“Di manakah Boyolali?”
“Wah jangan malu- maluin gue masak Boyolali saja tidak tahu?"
"Maaf mungkin karena terlalu keseringan tidur di hotel mentereng jadi aku lupa tampang orang Boyolali seperti apa?”
“Memangnya kamu lahir di mana ?”
“Ehhm itu ujung aspal Pondok Gede”
“ Lah sama - sama ndesonya juga satunya pelosok Bekasi satunya di Tengah Jawa?”
Ini sebetulnya membangun sentimen kedaerahan. Tidak elok dan tidak etis tapi kadang bercanda yang kebablasan membuat mulut keceplosan. Demikian Pak Prabowo Calon Presiden yang membuat dunia persilatan lidah menjadi heboh. Kampret dan cebong jadi saling bersilat lidah. Gara-gara ceplosan Prabowo, menilai tampang orang Boyolali yang ”ndeso” dan kurang cocok bila nginap di hotel mewah maka wabah “dregil” pun membuncah.
Boyolali menjadi trending topic dan dunia media sosial segera menobatkan Prabowo sebagai sasaran tembak perbullyan. Entah kampret merasa malu menanggapi atau sudah tebal muka tetap saja menyanjung setinggi langit junjungannya meskipun sering keseleo lidah.
Sedangkan kecebong semakin riang gembira karena ada mainan baru untuk menyentil lewat kata-kata. Mau tidak mau banyak kata-kata sengak hadir mengiringi wajah kota Bapak Prabowo Subianto yang memang terbiasa tidur di Hotel mewah.
Wah seharusnya meskipun di”enyek”(diejek) orang Boyolali patut berterimakasih karena secara tidak langsung Boyolali menjadi terkenal. Padahal Boyolali sudah terkenal sejak dulu lho. Terutama produksi susunya. Penulis sendiri bisa jadi secara tidak langsung menyesap produksi susu Boyolali.
Kampung (belibet amat maksudnya ndesoku di Sawangan Magelang Itu berbatasan langsung dengan Kabupaten Boyolali).Sejak kecil tentu mengenal wajah orang Boyolali, persis banget dengan tampang saya hahaha. Hitam, kulit langsat sering berjemur walau hawa dingin menusuk kulit. Jadi bila datang ke Jakarta kulit jadi mbesisik karena perubahan cuaca.
Kalau soal tampang ndeso mereka sudah mempunyai mobil untuk pulang pergi ke Pasar Talun atau pasar Selo dan Cepogo sejak dulu. Yang hidup di lereng Merapi dengan bahasa Jawa medok ala nggunung. Selalu sarungan karena hawa memang dingin. Di Selo para pendaki terbiasa menyesap hawa udara yang dingin. Tinggal di Selo seperti tinggal di Surgaloka tidak perlu ke hotel mewah sudah sedingin AC di Rich Carlton Jakarta.
Biar saja Bapak Prabowo menyindir muka miskin tampang ndeso toh kemewahan alam Boyolali sudah bikin orang Jakarta iri.
Terimakasih Bapak Prabowo paling tidak berkat anda, saya dan mungkin jutaan pembaca yang kebetulan membaca pernyataan anda jadi tahu harus memilih siapa. Teruslah berkampanye barangkali masih banyak blunder lain yang bisa kami nikmati Make Prabowo Great again. Make(memakai) kata kata anda tidak perlu mikir sebab semakin mikir jadi semakin ingin tersenyum.
“ Kalau wajah orang Magelang bagaimana Pak?”
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews