Reynhard Sinaga, Mencoreng Indonesia

Satu lagi pesan moral yang seharusnya kita pegang erat-erat: perilaku kaum pelangi sungguh sangat berbahaya. Tidak ada perdebatan lagi soal itu.

Rabu, 8 Januari 2020 | 22:01 WIB
0
590
Reynhard Sinaga, Mencoreng Indonesia
Reynhard Sinaga (Foto: tribunnews.com)

Apes bener. Nama besar Indonesia tercoreng di mata dunia gara-gara kelakuan satu orang berperilaku seksual menyimpang.

Indonesia mencatat rekor internasional, for all the wrong reasons.

The most prolific serial rapist in the UK's legal history, and probably in the world. And the perpetrator is an Indonesian born and bred. Apa lagi yang lebih memalukan daripada itu?

Ketika para perantau seperti kami ini berjuang untuk berbuat baik, taat hukum, berprestasi di negeri orang, demi menjaga nama baik bangsa dan agama, ternyata ada sesama perantau yang dengan sadar merusak semua perjuangan itu.

Hanya karena dia pintar, punya tampang lumayan, budi pekerti yang halus secara menyesatkan, dan kaya raya (catat!), maka dia pikir dia bisa berbuat sekehendak hatinya.

Berprestasi akademik sejak kecil, berhasil masuk sekolah dan universitas terbaik, lalu meninggalkan negeri semata agar bisa bebas dari kungkungan masyarakatnya yang menurutnya konservatif.

Di Manchester, tempatnya berdomisili sejak 2007, dia tinggal di sebuah tempat bernama Gay Village. Kenapa dinamakan demikian? Nggak perlu berpikir keras untuk menemukan jawabannya.

Di tempat ini, si anak Indonesia ini seperti menemukan jati dirinya. Hidup di lingkungan yang ideal, ditambah dengan dana tak terbatas, dia bisa leluasa menjalankan aksi bejatnya. Memperkosa ratusan lelaki, dengan rayuan maut dan membuat korbannya tak sadar selagi dia berbuat dan merekamnya! Ada yang lebih menjijikkan dari itu?

Rajin mengambil studi master di berbagai bidang, bahkan hingga lanjut sampai tingkat doktoral di University of Leeds (tempat saya berkantor di kurun 2003 - 2006), rupanya hanya kedok.

Apakah dia sakit jiwa? Mungkin. Tapi yang jelas pengadilan Manchester menilai dia cukup waras untuk menjalani sidang dan menjalani dakwaan super berat.

Baguslah dia dihukum seumur hidup. Meski menurut Fatih, hukumannya seharusnya jauh lebih berat dari itu.

"He should never be allowed to see the lights of day ever again. He's a grave danger to society," begitu penilaian anak kami.
Kalau dalam Islam, orang seperti Reynhard Sinaga ini patut dihukum rajam sesuai dengan jumlah korbannya. Entah sudah akan mati berapa kali itu anak.

Untungnya dia bukan muslim. Dan untungnya dia nggak hidup di negeri dengan sistem Islam.

Masih ada banyak waktu untuk merenung selama minimal 30 tahun di dalam sel. Syukur-syukur kalau dia tobat. Kita lihat saja.

Jangan ada lagi generasi muda Indonesia yang bikin malu negara kita. Cukup si Reynhard saja yang jadi pelajaran.

Saya yakin masih jauh lebih banyak anak-anak muda Indonesia yang pandai, berprestasi, berbudi pekerti luhur, soleh, dan bisa memberi manfaat di tanah rantau.

Baca Juga: Saibun Galau

Maka mari kita fokus ke sana saja. Menyiapkan generasi muda yang mumpuni, hidup lurus sesuai ajaran tauhid, dan bisa membanggakan orangtua, bangsa, dan agama.

Sungguh kasihan orangtua Reynhard. Money really can buy most things. Namun uang juga bisa menjebloskan pemiliknya ke jurang terdalam. Sungguh ngeri.

Jaga anak-anak kita selagi mereka masih dalam pengasuhan kita. Tanamkan dasar tauhid yang kuat, agar ketika mereka terbang lepas nanti, mereka bisa membedakan yang haq dan yang bathil. Minta selalu perlindungan Allah.

Satu lagi pesan moral yang seharusnya kita pegang erat-erat: perilaku kaum pelangi sungguh sangat berbahaya. Tidak ada perdebatan lagi soal itu.

***