Deklarasi Mahasiswa Melawan Hoax dan Golput

Pemilu adalah sikap cinta tanah air yang harus disebarkan dan dimasifkan kepada masyarakat luas.

Kamis, 28 Maret 2019 | 16:01 WIB
0
441
Deklarasi Mahasiswa  Melawan Hoax dan Golput
Diskusi dan Deklarasi Melawan Hoax dan Golput

Mendekati hari H Pemilihan Umum 2019, berbagai macam ancaman terhadap demokrasi semakin terlihat nyata. Berita hoax yang tidak berkesudahan mengisi ruang tanpa henti. Jelas ini menimbulkan kegundahan dan kekacauan karena seolah meniadakan barrier antara benar dan salah.

Tidak hanya sampai disitu, sikap apatisme berpolitik pun kembali disuarakan. Tak jelas apa motifnya, namun pastinya ini mengganggu kesakralan demokrasi dan merusak cinta tanah air serta berkebangsaaan kita.

Menyadari hal tersebut tidak sejalan dengan prinsip kemajuan bangsa dan kedewasaan berdemokrasi, pada 26 Maret 2019 di Gedung Pusdiklat Kemenkominfo, Meruya Selatan, Jakarta Barat, Orange Media Mercubuana mengadakan diskusi publik dengan mengangkat tema “Optimalisasi Peran Media Massa dalam Menyikapi Hoax dan Golput pada Pemilu 2019”.

Diskusi tersebut diharapkan dapat melahirkan para duta penyebar narasi kebaikan di tengah masyarakat yang sedang dilanda badai hoax dan agitasi Golput dari pihak yang tidak bertanggungjawab.

Penguatan narasi tersebut diisi oleh pakar dan praktisi di bidangnya masing-masing. Turut hadir Puadi, komisioner Bawaslu DKI Jakarta yang berperan sebagai wasit pada ajang kontestasi Pemilu ini.

Ibu Daona Diani Hutabarat, Kabag Publikasi Kemenkominfo pun turut serta berbagi kepada para insan pers da mahasiswa. Dari kalangan pers dihadiri Asisten Redaktur Pelaksana Koran Jakarta, Suradi. Sedangkan akademisi diwakili oleh Dr. Ghazali.

Dari berbagai perspektif tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada satupun alasan untuk tidak melawan penyebaran berita hoax. Hal tersebut harus dimulai dari diri sendiri, lingkungan sekitar dan diharapkan dapat diikuti oleh khalayak ramai.

Terkait munculnya apatisme berpolitik yang diekspresikan dengan tidak meberikan suara pada Pemilu, itu adalah contoh tidak baik karena tidak ikut serta memikirkan kemajuan pembangunan nasional.

Mencoblos pada hari H Pemilu yang menghabiskan waktu sekian menit tidak sebanding dengan jiwa dan raga yang telah dikorbankan para pendahulu bangsa. Berpartisipasi pada Pemilu adalah sikap cinta tanah air yang harus disebarkan dan dimasifkan kepada masyarakat luas.

Di akhir sesi diskusi tersebut, semuanya mendeklarasikan diri untuk menjadi duta penyebar narasi positif untuk melawan hoax dan Golput. Serta akan emnularkan virus positif tersebut kepada publik. Dengan harapan pembangunan nasional dapat berjalan secara berkesinambungan tanpa ancaman dan kendala yang berarti.  

Siapa lagi kalau bukan kita, kapan lagi kalau bukan sekarang.

***