Pasangan suami istri Gene dan Sandy Ralston melakukan pekerjaan tanpa menarik bayaran, mereka hanya minta ongkos perjalanan (travel expenses).
Tanpa bermaksud mendahului kehendak Tuhan dan tidak bermaksud menambah beban kesedihan keluarga Ridwan Kamil, saya ingin menyampaikan sebuah informasi yang mungkin bermanfaat bagi Bapak Ridwan Kamil. Informasi ini saya baca di media online The Guardian dengan judul "Bring up the bodies: The retired couple who find drowning victims".
Ini adalah kisah sepasang suami istri, Gene dan Sandy Ralston yang sudah 20 tahun membaktikan diri menjadi sukarelawan (volunteers) menemukan jenazah korban tenggelam. Selama dua dekade, mereka berhasil menemukan 120 korban tenggelam di danau dan bendungan (reservoir) di AS dan Kanada.
Mereka menggunakan perlengkapan sonar untuk mendeteksi korban tenggelam dan menjalankan boat yang menarik alat sonar secara pelan-pelan (lebih lambat dari berjalan kaki) hilir mudik di area sungai/danau yang dicurigai menjadi lokasi tenggelamnya korban. Kadang-kadang pekerjaan yang membosankan ini bisa berlangsung berminggu-minggu.
Pernah mereka berhasil menemukan jenazah korban tenggelam yang tergeletak di dasar bendungan 3,5 tahun lamanya. Ini adalah jenazah seorg pria yang jatuh dari perahunya waktu sedang memancing di bendungan.
Tidak semua pencaharian orang tenggelam dapat menggunakan alat sonar. Bilamana sungai atau danau ini sangat dalam (lebih dari 90 meter), maka harus digunakan semacam kapal selam kecil disebut ROV (Remotely Operated Vehicle). ROV ini mempunyai "lengan" yang bisa menggaet tubuh yang tenggelam naik ke permukaan.
Secara umum, tubuh yang tenggelam akan naik ke permukaan setelah dua atau tiga hari. Ini terjadi karena terjadi putrefikasi (pembusukan) oleh bakteri sehingga menghasilkan gas di dalam rongga badan sehingga menggembung seperti balon dan naik ke permukaan.
Ini untuk sungai di daerah tropis dan yang dangkal. Untuk sungai yang sangat dingin, proses dekomposasi oleh bakteri berjalan sangat lambat dan bahkan tubuh tidak pernah mengambang ke permukaan.
Pengalaman penemuan tubuh tenggelam yang terdalam mereka capai adalah sedalam 174 meter. Yaitu pada pria yang sudah hilang tenggelam selama 29 tahun di Danau Francois di British Columbia, Kanada.
Yang menarik, pasangan suami istri Gene dan Sandy Ralston melakukan pekerjaan tanpa menarik bayaran, mereka hanya minta ongkos perjalanan (travel expenses). Bandingkan dengan tim SAR komersial yang men-charge mahal sekali untuk mencari tubuh yang tenggelam ini.
Saya tidak tahu nomor kontak suami istri Ralston, tapi mungkin bisa ditanyakan ke media online The Guardian yang menuliskan artikel dengan judul di atas. Mudah-mudahan bisa ada manfaatnya bagi Bapak Ridwan Kamil yang sedang berjuang untuk menemukan putranya yang hilang di Sungai Aare, Swiss.
NB:
Catatan Redaksi
Di media sosial beredar curhat Atalia, ibunda Eril, disertai foto keluarga yang mendapat tanggapan netizen karena dianggap sangat menyentuh perasaan.
Ril… mamah pulang dulu ke Indonesia, ya..
Mamah titipkan kamu dalam penjagaan dan perlindungan terbaik dari pemilikmu yang sebenarnya, Allah swt, dimana pun kamu berada…
Insya Allah kamu tidak akan kedinginan, kelaparan atau kekurangan apapun. Bahkan kamu akan mendapatkan limpahan kasih sayang, karunia dan kebahagiaan yang tak pernah putus.
Di sini, di sungai Aare yang luar biasa indah dan cantik ini, mamah lepaskan kamu, untuk kita bertemu lagi cepat atau lambat.
Seperti yang pak walikota sampaikan,
“The city of Bern will forever be deeply connected to us…”
Doa terbaik mamah dalam setiap helaan nafas,
Atalia
Aare river, juni 2022
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews