Kedudukan pers sangat strategis. Tidak hanya memberikan informasi, juga memiliki peran sebagai sarana edukasi sekaligus kontrol sosial.
Polarisasi (pengkotak-kotakan) yang terjadi di masyarakat pasca Pemilu begitu mencekam dan akut. Kondisi ini sudah tak boleh terjadi.
Demikian dikatakan pengamat Politik, Karyono Wibowo dalam diskusi publik yang bertajuk ‘Meningkatkan Peran Media Massa Dalam Menciptakan Keamanan dan Kenteraman Pasca Pilpres 2019, Kalah Menang Indonesia Harus Aman Dan Damai’ di Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, Senin (22/4/2019).
“Bangsa ini telah terpolarisasi, tidak hanya terkotak-kotak pada pendukung capres dan caleg, juga terjadi polarisasi di media. tidak terjadi saja di media, namun juga terjadi di tempat-tempat kerja masyarakat, bahkan di lingkungan kecil keluarga. Ini menjadi ironi,” ujarnya
Direktur Indonesia Public Institute (IPI) ini menjelaskan, polarisasi terjadi karena residu dari hasil pemilu 2014 lalu. Selain itu, lanjut Karyono, yakni apa yang terjadi hari ini juga terjadi residu pilkada DKI Jakarta.
Menurutnya, kondisi itu dan juga polarisasi Pilpres dan Pileg 2019 ini akan terjadi dan berlanjut pada Pemilu 2024. “Saya memprediksi, di Pemilu 2024 mungkin akan juga terjadi polarisasi,” jelasnya.
Kondisi ini, Karyono menjelaskan, harus diredam sehingga kondisi masyarakat kembali normal dan stabil yakni aman dan tentram.
“Yang harus dilakukan adalah seluruh elit politik memberikan contoh yang baik, dan memberikan contoh sikap negarawan kepada masyarakat. Entah itu pimpinan parpol, pejabat negara, capres dan lainya,” tegasnya.
“Harus dimulai dari para pimpinan, baik dimulai dari capres, pemuka agama, dll. harus menunjukan sikap demokratis dan contoh yang baik. Ini akan sangat cepat memberi efek baik. jika di atas (elit,red) memberi contoh yang baik, maka yang di bawah akan juga akan baik,” sambungnya.
Dia berharap, dalam dinamika kandidasi di pemilu saat ini, kedua capres bisa bertemu dan menjebatani sebuah kondisi yang menciptakan kesejukan di tengah masyarakat.
“Segeralah para capres bertemu, dan menghimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga keamanan, sembari menunggu hasil rekapitulasi KPU,” jelasnya.
Di sisi lain, Karyono juga menyinggung adanya deklarasi kemenangan pada satu kubu tertentu yang dinilai dapat mencing masyarakat dalam situasi politik saat ini.
“Ada capres yang sudah mendeklarasi kemenangan, ini bisa memancing masyarakat, maka dari itu harus tetap menunggu hasil rekap KPU,” ujarnya.
Sementara, terkait dengan peran pers saat ini, Karyono menilai kedudukan pers sangat strategis. Tidak hanya memberikan informasi, juga memiliki peran sebagai sarana edukasi sekaligus kontrol sosial.
“Pers harus memberitakan sesuatu yang tidak hanya tepat dan akurat, tetapi juga memberitakan artikel atau tulisan yang mendidik masyarakat,” kata peneliti ini.
Hadir dalam pembicara dalam diskusi tersebut, diantanya Abdul Fattah (Sekjen DPP IPI) dan Ahmad Jauhar (Dewan Pers)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews