Jangan sampai Indonesia dipimpin oleh orang super ambisius yang sudah mencuri start kampanye Pilpres 2024 dengan menggunakan cara-cara Gerombolan Taliban di Afghanistan untuk berkuasa.
Model kampanye seperti saat pelaksanaan Pilkada DKI 2017 berulang lagi: menggunakan masjid sebagai tempat kampanye padahal Pilpres 2024 masih dua tahun lagi!
Jumat (16/9) lalu beredar tabloid di sebuah masjid di Malang, Jawa Timur, yang dibagikan kepada jamaah yang sedang Sholat Jumat di situ.
Tabloid itu memuat muka orang yang sangat ambisius menjadi presiden di halaman depannya.
Dan isi tabloid itu memuja-muji pencapaian orang itu yang konon katanya hebat saat menjabat sebagai kepala daerah di ibukota.
Tak ada catatan kritis mengapa orang itu dipecat jadi menteri atau mengapa dia selalu kelebihan bayar atau bikin proyek tambal sulam hancur-hancuran macam sumur resapan.
Tokohnya sama.
Siapa lagi kalau bukan dia lagi dia lagi.
Menurut seorang analis riset politik apa yang dilakukan orang itu - dengan berkampanye di masjid yang pernah dilakukan juga sebelumnya - makin menguatkan ciri khasnya yang selalu memainkan politik identitas sehingga dia pantas dicap stempel sebagai “Bapak Politik Identitas”.
Yang lebih fatal daripada itu adalah orang yang menggunakan masjid sebagai tempat kampanye itu mirip Gerombolan Taliban di Afghanistan.
Ternyata, saat mereka berkuasa, tak punya kemampuan apa-apa dalam mengelola negara. Tak punya kemampuan, kapabilitas dan kompetensi, menyelenggarakan pemerintahan. Karena selama ini mereka itu hidup seperti katak dalam tempurung.
Kita sudah mendapatkan bukti nyata saat orang itu - yang mukanya ada di halaman depan tabloid yang beredar di masjid - memimpin ibukota selama lima tahun ini.
Apakah kita akan membiarkan orang yang tidak kerja dan tidak bisa kerja serta suka kelebihan bayar itu memimpin Indonesia?
Jangan sampai Indonesia dipimpin oleh orang super ambisius yang sudah mencuri start kampanye Pilpres 2024 dengan menggunakan cara-cara Gerombolan Taliban di Afghanistan untuk berkuasa.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews