Dalam dunia konstruksi, investigasi tanah adalah tahap penting sebelum memulai proyek pembangunan. Dua metode yang sering digunakan untuk menguji karakteristik tanah adalah sondir dan boring.
Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu mengetahui kondisi tanah di lokasi proyek, terdapat perbedaan mendasar antara sondir dan boring. Artikel ini akan menjelaskan perbedaan tersebut secara detail.
Sondir adalah metode uji penetrasi tanah menggunakan alat sondir (cone penetration test/CPT). Salah satu jenis alat yang sering digunakan adalah sondir 2.5 ton, yang dapat memberikan hasil akurat terkait daya dukung tanah. Pengujian ini dilakukan dengan menekan batang logam berbentuk kerucut ke dalam tanah dan mengukur hambatan yang diterima oleh alat tersebut. Hasil dari uji sondir digunakan untuk menentukan daya dukung tanah dan stratifikasi lapisan tanah secara relatif.
Boring, atau lebih dikenal sebagai metode pengeboran tanah, adalah proses pengambilan sampel tanah dengan menggunakan alat bor. Sampel tanah yang diambil kemudian dianalisis di laboratorium untuk mengetahui sifat fisik dan mekanik tanah secara lebih mendalam.
Baik sondir maupun boring memiliki keunggulan masing-masing tergantung pada kebutuhan proyek. Jika diperlukan data cepat mengenai daya dukung tanah, sondir bisa menjadi pilihan utama. Namun, jika diperlukan informasi geoteknik yang lebih lengkap dan mendetail, maka boring lebih disarankan.
Dalam perencanaan konstruksi, sering kali kedua metode ini digunakan secara bersamaan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan komprehensif. Oleh karena itu, pemilihan metode investigasi tanah harus disesuaikan dengan kebutuhan proyek serta kondisi tanah di lokasi pembangunan.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews