Pungutan liar di pelabuhan sudah terjadi selama puluhan tahun, dan mata rantai negatif ini yang berusaha diputus oleh Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi langsung melakukan inspeksi di Pelabuhan Tanjung Priok untuk memeriksa apakah ada pungutan liar di sana. Beliau langsung menelepon Kapolri dan menugaskan untuk mengatasinya. Tindakan Presiden sangat diapresiasi oleh masyarakat, karena mereka tentu tak mau kena pungli yang sangat memberatkan.
Pungli adalah hal yang menyebalkan karena bukan merupakan tarif resmi, dan biasanya dipungut di tempat publik seperti terminal atau pelabuhan. Tindakan ini sudah termasuk KKN karena bukan tarikan resmi, dan masyarakat sangat keberatan karena ‘digetok’ oleh oknum maupun preman. Meski mengeluh dalam hati tetapi mereka tetap membayar karena takut kendaraannya tidak boleh lewat sana.
Presiden Jokowi menerima keluhan dari masyarakat via media sosial tentang pungli yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok, dan beliau langsung inspeksi ke sana untuk memeriksanya. Ternyata para sopir membenarkannya, karena saat macet malah dipalak oleh preman-preman. Ketika mereka bongkar muat juga kena pungli.
Para sopir yang diwakili oleh Agung Kurniawan juga bercerita ke Presiden Jokowi bahwa pungutan juga diambil di Depo Dwipa, Depo Fortune, dan NPCT 1. Naasnya, saat macet barang-barangnya malah sengaja dicuri oleh kawanan preman yang sudah terorganisir, malah mereka nekat naik ke atas kap mobil. Tindakan ini tentu tak bisa dibenarkan karena premanisme sangat merugikan.
Setelah mendengar penuturan para sopir, Presiden Jokowi langsung menelepon Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, lalu memerintahkan untuk memberantas premanisme. Perintah Presiden langsung direspon oleh Jenderal Sigit dan beliau berjanji untuk membersihkan kawasan pelabuhan dari premanisme.
Jenderal Sigit dan para anak buahnya tak hanya langsung turun ke Pelabuhan Tanjung Priok, tetapi juga ke berbagai daerah di tanah air. Banyak orang yang lega karena tak perlu takut akan pungli.
Sementara itu, masyarakat langsung gembira karena Presiden cepat tanggap dan memenuhi janjinya untuk mengamankan masyarakat, karena keselamatan mereka nomor 1.
Premanisme tentu adlah tindakan yang sangat berbahaya karena bisa mengancam nyawa.
Jika premanisme dibiarkan selama bertahun-tahun, maka sopir yang akan sengsara karena barang bawaannya dijarah, padahal belum tentu itu milik mereka, sehingga harus mengganti rugi. Selain itu, pungli di pelabuhan tentu memberatkan karena tarifnya jauh lebih tinggi daripada tarif yang resmi.
Masyarakat sangat mengapresiasi Presiden Jokowi yang langsung bergerak ke pelabuhan untuk mengecek apakah benar ada premanisme, berarti beliau perhatian dan membaca berbagai keluhan masyarakat di media sosial, walau jam kerjanya sangat padat. Hal ini menunjukkan bahwa Presiden mau mendengarkan suara rakyat dan memperhatikan apa saja masalah mereka.
Presiden yang mau turun langsung ke lapangan adalah contoh pemimpin sejati, karena tidak hanya ABS alias ‘asal bapak senang’ (seperti zaman orde baru). Namun Presiden Jokowi memeriksa ke pelabuhan dan setelah menemukan saksi dan bukti, dengan cepat menginstruksikan kapolri untuk mengatasi masalah premanisme.
Blusukan ke tengah kalangan masyarakat memang jadi salah satu ciri khas Presiden Jokowi, karena beliau ingin melihat langsung bagaimana kehidupan mereka. Apakah selama ini lancar-lancar saja atau malah terkendala beberapa hal, misalnya premanisme. Dengan mengatasi masalah itu maka rakyat bisa bekerja dengan lancar dan tak lagi terkendala oleh berbagai hal yang mengesalkan.
Pungutan liar di pelabuhan sudah terjadi selama puluhan tahun, dan mata rantai negatif ini yang berusaha diputus oleh Presiden Jokowi. Begitu juga dengan premanisme yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Keduanya tak bisa dibiarkan karena akan merugikan rakyat, sehingga ketika diberantas, masyarakat sangat mengapresiasi kesigapan Presiden saat mengatasinya. (Zainudin Zidan)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews