Ikrar 30 Penulis Demi Pemilu Damai

Senin, 25 Februari 2019 | 08:23 WIB
0
428
Ikrar 30 Penulis Demi Pemilu Damai
Deklarasi penulis damai (Foto: Agung Han)

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

Kami Penulis Indonesia Berjanji

Menulis dengan hati nurani

Menulis dengan jiwa yang sehat

Melawan intoleransi, radikalisme dan terorisme

Melawan segala bentuk penyebaran hoaks, fitnah dan ujaran kebencian

 

Kami penulis Indonesia Berjanji

Mengedepankan rasa aman dan nyaman

Melalui pilihan kata,  fakta dan data

 

Kami penulis Indonesia Berjanji

Mendorong terciptanya pemilu damai

Menegakkan yang benar

Membela yang tak bersalah

Dengan sepenuh jiwa rasa

 

Tetap NKRI

Pemilu 2019 Damai, Damai, Damai

 

Coba simak dan cermati kalimat per-kalimat ditorehkan, pada acara deklarasi yang digemakan tigapuluh penulis digelar di daerah Slipi Jakarta Barat.

Ada getaran semangat terkandung pada setiap kata, ada gelora kebaikan disuarakan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Tigapuluh penulis berikrar, membawa semangat berkontribusi untuk kebaikan dengan segenap upaya dan kemampuan.

Karena saya percaya, satu perbuatan baik meskipun kecil, akan memiliki dampak apabila dikerjakan secara kolektif dan berkesinambungan.

Esensi kebaikan tetaplah kebaikan, meski tidak populer dan tidak didengar banyak orang, meskipun  kebaikan sedang meniti kesunyian.

Niscaya lebaikan akan menemukan jalannya sendiri, sanggup menyeruak di tengah hiruk pikuk kepalsuan.

18 November 1912

Setelah terjadi penyimpangan dalam proses dakwah, penyebaran ajaran islam bercampur baur dengan kebiasaan daerah tertentu atas alasan adaptasi.

Berangkat dari kegelisahan tersebut, KH Ahmad Dahlan menyatakan berdirinya organisasi Muhammadiyah dari Kampung Kauman Jogjakarta.

Saya melihat satu adegan di film ‘Sang Pencerah’, KH Ahmad Dahlan berbincang serius dengan dua murid di sebuah kamar.

Dari ruangan sederhana, hanya ada tiga pasang mata dan tiga pasang telinga menjadi saksi, kali pertama tercetus niat melakukan perubahan.

Siapa nyana, semangat dan tekad itu terpelihara, kemudian waktu membuktikan, bahwa ikrar sang Kyai menemukan jalannya

Kini setelah 107 tahun berlalu, Muhamadiyah berkembang sedemikian pesat, keberadaannya tersebar di seantero negeri.

Hal yang sama berlaku, pada tonggak-tonggak kebaikan yang dilahirkan dari semangat berbagi kemanfaatan untuk bangsa dan negara.

Berdirinya sekolah perempuan era Kartini, sejarah kebangkitan Sumpah Pemuda 1908, berdirinya Nahdatul Ulama tahun 1926, detik detik proklamasi 1945.

Serta banyak peristiwa tertulis dengan tinta emas, selalu diselimuti oleh tekad dan semangat berbuat kebaikan. 

Pemilu dan Kedamaian

Tidak bisa disangkal, selepas Pilpres 2014 kemudian Pilkada DKI Jakarta 2017,  luka itu tetap terpelihara hingga kini.

Kekecewaan dialami satu kelompok (yang kalah), nyatanya masih saja memendam bara yang tak juga kunjung padam.

Buntut Pilpres dan Pilkada DKI cukup panjang, setiap kejadian pada level tertentu, menimbulkan aksi dan reaksi dua kubu berbeda. Ricuh di medsos, perang status, hujatan dan kalimat caci maki, menyertai pertikaian sepanjang waktu tiada henti. 

Video ujaran kebencian berceceran, kabar bohong tersebar, viral melalui pesan berantai di group-group percakapan. Kampanye berbalut dakwah, fragmen fragmen diciptakan, semua membuat situasi semakin salah kaprah.

Hubungan pertemanan ternodai, ikatan persabahatan menjadi renggang, apalagi kekerabatan terancam keberlangsungannya.

Semua gara-gara beda pilihan, yang hanya terjadi lima tahun sekali, tetapi dampaknya terjadi sepanjang waktu berjalan.

Siapa dirugikan ?

Kita semua dirugikan, rugi waktu, rugi tenaga, rugi energi dan emosi terkuras, akibat perdebatan tak kenal ujung dan pangkal.

Agar kericuhan tidak berlarut-larut, maka segala kesia-siaan harus segera dihentikan, dimulai dari setiap individu bagian terkecil dari bangsa ini.

Siapa lagi kalau bukan saya, anda, kalian dan kita semua, yang merasa menjadi golongan kaum terpelajar dan cerdik pandai.

17 Februari 2019

Saya memang bukan siapa-siapa, tergabung bersama duapuluh sembilan penulis (medsos dan atau blog) berkontribusi semampunya dengan semangat berbagai kebaikan.

Melalui kegiatan yang diiinisiasi Kang Pepih Nugraha (founder PepNews), saya nyempil di antara penulis penulis hebat, ikut serta dalam ikrar untuk pemilu damai 

Langkah kecil saya ambil, tentu sangat tidak sebanding dengan carut marut terjadi dalam skala berbangsa bernegara.

Namun semangat menebarkan kebaikan meyakinkan saya, bahwa kontribusi sekecil apapun lebih berarti dari pada tidak berbuat apa-apa. 

Ketika niat kebaikan kecil itu, bergabung dan bersinergi dengan niat kecil lainnya, niscaya akan  menjadi niat yang besar dan biarlah kebaikan menemukan jalannya sendiri.

Salam, Pemilu 2019 Damai Damai Damai.

***