosok sang suami Uu Ruzhanul Ulum mantan Bupati dan kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat.

Modal Sosial Lina Ruzhan sebagai keluarga besar Miftahul Huda juga tentu tak bisa di nafikan, apalagi kini melekat dengan jabatan dan kekuasaan sang suami di level provinsi Jawa Barat. Tentu saja hal ini menjadi nilai dan pertimbangan tersendiri.

Kita saksikan saja dalam beberapa waktu kedepan, bagaimanakah kristalisasi koalisi ini terbangun. Satu hal yang pasti, bahwa pemaketan pasangan di Pilkada itu tetap tak bisa dilepaskan dari pola komunikasi diantara level elit tingkat DPP. Sehingga pada akhirnya tergantung bagaimana antar DPP berkomunikasi dan saling menyelesaikan pemetaannya di antara mereka. Karena tentu saja para elit DPP membacanya bukan hanya Kabupaten Tasikmalaya, tapi 270 daerah seluruh Indonesia. Wallahu A’lam.

Usman Kusmana, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Sosial Universitas Pasundan Bandung, Ketua LTN NU Kab. Tasikmalaya.

***