Kini, jika Baiq Nuril tak mendapat amnesti Presiden Jokowi, darimana mendapatkan duit Rp500 juta? Untuk membayar denda penderitaannya sendiri, atas maskulinitas hukum kita!
Agungkah Mahkamah Agung? Rasanya tidak. Bahkan kadang amat tidak agung.
Sebagai rakyat jelata, yang bukan sarjana hukum, bisa dipastikan saya bukan ahli hukum. Tapi hati nurani rakyat jelata, tidak akan pernah bisa dilepaskan dari soal sensitivitas dan sensibilitas keadilan.
Keadilan dan hukum, sebenarnya seolah dua sisi wajah dalam satu koin. Berhubungan tetapi bisa jadi jauh, dan tidak ketemu. Meski keadilan berada di ranah hukum, hukum bisa seolah tak kenal si keadilan. Apalagi bagi Baiq Nuril, yang kasasinya ditolak MA. Artinya dia tetap diganjar penjara 6 bulan dan denda Rp500 juta. Baiq Nuril adalah rakyat jelata yang terjerat kasus relasi kuasa.
Apalagi tak lama setelah keputusan soal Baiq Nuril, MA memenangkan kasasi Syafruddin Tumenggung. Terpidana kasus BLBI yang divonis 10 tahun penjara itu, baru menjalani 2 tahun hukuman. Tapi atas keputusan MA, kini ia bebas-bas.
Untuk kasus Baiq Nuril, MA ngotot keputusannya tepat. Tak ada mal-administrasi, karena berkait UU-ITE. Tak bisa dicampur-aduk dengan kasus Baiq lainnya, meski berkorelasi.
Dari sisi ilmu hukum murni, mungkin saja benar. Bagi awam seperti saya, MA sebagai lembaga tinggi negara yang berslogan ‘dharmmayukti’ (kebenaran yang sesungguhnya), tak layak menyandang keagungan itu.
Hukum hanya ngomongin hukum formal. Tak ada hukum kausalitas. Tak ada hubungan latar belakang masalah. Berada di ruang hampa udara. Kayak kuda penarik dokar dengan kedua tutup mata. Apalagi, tidak sensitif gender pada relasi kuasa dalam sistem sosial-budaya masyarakat kita.
Apalagi dua hari setelah keputusan MA untuk Baiq Nuril, pihak Kepolisian NTB mengatakan, gugatan Baiq Nuril atas kasus pelecehan seksual (yang diduga dilakukan ‘atasan’ Baiq) waktu itu, dikatakan tak ditemukan bukti kuat. Tidak bisa ditindak-lanjuti. Apes bagi Baiq. Sudah jatuh ketimpa tangga.
Kadang di situ kita kesel dengan diri sendiri. Apalagi jika sebagian kita lebih sensitif agama tapi buta huruf isu-isu perempuan dan relasi kuasa. Mahkamah Agung adalah lembaga tinggi negara, pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi. Bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Putusannya final.
Sangat besar wewenang, sangat besar potensi penyimpangan, penyelewengan, jual beli kasus, dan rekrutmennya sendiri. Para hakim agung ditetapkan oleh Presiden, dari pengajuan DPR atas usulan Komisi Yudisial. Dalam sistem politik elitis kita, kemungkinan transaksional lebih besar, baik politis maupun soal duit. Dan itu tentu berpengaruh ke kinerja.
Kini, jika Baiq Nuril tak mendapat amnesti Presiden Jokowi, darimana mendapatkan duit Rp500 juta? Untuk membayar denda penderitaannya sendiri, atas maskulinitas hukum kita!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews