Pendidikan dan agama nggak ngefek pada akhlak. Karena menurut Mbah Kyai Voltaire, jika ngomongin duit semua orang agamanya sama.
Sepuluh hari setelah pelantikannya sebagai Menteri Agama (2014), Lukman Hakim Saifuddin dalam konperensi pers mengatakan, bahwa dirinya adalah menteri semua agama (di Indonesia).
Tak ada yang protes. Apalagi dari NU atau PPP. Kenapa? Bisa jadi, karena menteri agama ini dari NU. Anak Menteri Agama Saifuddin Zuhri, yang tentunya darah ke-NU-annya tak diragukan. Juga dari PPP.
Lha Fahrul Razi? Oh, dia Jenderal Purnawirawan. Dia beda, masiya dia beragama Islam, kelahiran Aceh dari keluarga perantauan Maninjau, Sumbar. Masiya dia anggota ormas Islam, tapi kan kecil. Nggak segede yang dua itu. Lagian, Fahrul Razi tentara. Tentara kan ngertinya perang. Gitu lho!
Lhah, kok diskriminatif gitu, hanya karena bukan nganu? Apalagi dengan klaim yang aduhai, bahwa kementerian agama adalah bla-bla-bla. Kita tahulah sejarah, sejarah kompromi Bung Karno dari Kaum Nasionalis dengan kelompok agamais hingga muncullah departemen agama. Dan gagah banget ada generasi sekarang ngeklaim kementrian itu memang didirikan untuk ngurusi umat Islam di Indonesia.
Kita nggak mau tahu, gimana Lukman Hakm ini, sebagai pembantu Jokowi, perlahan melakukan perubahan, sesuai amanat UU mengenai posisi kementrian agama.
Meski pun bibit kawit perubahan itu, diam-diam menyebabkan Lukman Hakim juga sosok yang tak disukai di sebagian kalangan Islam sendiri. RUU tentang kebebasan beragama, yang digodognya, menguap entah ke mana.
Bayangkan, jika ada yang ngeklaim, bahwa kementrian ini adalah hak waris kelompok itu. Begitu juga kementrian itu, hanya boleh dipegang kelompok atau ormasnya. Haduhiyung! Sejak kapan negeri dikapling-kapling?
Sejak kekuasaan mengundang kerakusan, diskriminatif, semena-mena, dan dipenuhi pikiran yang tidak adil. Makanya men nggak diundang, tapi wamen diundang, soalnya satu klub.
Karena jalur kompetitif dan kompetensi diingkari. Demikian juga omongan soal hak prerogatif Presiden, yang memenangi Pilpres langsung, dikebiri. Padahal ngerti juga kagak, kenapa Presiden milih dia, dan bukannya kamu. Gitulah. Di Indonesia ini, semua pihak ngomong pating creblung. Dumeh bisa beli smartphone. Belum lagi yang sok pintar dan merasa paling bener. Meski yang menyedihkan, begitu dapet jatah, langsung mingkem. Demokrasi ndremis.
Pendidikan dan agama nggak ngefek pada akhlak. Karena menurut Mbah Kyai Voltaire, jika ngomongin duit semua orang agamanya sama.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews