55 Tahun Supersemar, Selamat Ultah Orba

Kehadiran Jokowi adalah anugrah dari Allah, tapi menerima takdir tanpa usaha akan melengahkan kita.

Selasa, 16 Maret 2021 | 06:43 WIB
0
146
55 Tahun Supersemar, Selamat Ultah Orba
Soeharto, Soekarno dan SUpersemar (Foto: tribunnews.com)

Supersemar dan koreksinya tanggal 13 Maret keduanya sampai sekarang tidak ada ujud aslinya. Dan pastinya sengaja dihilangkan, apa isi sebenarnya sampai konon Bung Karno menyusulkan revisinya. Ada tiga jendral yg bertanggung jawab sampai kelak kiamat mereka harus bisa menjawab.

Almarhum Amir Machmud, M. Yusuf, dan Basuki Rachmad.

Merekalah yang membawa surat itu untuk ditandatangani Soekarno dan kemudian di serahkan kembali kepada Soeharto.

Dengan surat itu pula Soeharto memulai Orba, memporakporandakan Indonesia dengan seenak jidatnya. Apakah Amir Machmud, M. Yusuf, dan Basuki Rachmad menyesalinya, hanya hati mereka dan Tuhan yang merasakannya saat itu, karena sekarang mereka telah tiada. 

Tapi yang pasti sejak itulah Indonesia remuk redam di rampok tanpa rasa berdosa, malah mereka bahkan sampai sekarang ada yang masih pongah, kita yang jengah.

Panjang cerita dan tak ada habisnya bicara masalah orba. Ratusan ribu bahkan jutaan nyawa ikut terseret ke dalam pergolakan itu. 

Sejarah pahit bangsa ini yang dikhianati bangsanya sendiri. Janganlah terulang lagi, NGERI!!

Menunggu 32 tahun menjatuhkan Soeharto setelah dia kenyang bersama keluarga, kroni dan para penjilat, mereka masih menimbun ribuan triliun uang dan ribuan triliu nan dalam bentuk aset sampai sekarang.

Dengan uang itu pula kadang mereka gunakan mengganggu Indonesia karena mereka terus berusaha akan kembali berkuasa.

Kita masih terus menjalani masa transisi sejak Habibie, GUSDUR dan Megawati, sayang waktu itu ditengah jalan masuk lagi DNA orba dgn bentuk lain, SBY adalah murid jenius Soeharto, makanya dia meng copy faste gaya memimpin Indonesia. 

Di zaman SBY lah ada pembiaran berkembangnya HTI dan FPI sebagai bibit radikalisme yang menjurus kepada perpecahan saudara melalui agama, apa kurang jelas bahwa mereka berafiliasi ke ISIS yang telah memporak porandakan Suriah dan membangun perang saudara seagama tanpa merasa bersalah. 

Disinipun mereka sudah ada walau secara sporadis dan pasti masih bergerilya.

Dan, kita sudah merasakan itu semua bahkan sampai pasca kepemimpinannya dia masih merasa berbuat untuk Indonesia, padahal kita sesak nafas dibuatnya. Sekarang malah akal-akal mau mengorbitkan anaknya, kita mau dikadali kedua kali. 

Banyak hal yang harus dengan sadar di simak oleh para pemuda yang benar-benar konsen kepada negaranya, bukan yg gaya pura-pura saja, tapi maksudnya sudah terbaca bahwa dia cuma mau berkuasa dan kaya. 

Bilang demokrasi di perkosa, jadi pengen ngelempar tas Birkin ke tampangnya.

2024 adalah masa transisi kedua di mana pondasi kekuatan negara telah di siapkan Jokowi. Apakah kita aman, pasti belum juga karena para buaya politik yang masih mau berkuasa, DNA-nya masih menyimpan rasa orba walau kulitnya berubah warna. 

Apa yang harus kita berbuat kepada presiden yang lentur dan santun serta tidak punya rasa permusuhan ini. Kita hanya perlu menjaga apa yang sudah di bangunnya. Menjaga persaudaraan serta membangun ulang kesadaran atas kebhinekaan dan sadar dengan penuh bahwa kita beragam bukan seragam apalagi bicara agama dan kebenaran tunggal yang notabene milik Tuhan.

Kita tunjuk saja di sana ada PS, SP, JK, dan banyak yg masih pura-pura seolah kita sudah lupa, padahal hati kita masih keram karena pernah di hantam perbuatan yang menggeramkan dan nyaris menenggelamkan Indonesia ke dasar kerusakan sebuah negara. 

Rasa percaya diri kita pernah sirna, bahkan kita selalu diolok negara tetangga yang menganggap kita bangsa terbelakang pdhl kita sama-sama ras Asia.

Pesan kami buat para pemuda, jangan terkecoh oleh banyak retorika, pakai rencana konvensi segala, atau ada yang pura-pura diam menyimpan dendam mau berkuasa. Ibarat main-main dgn mulut buaya jangan bertanya dimana lidahnya karena mereka tak punya alat perasa tentang pentingnya menjaga negara dan bangsa, mereka hanya fokus kepada kekuasaan agar syahwat merampok kekayaan bisa di langgengkan.

Supersemar adalah alat pengkhianatan, hari peringatannya harus selalu dijadikan momentum mengingat bahwa pernah ada kelakuan laknat yang membuat kita nyaris sekarat sebagai sebuah bangsa yang seharusnya sudah lama kuat, andai Jokowi datang lebih awal kita tidak jadi begundal para manusia pembawa sial bangsanya.

Kehadiran Jokowi adalah anugrah dari Allah, tapi menerima takdir tanpa usaha akan melengahkan kita. 

Sehingga dibutuhkan kewaspadaan yang terjaga agar Indonesia terus ada dan berjaya, bertahan karena kebhinekaan, bukan hanya bicara keseragaman yang memuakkan, melainkan harus menguatkan rasa toleran bahwa kita bangsa besar yang mengakar, bukan hanya kepalanya yang besar tapi otaknya ambiyar.

Memimpin adalah masalah kapasitas, bukan manjangin jenggot biar kelihatan pantas.

***