Jakarta adalah sebuah Kota yang kongkrit, bukanlah sebuah kota yang dibangun atas dasar berbagai narasi.
Kalau membangun Jakarta dengan Narasi, maka yang terjadi adalah seperti Filosofi Minang: "Terhimpit mau diatas, Terkurung mau diluar," artinya tidak ada yang buruk bagi diri sendiri, hanya ingin yang baiknya saja, selebihnya tidak peduli.
Membangun Jakarta itu baru terlihat jika secara fisik nyata memang ada, karena pandangan manusia kekinian adalah pandangan untuk melihat sesuatu yang secara fisik memang benar adanya, bukanlah pandangan yang cuma digugah oleh berbagai narasi.
Membangun secara Narasi itu cuma bisa dirasakan oleh kalangan pemimpi, yang cuma membayangkan perubahan cukup berdasarkan impian, juga bagi orang-orang yang mengidolakan pemimpin berdasarkan kecakapan fisik dan intlektual, bukan kemampuannya mengeksekusi sebuah persoalan.
Orang-orang seperti ini sangat mudah terbuai oleh Narasi yang menghanyutkan. Yang mudah terbuai oleh berbagai Pesona kecakapan dalam penataan kata, membuai mereka dengan berbagai Impian tentang sebuah kemajuan.
Bagi mereka melihat penampilan sosok pemimpin dengan segala kepiawaiannya dalam mengolah simbol-simbol, itu sudah cukup. Performa hanya dilihat dari kemampuan dan daya Pesona fisik, bukanlah bukti pada kinerja.
Metropolitan Jakarta adalah bangunan fisik, sebuah realita Ibu Kota yang menjadi pusat perhatian dunia. Jakarta menjadi tumpuan berbagai kemajuan yang terlihat secara fisik, bukanlah sesuatu yang cuma bisa diimajinasikan, dinarasikan sebagai sebuah Kota penuh kemajuan ditengah begitu banyak kelemahannnya.
Bangunan fisik itu tidak bisa diselesaikan dengan cuma tenunan kata-kata, bangunan fisik itu adalah sesuatu yang dikerjakan oleh ketrampilan fisik, kemampuan mengeksekusi, karena sebuah pekerjaan yang nyata harus diseksekusi secara nyata, agar hasil yang terlihat pun nyata dan bukanlah Sekadar bangunan kata-kata.
Membangun Jakarta dengan Narasi tidak akan pernah selesai meskipun habis sepuluh generasi. Membangun Jakarta itu harus dengan mengeksekusi secara fisik, menghadirkan perubahan secara fisik baik penghuninya maupun bangunan fisiknya.
Mengejar berbagai ketinggalan haruslah diselesaikan secara sporadis, tidak bisa berlama-lama seperti menenun kata-kata. Untuk menyelesaikan segala sesuatu yang sudah tertinggal jauh, harus mengedepankan kemampuan mengeksekusi secara mumpuni.
Ada cara tercepat dalam membangun Jakarta tanpa membangun Narasi, meneruskan segala sesuatu yang belum diselesaikan oleh pendahulu, tanpa perlu berandai-andai dengan sesuatu yang baru, yang hanya sekadar berwacana tanpa bisa direalisasikan.
Sambil menciptakan gagasan baru yang realistis, yang sangat mungkin bisa untuk direalisasikan, dan bukan cuma Sekadar dinarasikan. Yang jelas membangun Jakarta itu bukanlah seperti menenun kata-kata, meskipun harus tetap Indah seindah ucapan, namun tetaplah harus kongkrit.
Waktu Lima tahun itu tidaklah lama, menjadi lama kalau tidak melakukan apa-apa. Lima tahun itu menjadi sebentar jika setiap waktu dan setiap saat diisi dengan kerja nyata. Jakarta adalah sebuah Kota yang kongkrit, bukanlah sebuah kota yang dibangun atas dasar berbagai narasi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews