Polisi Tegas, Tak Ada Tempat Reuni 212 Pengasong Khilafah

Meskipun Anies Baswedan mendukung demo 212, namun Polri bertindak tegas. Tidak ada Reuni 212. Dari logika saja sudah salah. Mana ada demo melakukan reuni.

Jumat, 10 Desember 2021 | 08:20 WIB
0
219
Polisi Tegas, Tak Ada Tempat Reuni 212 Pengasong Khilafah
Peserta Reuni PA 212 di Bekas (Foto: tribunnews.com)

Top! Polisi bertindak tegas! Publik tak usah risau. Demo 212 tidak akan pernah terjadi secara besar-besaran. Kecut. Kecil. Jika memaksa akan berhadapan dengan aparat keamanan yang akan bertindak tegas.

Mereka tetap mau memaksa demo di Patung Kuda Monas Jakarta. Di masjid Az Zikra pun ditolak. Karena tujuannya tidak benar. Sesat politik. Tak benar di agama. Tak popular di publik. Kehilanngan magnet.

Jargon yang dipakai adalah bela ulama, bela MUI, ganyang koruptor. Itu hanya kedok. Mereka melakukan demo justru menjadi budak 3C (Cendana, Caplin, Cikeas) yang sedang bermasalah. Sebagian BLBI dan juga gurita bisnis illegal yang tengah dibongkar oleh Jokowi.

(Seperti teriakan Fadel Muhammad minta Sri Mulyani dipecat karena Fadel ternyata obligor dana BLBI. Mereka berteriak karena bisnis dan kepentingan mereka dihantam Jokowi.)

Karena sejatinya para anggota gerombolan dan simpatisan 212 bergerak atas nama sentiment. Sentimen agama. Sentimen politik. Dengan politik identitas sebagai panglima.

Artinya, mereka adalah gerombolan para pengecut. Isi narasi demo tak lain adalah ungkapan frustasi, kebencian, dan thoghut. Khas para pengasong Khilafah. Dengan target delegitimasi Pemerintahan Jokowi.

Betapa mereka yang muncul paling kelompok Martak. Haikal Hassan. Syamsul Ma’arif. Eka Jaya. Dan, dengan tim hore yang terkait dengan teroris FPI dan HTI. Ditambah gerakan teroris Ahmad Zain An Najah. Dan aneka sel teroris yang bersembunyi dalam gerakan amal. Kotak sumbangan minimart di seantero Indonesia.

Di tengah Pandemi Covid-19 yang belum selesai, mereka akan memaksakan gerakan politik. Tujuannya mendeskriditkan Presiden Jokowi. Gatel kekuasaan dan kerakusan duniawi adalah panji gerakan 212.

Kasus penipuan 212 Mart adalah sebagai bukti. Mereka ingin menguasai ekonomi dengan jalan pintas. Bahwa proses bisnis didasarkan pada niat jahat membenci yang bukan kelompok mereka.

Bahkan Nabi Muhammad pun tetap berbisnis dengan Yahudi. Islam tidak mengajarkan membenci kaum yang berbeda keyakinan. Para penganut 212 adalah kaum yang hobinya membenci sesama.

Paham khilafah yang mereka percayai menjadi landasan berpikir. Takfiri. Mereka membangun musuh bersama Jokowi. Walhasil Wahabi, Ikhwanul Muslimin, HTI, teroris FPI bergabung.

Untuk menambang uang, mereka memanfaatkan bohir, Cendana, Cikeas, dan Caplin. Tiga organ utama yang memiliki catatan kotor sebagai para pengemplang duit. Gurita Cikeas menggambarkan kekayaan tujuh turunan yang akan dibawa mati. Kita memberi kesempatan mereka membawa mati harta benda ya guys buat mereka.

Meskipun Anies Baswedan mendukung demo 212, namun Polri bertindak tegas. Tidak ada Reuni 212. Dari logika saja sudah salah. Mana ada demo melakukan reuni. Demo berbau makar dan demo kriminalisasi Ahok, dengan tujuan menjungkalkan Jokowi.

Hanya karena Jokowi berani menantang larangan Gatot Nurmantyo, Jokowi berhadapan langsung dengan Muhammad Rizieq Shihab (MRS) di Monas. MRS dan para gangster 212 kehilangan akal. Tidak memiliki Plan B di lapangan. Gelagapan.

Kini kelompok paria 212 yang beranggotakan para pengecut karena berhasil mengriminalisasi Ahok akan bertingkah lagi. Memori itu yang dijual ke pendana demo. Karena lebih baik ada kisruh daripada tenang, maka bohir pun tetap membiayai.

Meskipun hasilnya bisa berantakan. Seperti ketika Cikeas, Cendana, Caplin mendanai kepulangan Rizieq Shihab yang membawanya ke bui. Berantakan. Ini terjadi pada demo gagal hari ini. Nekat, sikat!

Ninoy Karundeng

***