Jangan Berlebihan Cinta kepada Tokoh Agama dan Politikus

Kalau membenci atau mencintai seorang tokoh agama atau politik sewajarnya saja. Karena boleh jadi politikus atau tokoh agama yang kita cintai suatu saat bisa kita benci juga, atau sebaliknya.

Rabu, 19 Januari 2022 | 21:41 WIB
0
229
Jangan Berlebihan Cinta kepada Tokoh Agama dan Politikus
Jokowi Mania (Foto: liputan6.com)

Aksi saling lapor sering terjadi di negeri ini, baik kasus pencermaran baik, kasus yang berbau SARA atau kasus korupsi.

Belum lama ini doesen Universitas Negeri Jakarta atau UNJ Ubeidillah Badrun yang melaporkan Gibran dan Kaesang atas dugaan KKN atau pencucian uang ke KPK.

Tidak lama berselang, Jokowi Mania atau Joman yang dipimpin Immanuel Ebenezer juga melaporkan Ubeidillah ke Polda Metro Jaya dengan sangkaan fitnah atau berita bohong.

Kecintaan atau kebencian yang berlebihan kepada seseorang baik itu tokoh agama atau tokoh politik akan menumpulkan logika atau nalar, bahkan bisa mematikan logika atau nalar itu sendiri.

Sah-sah saja orang membenci atau mencintai tokoh agama atau tokoh politik. Tapi akal sehat atau nalar yang waras harus tetap dijaga. Supaya kepala kita tidak dikuasai rasa benci yang berlebihan atau kecintaan yang berlebihan.

Kembali ke kasus Ubeidillah Badrun dan Joman atau Immanuel Ebenezer.

Atas dasar apa Joman melaporkan Ubeidillah Badrun ke polisi? Apakah Joman mendapat kuasa atau sebagai pengacara Gibran dan Kaesang?

Ternyata Joman tidak mendapat kuasa atau sebagai pengacara Gibran dan Kaesang. Sedangkan Gibran sendiri memberikan pernyataan atau komentar yang kurang lebih intinya, "Sudah diamkan saja, entar juga diam atau berhenti sendiri". Artinya Gibran dan Kaesang tidak memberikan kuasa atau mandat kepada Joman.

Kalau secara hukum atau normatif, seandainya Gibran dan Kaesang keberatan atau merasa difitnah atas laporan Ubeidillah Badrun, maka yang melaporkan atas kasus tersebut adalah Gibran atau Kaesang sendiri atau menunjuk kuasa hukum sebagai wakilnya.

Lha, kalau begitu atas dasar apa Joman melaporkan Ubeidillah ke Polda Metro Jaya?

Namanya juga fans berat pada seorang tokoh politik tentu dasar atau alasannya subjektifitas semata atas nama kecintaan. Ia tidak terima kalau anak dari seorang tokoh politik ini difitnah atas kasus KKN atau pencucian uang.

Kalau membenci atau mencintai seorang tokoh agama atau politik sewajarnya saja. Karena boleh jadi politikus atau tokoh agama yang kita cintai suatu saat bisa kita benci juga, atau sebaliknya.

Repot, kan?

***