Operasi False Flag Tabloid Indonesia Barokah dan Tuduhan Konyol Kubu Prabowo

Rabu, 6 Februari 2019 | 06:29 WIB
0
475
Operasi False Flag Tabloid Indonesia Barokah dan Tuduhan Konyol Kubu Prabowo
Tabloid Indonesia Barokah (Foto: Detik.com)

Bisa dibilang, sejak awal peredarannya pada minggu keempat Januari 2019, Tabloid Indonesia Barokah masih bertengger di posisi top 5 isu seputar Pilpres 2019. Kini tabloid yang dikirim lewat pos ke sejumlah masjid ini telah menyebar ke sejumlah daerah, mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Papua Barat, Yogyakarta, dan sejumlah daerah lainnya.

Isi dari tabloid 16 halaman ini sendiri sebenarnya biasa-biasa saja. Hanya saja, konten dalam tabloid ini diangap tendensius menyerang pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Tuduhan Konyol Ipang Wahid di Balik Tabloid Indonesia Barokah 

Gegara isi pemberitaannya tersebut, tuduhan pun diarahan kepada kubu Jokowi-Ma'ruf Amin sebagai dalang di balik penerbitan dan peredarannya. Terlebih, Wakil Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Ipang Wahid mengaku sebagai inisiator "Gerakan Indonesia Barokah". Selain itu, Ipang pun diketahui terkait dengan Indonesiabarokah.com, situs tempat Ipang mengunggah konten-konten videonya.

Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Andre Rosiade mengaku bahwa tim investigasi BPN telah menemukan rekam jejak digital terkait tabloid Indonesia Barokah, yakni kesamaan logo tabloid Indonesia Barokah dengan webiste Indonesia Barokah.

"Rekam jejak digital ada website Indonesia barokah, website Indonesia barokah ini logonya sama percis dengan tabloid Indonesia barokah dalam webiste itu kita menemukan jejak digital Ipang Wahid sangat ketara, wajar kita mempertanyakan dong," jelasnya Andre kepada RRI pada 28 Januari 2019. (Sumber: RRI.co.id.).

Menurut informasi yang beredar, seorang karyawan Ipang yang bernama Nizar pun disebut-sebut sebagai pengelola situs Indonesiabarokah.com. Sebagaimana informasi yang beredar di media sosial, Nizar dikatakan mengganti hosting provider Indonesia Barokah dari supercp.com dengan email terdaftar nizar@ipangwahid.com menjadi digitalocean.com dengan email terdaftar hostmaster@indonesiabarokah.com.

Singkatnya, Ipang dituduh sebagai otak tabloid Indonesia Barokah lantaran ada kemiripan nama dan pada "Gerakan Indonesia Barokah" yang digagas Ipang, dan Indonesiabarokah.com, situs tempat Ipang mengunggah video-videonya.

Seperti yang ditulis dalam "Dampak Tabloid Indonesia Barokah Mirip Penganiayaan Ratna Sarumpaet, Siapa Dalangnya?", Ipang sangat tidak mungkin mengotaki IB. Alasannya sederhana, dari alamat redaksi IB yang ternyata palsu, dapat ditarik kesimpulan jika ada niat buruk atau jahat pada penerbitan dan peredaran IB. Karena niat jahat atau buruk tersebut, sangat tidak mungkin bila Ipang menggunakan nama dan logo Indonesia Barokah yang identik dengan dirinya.  Ibaratnya, tidak mungkin pencuri meninggalkan KTP di lokasi tempatnya mencuri.

Temuan tim investigasi BPN Prabowo-Sandi yang menyebut adanya rekam jejak digital situs Indonesiabarokah.com pada tabloid Indonesia Barokah pun tak kalah konyolnya. Sebab, sangat mustahil tabloid Indonesia Barokah yang berbentuk kertas memiliki "unsur" digital. Sebab keduanya merupakan produk yang berbeda yang dibuat di "dua alam" yang berbeda pula. Tabloid IB dibuat di alam nyata. Sedangkan situs Indonesiabarokah dikreasikan di alam maya.

Entah bagaimana cara tim investigasi pasangan nomor urut 02 dapat menemukan jejak Indonesiabarokah.com pada tabloid Indonesia Barokah?

Tidak mungkin ditemukan adanya rekam jejak digital Kompas.com pada koran cetak Kompas. Tidak mungkin juga ada rekam jejak digital Tempo.co pada koran cetak Koran Tempo. Sama saja dengan tidak adanya rekam jejak digital Gerinda.or.id pada baliho, spanduk, poster Gerindra yang dipajang di pinggir jalan.

Jadi, sangat jelasm tidak ada kaitan antara tabloid Indonesia Barokah dengan Gerakan Indonesia Barokah dan situs Indonesiabarokah.com. Dengan demikian, tudingan kepada Ipang dan kubu Jokowi sebagai pihak di balik IB sangat dangkal karena sangat tidak masuk akal.

Tabloid Indonesia Barokah sebagai Operasi False Flag

Pada Wikipedia tertulis, "false flag is a covert operation designed to deceive; the deception creates the appearance of a particular party, group, or nation being responsible for some activity, disguising the actual source of responsibility.

Dalam isu tabloid Indonesia Barokah, bedakan dulu antara konten negatif Prabowo-Sandi yang dimuat tabloid IB dengan pemberitaan tentang peredaran tabloid IB yang menimbulkan kecurigaan terhadap kubu Jokowi Ma'ruf sebagai dalangnya.

Seharusnya, tujuan dari diedarkannya tabloid IB adalah tingkat keterbacaannya. Namun demikian, dari sasaran kirimnya yang hanya ditujukan ke masjid-masjid, tabloid IB jelas-jelas tidak maksudkan untuk dibaca oleh masyarakat luas. Dengan begitu, publik tidak mengetahui konten dari tabloid IB. Karenanya, peredaran tabloid IB sama sekali tidak berpengaruh bagi Prabowo-Sandi.

Sebaliknya, akibat dari pemberitaan tentang peredaran tabloid IB yang memosisikan kubu Jokowi sebagai tertuduh, sentimen negatif bagi Jokowi-Ma'ruf pun meningkat. Sentimen negatif inilah yang ujung-ujungnya dapat menggerus elektabilitas pasangan nomor urut 01. Karena dampaknya, logikanya sangat tidak mungkin jika tabloid IB didalangi oleh kubu 01.

Dari modus peredaran dan dampak yang ditimbulkan, bisa dibilang penerbitan dan peredaran tabloid IB ini sebagai operasi false flagatau mungkin juga bisa disebut sebagai operasi lempar batu sembunyi tangan.

Dengan menggunakan identitas dan alamat redaksi palsu, pelaku menerbitkan sekaligus mengedarkan tabloid IB yang bermuatan serangan terhadap Prabowo-Sandi, namun sejatinya tabloid tersebut ditujukan untuk menyerang Jokowi-Ma'ruf.

 

***