Amien dan Amin, Meniti Masa Tua dengan Jalan Berbeda

Selasa, 19 Maret 2019 | 09:23 WIB
0
546
Amien dan Amin, Meniti Masa Tua dengan Jalan Berbeda
Amien Rais (Foto: Liputan6.com)

Amien dan Amin. Adakah bedanya hanya beda huruf “e’ .Cuma setiap penulis tentu akan mengerti bahwa menulis Amin maksudnya adalah  Ma’ruf Amin. Sedangkan Amien di sini Rais dibelakangnya. Sama- Sama tokoh intelektual, dan satu ulama satunya akademisi yang nyebur di dunia politik.

Amien Rais dengan Segala Kontroversinya

Masa tua Amin (76) dan Amien (74) sama-sama terkenal dan dibicarakan orang. Amien yang menonjol dengan segala kontroversi kata-katanya. Lidahnya amat tajam jika sedang mengritisi pemerintah. Totalitas ketidaksukaan pada kemapanan pemerintah jelas terlihat dan satu yang menjadi tujuannya goyahnya pucuk pimpinan negara.Terutama sosok Jokowi yang baginya sumber kekacauan negara.

Ia tidak pernah melihat sisi positif kepempinan Jokowi. Baginya Jokowi itu noktah dan penghalang dirinya. Ia akan melakukan apa saja termasuk bersekongkol kembali dengan musuh yang pernah dikritiknya habis yaitu Prabowo Subianto.

Semakin tua bukannya pensiun bicara politik. Amien terus bergerak memainkan drama antagonis yang tentu akan membuat panas kuping seorang pimpinan (presiden). Tapi Amien ternyata menemui batunya. Tidak mudah memancing emosi Jokowi.

Setajam apapun kritik kepada Jokowi jarang petahana menanggapinya. Amien terus membuat kontroversi tetapi Jokowi sepertinya tidak pernah menanggapi.

Pancingan terakhir Amien adalah mengatakan, "Tapi dengan bahasa Indonesia, malaikat ini tiap hari turun. Tiap hari lapor kepada Allah, Ya Allah bangsa Indonesia itu sebenarnya bangsa yang punya potensi tapi pemimpinnya ugalan-ugalan tolong Ya Allah kalahkan, tentukan kalah."

Suara Amien selalu sinis pada Jokowi entah dendam apa yang membuatnya membenci Jokowi. Feeling saya Amien tersinggung tidak disapa. Harusnya Jokowi “sowan” menawari posisi manis agar Amien tidak lagi uring- uringan ugal- ugalan mengritik dan terus mencari kesalahan-kesalahan Jokowi.

Amien memang harus menjadi antagonis agar politik Indonesia semakin riuh.Tapi jika jagad politik terus panas bagaimana bisa bekerja tenang. Riuh rendah pembicaraan politik itu melelahkan, Bro…bikin tidak enak teman sekantin, sahabat seperjalanan dan kekhi jika harus membuat simbol-simbol di jari.

Mengacungkan jari satu dikira kecebong, mengacungkan dua jari dikira kampret. Jadi kalau mau usul dan kebetulan harus mengacungkan jari jadi bingung harus memakai dua jari atau satu jari. Yang umum sih cuma satu jari tapi masa kampanye sekarang khan lagi sensi semuanya di utak-atik, dikait- kaitnya disambung- sambungkan padahal otak yang tergelontori cerita medsos yang membuat yang waras jadi tenggelam dan yang gila(gadget) eksis.

Kembali ke Amien Ketika usia menua Amien masih berusaha dalam titik edar kekuasaan. Ia sempat berhasrat masuk di Senayan dengan  DPD mewakili Jogja, Ia masih penasaran mengapa peruntungannya lebih jeblok daripada Jokowi yang angkatannya jauh di bawah dia. Amien mengkader hampir semua anaknya untuk terjun di dunia politik.

Kenikmatan mengkritik membuatnya dengan entengnya bisa saja memaksa malaikatpun diajak berdoa demi kegagalan pemerintah terutama Jokowi. Bernafas, melengos, tersenyum dan blusukan saja salah. Amien adalah bagian dari sekumpulan manusia yang menutup rapat kebaikan terutama pada musuh politiknya.

Saya bingung apakah semakin tua seseorang perilaku anak kecil kembali mendapatkan tempatnya. Amien Rais berita tentangmu ternyata masih membuat pembaca penasaran apalagi yang akan kau lakukan. Menggeruduk KPU dan menuduh pemerintah campur tangan dalam hal penyelenggaan pemilu. Sekarang jika Amien berulah aminkan saja.

Kejutan Ma'ruf Amin

Amin satunya Ma’ruf Amin (Calon Wakil Presiden ) semakin tua semakin menemukan panggungnya. Pada debat ketiga yang mempertemukan lawan debat Sandiaga Uno apa yang diperkirakan banyak orang bahwa pengalaman, jam terbang dan performa Sandiaga yang masih muda energik  akan menenggelamkan penampilan KMA (Kyai Ma’ruf Amin).

Betapa terkejutnya saya bahwa KMA benar benar mengagetkan karena semua pertanyaan dijawabnya tenang.

Bahkan muncul istilah istilah baru kekinian yang tidak disangka. Seperti DUDI (Dunia Usaha Dunia Industri) Decacron, tol langit, Stunting, colostrum. Cyber university, Sydney Opera House, block chain, basic capital, maximize utility, diskontinuitas dan dsiorientasi budaya, yang ternyata renyah disantap dengan lezatnya.

Dari penampilannya yang semula diragukan ternyata ada surprise yang tak dinyana beliau sangat tenang dan menampakkan sebagai politisi kawakan yang sangat tenang dan kelihatan aura ulamanya yang disegani para santrinya.

Amien dan Amin sama- sama sepuh tetapi saya ingin menutup artikel ini dengan satu kesimpulan mereka masuk dalam lingkaran politik sama- sama terkenal dan saya acungi jempol untuk Amin tapi maaf Amien anda bagian dari sejarah masa lalu.

Salam damai.

***