Pidato Calon Presiden Prabowo Subianto yang menyebut “Tampang Boyolali” diprotes oleh sebagian masyarakat yang dipimpin langsung oleh Bupati Boyolali Seno Samodro. Bahkan, , ia mengeluarkan ucapan yang tidak sopan terhadap Prabowo.
“Jadi saya simpulkan satu yang kalian maksudkan bahwa Prabowo Asu (anjing),” kata Seno Samodro saat berorasi di Forum Boyolali Bermartabat, Minggu (4/11/2018), seperti terekam dan beredar di Youtube. Sebuah ucapan yang tidak pantas!
Seno Samodro yang juga kader PDIP itu menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia dalam orasi di hadapan rakyat Boyolali itu. “Kita sepakat tidak akan memilih calon presiden yang nyinyir terhadap Boyolali. Setuju?” kata Seno Samodro.
Ia juga mengajak rakyat Boyolali tidak memilih Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 akibat pernyataan yang merendahkan warga Boyolali. “Tadi di spanduk disampaikan Prabowo harus minta maaf, tetapi kita sepakat, tidak ada maaf bagimu. Yang jelas kita tidak akan memilih Prabowo. Itu saja,” papar Seno Samodro.
Melansir Eveline.com, komentar netizen di media social soal kabar Bupati Boyolali menyebut Prabowo Asu (anjing). “Bupati gk bermoral, kq dijadikan pemimpin… Copot tuu,, klu perlu penjarakan.. Utk apa pemimpin kq punya mulut asal aja….,” tulis akun Helmi Indra.
Seperti diketahui, potongan video dari pidato capres Prabowo Subianto mengenai ‘tampang Boyolali’ viral di media sosial. Pernyataan Prabowo yang menjadi viral tersebut diketahui ia sampaikan saat meresmikan Posko Badan Pemenangan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno di Kabupaten Boyolali, Selasa (30/10/2018) lalu.
Dalam salah satu bagian pidato itu, mantan Pangkostrad dan Danjen Kopassus itu berbicara mengenai belum sejahteranya masyarakat saat ini. Ia memberi ilustrasi tentang ketimpangan sosial dengan menyebut ‘tampang Boyolali’ akan terasing jika memasuki hotel-hotel mewah di Jakarta.
“Kalian kalau masuk, mungkin kalian diusir. Karena tampang kalian tidak tampang orang kaya, tampang-tampang kalian ya tampang Boyolali ini. Betul?” kata Prabowo kepada para pendukungnya. (Hadirin ramai-ramai menjawab: betul).
Ia mau mengatakan soal keadilan. “Dan dirasakan sekarang, saudara-saudara yang merasakan sekarang, saya bertanya ke saudara-saudara, apakah saudara-saudara sudah merasakan adil? Sudah merasa makmur atau belum?” ujarnya dan dijawab: “Belum!”
“Ekonomi kita tidak di tangan bangsa kita sendiri. Saya lahir di Jakarta, saya besar di Jakarta. Saya memberi usia saya untuk bangsa ini, saya memberi jiwa saya dan raga saya untuk bangsa ini,” ujar Prabowo dalam pidatonya.
“Tapi begitu saya lihat keliling Jakarta, saya melihat gedung-gedung mewah. Gedung-gedung menjulang tinggi. Hotel-hotel mewah. Sebut saja hotel mana di dunia yang paling mahal, ada di Jakarta,” lanjutnya menjelaskan kondisi Jakarta.
Prabowo kemudian menyebut beberapa nama hotel. “Ada Ritz Carlton, ada apa itu, Waldorf Astoria, namanya saja kalian nggak bisa sebut,” ungkapnya yang disambut tertawa hadirin di acara tersebut.
“Ada Saint Regis, dan macam-macam itu semua. Tapi saya yakin kalian tidak pernah masuk hotel-hotel tersebut. Betul? Kalian kalau masuk, mungkin kalian diusir. Karena tampang kalian tidak tampang orang kaya, tampang-tampang kalian ya tampang Boyolali ini. Betul?”
Dua kali pertanyaan itu dijawab hadirin dengan teriakan: Betul! “Saya sebagai prajurit, saya lihat kok negara saya bukan milik rakyat saya, untuk apa saya berjuang, apakah saya berjuang supaya negara kita jadi milik orang asing, saya tidak rela, saya tidak rela,” ujarnya.
“Karena itulah saya melihat rakyat saya masih banyak yang tidak mendapat keadilan, dan tidak dapat kemakmuran dan tidak dapat kesejahteraan, bukan itu cita-cita Bung Karno, bukan itu cita-citanya Bung Hatta,” lanjut Prabowo.
“Bukan itu cita-citanya Pak Dirman, bukan itu cita-citanya Ahmad Yani, bukan itu cita-cita pejuang kita,” ungkap Prabowo yang disambut dengan takbir, “Allahu Akbar!” Rupanya tak semua pidato Prabowo itu disajikan secara utuh di YouTube.
Dari googling jejak digital setidaknya ditemukan viral video “Tampang Boyolali” dengan durasi berbeda. Pertama, Viral Video Prabowo Subianto Pidato Sebut 'Tampang Boyolali", Tagar #SaveMukaBoyolali dari Tribunnews.com durasi 7:13 menit.
Kedua, VIDEO: Ribuan Warga Boyolali Unjuk Rasa Tanggapi Tampang Boyolali dilansir Tribunnews.com dengan durasi 1:16 menit. Ketiga, Viral Video Prabowo Pidato Sebut “Tampang Boyolali”, Tagar.... dikutip dari YouTube durasi 1:04 menit.
