Dari semua kemungkinan yang ada, saya lebih condong berpendapat bahwa ini disebabkan oleh para pecundang tukang lapor.
Hello gaess. Apa kabarnya neh? Kali ini saya mau ceritakan mengapa saya diblokir Facebook. Bakalan asyek dan seru neh gaess… Youtuber wannabe. Pret!.
Dua minggu yang lalu, tiba-tiba muncul notifikasi tentang postinganku yang dianggap oleh Facebook melanggar peraturan. Pertama, sekedar peringatan tanpa hukuman apapun. Lalu muncul yang kedua, ketiga dan keempat dalam rentang waktu sekitar satu minggu.
Setelah yang keempat, lagi-lagi muncul satu notif bahwa ada postinganku yang melanggar aturan. Dikarenakan sebelumnya telah membuat empat kali postingan yang terlarang menurut aturan medsos buatan Mas Zuck ini, akupun disetrap selama tiga hari.
Gak boleh mosting. Gak boleh ngomen. Gak boleh ngelaik. Cuma bisa nonton postingan teman-teman dan ngebacain komen-komen saja. Menyebalkan!.
Tiga hari berlalu, akupun dibebaskan dari penjara ala Facebook.
Sempat satu hari aktif, membuat beberapa postingan terkait Pilpres 2019 dan postingan ringan. Keesokan harinya, aku diblokir lagi karena suatu postingan. Kali ini hukumannya lebih lama, tujuh hari.
Oke. Pada pukulan pertama saya sempat emosional, tapi tidak bisa berbuat banyak untuk melampiaskannya selain membuat postingan singkat di akun cadangan, Rahmad Agus Koto II. Sempat juga kuprotes dalam kolom feedback-nya, tapi gak ada respon balik samasekali.
Bagaimana saya tidak emosi? Merasa dizalimi gitu loh. Semua postingan yang dianggap melanggar aturan itu menurutku tidak ada yang melanggar hukum resmi yang berlaku di negara manapun. Bahkan secara moralpun tidak.
Sempat juga kudeaktivasi, dan sempat juga kepikiran mau kudelet permanen akunku ini, tapi rasanya sangat sulit. Mengapa? Akun ini umurnya udah satu dekade loh. Baru kali ini saya mengalami hal ini.
Bayangkan aja sendiri, betapa banyak buah pemikiran-pemikiran dan momen-momen indah tak indah yang telah terekam di database server Facebook ini. Bukan sekedar bermedsos ria, ianya juga merupakan diari pribadi kan ya. Teman-teman yang aktif pasti pada ngerti deh.
Oke, kita lanjutkan ya gaess…
Semua postingan yang dianggap melanggar aturan itu hanya berupa foto HaErEs! Sekali lage, foto-foto HaErEs! Iya, semuanya! Kata-kata pengantar foto-foto itupun sifatnya umum, nyindir dan tidak disertai kata-kata yang kasar. Beneran. Beliau seakan-akan dianggap sebagai The Most Dangerous Public Enemy of Indonesia. Dikarenakan alasan-alasannya yang gak masuk akal, wajar dong ya terbetik pemikiran yang macam-macam di otakku. Gitupun, sempat juga kuedit atau kuhapus postingan-postingan terkait HaErEs, benar-benar sangat merepotkan.
Kucoba menenangkan diri, kemudian instrospeksi, menganalisis persoalan dan membuat beberapa hipotesa dengan cara menciptakan berbagai pertanyaan.
Dihack? Dicrack? Kupastikan tidak. Udah kucek en ricek di dashboard sekuriti.
Mengingat saya aktif membuat postingan-postingan terkait politik nasional, apa mungkin akunku dilaporkan oleh akun-akun yang preferensi politiknya berbeda denganku?
Lha, saya ini siapa sih? Rasanya berlebihan klo saya dianggap seleb medsos yang memiliki pengaruh besar, dianggap sebagai opinion leader. Saya ini cuma coro loh di dunia politik ala medsos. Cara merendahkan hatinya keterlaluan neh. Ngekeh.
Bagaimanapun, mungkin saja ini penyebabnya, akun-akun teman-temanku yang jauh lebih terkenal denganku juga mengalami hal yang sama dan dengan alasan yang sama, seperti Mbak Agi Betha dan Mbak Andi Ima.
Lebih jauh lagi, apa mungkin admin Facebook telah berkolaborasi, berafiliasi dengan kelompok politik tertentu untuk nge-takedown akun-akun yang dianggap bisa mengganggu kepentingan politiknya? Tapi, menurutku kemungkinan ini sangat kecillah.
Dari semua kemungkinan-kemungkinan yang ada, saya lebih condong berpendapat bahwa ini disebabkan oleh para pecundang tukang lapor dan atau algoritma bot sekuriti Facebook yang error, yang salah kaprah.
So?
Yaudah, kuanggap aja lagi apes. Perjuangan politikku di ranah medsos tidak akan kuhentikan karena hal ini. Bukannya jadi down, saya malah jadi lebih semangat, saya bakal lebih agresif lagi menyerang pujaan kalian yang pelangak pelongok itu.
Camkan itu wahai kalian para pecundang! Eeeaaa…
Trus, besoknya saya kenak blokir lagi. LoL.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews