Strategi SBY Berakibat ke AHY yang Bagai Layang-layang Putus Tali

Di BPN SBY adalah penasihat senior, namun kesibukan barunya menjadi alasan strategis bagi SBY untuk tidak bertemu Prabowo.

Minggu, 14 April 2019 | 11:18 WIB
0
868
Strategi SBY Berakibat ke AHY yang Bagai Layang-layang Putus Tali
SBY dan AHY (Foto: Kumparan.com)

Barangkali, nasib buruk SBY baru terpetik sekarang. Seorang jenderal (purnawirawan) yang peragu, namun acap dicitrakan sebagai tentara yang cerdas.

Kita ingat bagaimana dulu, di acara televisi, RG (filsuf ahli kedunguan itu) dengan suara serak bergaya Rendra, mengatakan bahwa SBY adalah ‘seorang strateg’. Yang dimaksudkan strateg, ahli strategi. Fakta-fakta yang terbeber kemudian, SBY selalu belibet dengan strateginya sendiri, sebagai seorang peragu.

Yang paling mutakhir, ketika justeru berlabuh ke Capres 02, namun kembali ia dimakan strateginya yang blunder. Bisa jadi, kesalahannya membaca peta kekuatan, yang mengakibatkan AHY, putranya, sebagai layang-layang putus.

Dipanggil pulang oleh bapaknya, ketika sedang bertugas di Australia, Mayor (Inf) Agus Harimurti Yudhoyono akhirnya kalah di putaran pertama Pilkada DKI Jakarta 2017. Padahal, April 2017 mestinya AHY naik pangkat sebagai Letnan Kolonel. Sayang banget sebenarnya, karirnya bagus. Lulusan Sesko Amerika Serikat, kandidat S3, dengan masa depan cemerlang.

Lebih tragis lagi, tak jadi Gubernur, AHY kemudian jobless ketika Prabowo akhirnya menggandeng Sandiaga Uno sebagai cawapres. Ini sungguh mengecewakan kubu Demokrat, utamanya SBY dan keluarganya.

Ada banyak isu mengenai hal itu. Mungkin Andi Arief bisa cerita soal jenderal kardus, isu duit ratusan milyar dari Sandiaga yang dulu dituitkan, dst dan dsb. Termasuk bagaimana konon SBY menawarkan AHY sebagai cawapres Jokowi. Tapi Jokowi cuma menyediakan kursi menteri, dan SBY pun buru-buru membawa anak kebanggaannya itu ke koalisi Prabowo.

Kita tak tahu (dan mungkin rasanya jihit bingit) menuding sakit Ibu Ani Yudhoyono lantaran nasib malang ananda kesayangan. Tapi setidaknya, sakit Ibu Ani Yudhoyono seperti sebuah sekoci, menyelamatkan muka SBY, yang sering tak berani tarung berhadapan. Termasuk kirim surat politik dari Singapura, dan dibocorkan ke publik, soal kritik SBY pada kampanye Capres 02 di GBK.

Menunggui sang istri di Singapura, menunjukkan kesetiaan sebagai suami.

Namun SBY tentu bukanlah kayak teman saya, yang kehidupan sosial dan politik jualan HP di pasar desa. Dalam Tim BPN Prabowo, SBY adalah penasihat senior, namun kesibukan barunya menjadi alasan strategis bagi SBY untuk tak bertemu Prabowo.

Bukan hanya sekedar tak mendapat keuntungan coattail effect, atau karena di kubunya sendiri banyak kader Demokrat mendukung Jokowi, tetapi dilema SBY adalah nasib AHY yang bakal jadi anak lola. Prabowo menang, nasib AHY kelak di Pilpres 2024 bisa makin tak jelas. Jokowi menang, upaya main politik dua kaki sepertinya sudah terlambat.

Dalam politik, tak selalu militer lebih pinter atau lebih tegas. Jokowi menunjukkan pembelajar politik yang baik, juga seorang yang tegas dan pemberani. Jokowi pemain catur yang tak banyak omong. Bukan pecatur kelas pos ronda.

***