Tentu saja, respon dari masyarakat di Boyolali atas pidato “Tampang Boyolali” tersebut juga tergantung dari video mana yang dilihatnya: durasi lama, sedang, atau singkat! Kalau singkat pasti isinya akan bias dan cenderung bisa “dimanipulasi” lawan politiknya.
Termasuk akhirnya sampai berbuntut ke rana hukum segala. Seperti yang dilakukan Muannas Al Aidid, seorang advokat, dengan melaporkan Prabowo Subianto ke polisi. Belakangan diketahui, dalam versi pendukung Prabowo, fakta pelapor itu adalah Timses Jokowi.
Bahkan, disebut-sebut juga, Muannas itu dulunya adalah timses Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat saat Pilkada DKI Jakarta pada 2017 lalu. “Yang mendemo Prabowo bukan warga Boyolali, tapi kader PDIP-NasDem-PSI Cs,” tulisnya.
Menurut mereka, Muannas Cs mengerahkan kader PDIP, NasDem, dan PSI yang berada di Boyolali, lalu mereka suruh demo dan diklaim sebagai “Inilah Warga Boyolali Yang Marah Karena Dihina Oleh Prabowo”.
“Silakan teliti dan dengarkan pidato Prabowo di Boyolali secara lengkap dan utuh, maka tidak ada penghinaan apapun di situ apalagi terhadap warga Boyolali,” sebut pendukung Prabowo melalui akun medsosnya.
Bahkan, ada tudingan, Muannas Cs mempolisikan Prabowo tujuannya untuk memfitnah dan men-downgrade citra Prabowo, dan membuat Prabowo sibuk sehingga tidak sempat lagi berkampanye dan menggalang konsolidasi pada Pilpres 2019.
“Sementara petahana bisa bebas terus berkampanye karena tidak ada yang mengganggu,” ujar pendukung Prabowo tadi. Tampaknya di sini ada upaya untuk memanipulasi, menfitnah, dan berusaha membenturkan Prabowo dengan warga Boyolali.
Prabowo Subianto dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh seorang pria bernama Dakun yang mengaku berasal dari Boyolali, Jateng, Jumat (2/11/2018) malam. Ia didampingi Muannas sebagai penasehat hukumnya.
Dalam kesempatan yang sama, Dakun, pria kelahiran Boyolali yang sejak 1992 tinggal di Jakarta, mengatakan ia mengetahui video tersebut dari akun YouTube Taufik Irvani. “Saya tahu tadi siang (Jumat) sebelum Jumatan. Video itu kan beredar luas,” kata Dakun.
Menurut Dakun, seperti dilansir Kompas.com, Sabtu (3/11/2018), video unggahan akun itu berdurasi sekitar 2 menit. Tapi, ia belum mengklarifikasi kepada pihak pengunggah apakah video tersebut merupakan video utuh atau video yang telah dipotong.
Bapak-Ibu Boyolali
Hikmah yang perlu dipetik dari pidato “Tampang Boyolali” yang dinilai “menghina” warga Boyolali tersebut, dari sini muncul pengakuan jujur dari Presiden Joko Widodo yang selama ini “dibantah”. “Bapak-Ibu saya itu orang desa di Boyolali,” katanya.
Capres petahana itu bicara soal asal usul keluarganya saat memberikan pengarahan dalam Konsolidasi Tim Kampanye Daerah (TKD) Koalisi Indonesia Kerja Provinsi Banten di Gedung ICE BSD, Serpong, Tangerang, Minggu (4/11/2018).
Dia menegaskan orang tuanya berasal dari Boyolali, bukan keturunan Tiongkok yang berasal dari Singapura. Jokowi menegaskan, dirinya banyak ditimpa isu miring, termasuk soal asal usul keluarganya.
“Selama ini, selama 4 tahun saya diam. Tapi kini saya harus jawab. Saya harus ngomong!" ujar Jokowi, seperti dilansir Detik.com, Minggu (4/11/2018), dan berbagai media online lain yang menulis ketika Jokowi blusukan ke pasar di Tangerang itu.
Dia mengatakan, dirinya dituding memiliki orang tua keturunan Tiongkok asal Singapura bernama Oey Hoi Liong. Jokowi membantah keras hal itu. “Bapak ibu saya itu orang desa di Boyolali,” katanya.
Jokowi mengatakan, isu soal silsilah keluarga itu berdampak pada anaknya. Namun, anaknya yang bungsu Kaesang Pangarep, yang juga menempuh pendidikan di Singapura menjawab tudingan itu dengan cara sindiran yang kreatif.
“Anak saya itu langsung buat kaus tulisan 'cucunya Oey Hoi Liong. Pakai topi juga sama,” katanya disambut tawa hadirin. Jokowi berharap agar tidak ada lagi tebaran fitnah, apalagi selama proses Pesta Demokrasi.
Dia ingin politik yang dilakukan di Indonesia berasas pada etika dan tata krama yang baik. “Yang namanya berpolitik itu ya yang harusnya beradat, beretika dan dengan tata krama,” katanya.
Untuk diketahui, ibunda Jokowi, Sujiatmi lahir dan tumbuh di Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Sementara ayah Jokowi, almarhum Notomiharjo menjalani masa muda dan sekolah di desa itu bersama kakek dan neneknya.
Rasanya tidak tepat kalau warga Boyolali merasa “dihinakan”. Toh, kedua orangtua Presiden Jokowi itu juga berasal dari Boyolali!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews