PBB Seharusnya Mencegah Perang, Justru Menghasut Perang

Dalam hal konflik perang, PBB terkadang bukan menempatkan dirinya sebagai juru damai, tetapi tak jarang malah memprovokasi yang malah konflik atau perang semakin membara.

Senin, 7 Maret 2022 | 06:19 WIB
0
140
PBB Seharusnya Mencegah Perang, Justru Menghasut Perang
Markas PBB (Foto: detik.com)

Invasi Rusia terhadap Ukraina mendapat respon yang begitu cepat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB.

Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang menuntut Rusia untuk menarik pasukan militernya dari Ukraina. Dan dari 193 negara,141 negara setuju resolusi penarikan militer Rusia dari Ukraina.

PBB memang lembaga dunia sebagai juru damai terhadap negara yang dilanda konflik. Tapi keberadaanya dan sepak terjangnya juga sering mendapat kritikan dari anggota PBB sendiri.

PBB yang seharusnya menjadi penengah kepada negara-negara yang sedang berkonflik, tak jarang PBB malah menjadi perwakilan kepentingan negara-negara besar dan kuat. Kepentingan negara-negara kecil atau berkembang sering kali dikesampingkan atau tidak dianggap.

Kalau respon PBB begitu cepat menggelar sidang dan mengeluarkan resolusi yang menuntut Rusia untuk segara keluar dari Ukraina, tapi untuk negara lain responnya tidak seperti konflik antara Rusia vs Ukraina.

Rusia menyerang Ukraina memang tidak ada mandat PBB. Tetapi Rusia bukan negara pertama yang melakukan serangan tanpa mandat PBB.

AS bisa dikatakan negara yang menyerang negara lain tanpa mandat PBB. Yaitu, ketika AS menyerang Irak dengan tuduhan menyimpan senjata kimia. Serangan AS kepada Irak bukan hanya dilakukan AS seorang diri, tetapi dengan sekutunya.

Apa respon PBB terkait serangan AS kepada Iraq,apakah respon PBB seperti respon terkait serangan Rusia kepada Ukraina yang begitu cepat?

PBB tidak berdaya, karena AS dan sekutunya adalah penguasa dunia yang sangat kuat.

Bahkan sampai sekarang AS masih bercokol di Irak dan untuk menyuruhnya atau mengusirnya keluar bukan perkara gampang.

Libya juga mengalami nasib seperti Irak, negara Libya diserang juga tanpa ada mandat PBB. Negara Libya diserang oleh Perancis, Inggris dan tentu juga AS yang merupakan leadernya. Negara itu sekarang juga terpecah menjadi dua kelompok yang masing-masing mempunyai presidennya sendiri.

Apa respon PBB, tidak ada! meneng bae atau diam saja.

Dalam konflik di Yaman, PBB malah menjadi perwakilan atau kaki tangan negara yang menyerang Yaman, yaitu Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Padahal negara ini sudah dilanda perang selama tujuh tahun. Dan PBB juga mengetahuinya kalau konflik Yaman banyak memakan korban jiwa, terutama wanita dan anak-anak.

Kelaparan juga melanda Yaman. Tetapi bantuan tidak bisa disalurkan karena diblokade oleh kekuatan besar. Bahkan juru bicara Kementerian Kesehatan di Sana'a yaitu Dr.Anis al-Asbahi baru-baru ini menuduh PBB sebagai mitra koalisi Arab Saudi dalam pengepungan rakyat Yaman dan sebagai kaki tangan dalam kejahatan kemanusiaan yang mengorbankan rakyat Yaman.

PBB tegas kepada negara-negara berkembang atau negara negara yang bukan sekutu AS dan Eropa.

Dalam hal konflik perang, PBB terkadang bukan menempatkan dirinya sebagai juru damai, tetapi tak jarang malah memprovokasi yang malah konflik atau perang semakin membara.

PBB bukan datang membawa air untuk memadamkan api, tetapi malah membawa bensin dan menyiramkannya dalam api atau konflik perang tersebut.

Presiden Bung Karno adalah presiden yang berani mengkritik sepak terjang PBB ini. Bahkan tak tanggung-tanggung, dalam sidang umum PBB itu Bung Karno melampiaskan uneg-unegnya atau kritikannya kepada lembaga dunia tersebut.

Dalam Sidang Umum PBB 1960, PBB dianggap sudah tidak netral dan kepentingan bangsa-bangsa baru selalu dikalahkan oleh negara besar. Maksud negara baru waktu itu yaitu negara-negara yang baru merdeka, kalau sekarang yaitu negara-negara berkembang.

Bung Karno memberikan contoh, PBB tidak memberikan hukuman kepada AS, Inggris atau negara besar lainnya yang sering mencampuri urusan dalam negeri negara lain.

Tak sampai disitu, Bung Karno juga menuduh PBB bukan mencegah perang atau mendamaikan, tetapi malah menghasut peperangan.

"Dewan Keamanan yang seharusnya mencegah peperangan, justru sering menghasut peperangan," kritik Bung Karno dalam Sidang Umum PBB 1960.

Kritikan atau pidato Bung Karno dalam Sidang Umum PBB 1960 menggelegar dan mendapat applause dari negara-negara yang senasib seperti apa yang diungkapkan oleh Bung Karno. Bahkan pidato itu dengan tema atau kalau sekarang tagline "To Build The World a New".

Ternyata PBB tak pernah berubah dari dulu seperti kritikan Bung Karno pada tahun 1960-sampai sekarang.PBB hanya menjadi perwakilan kepentingan negara-negara besar dan sekutunya.

Akhirnya negara-negara kecil atau berkembang itu karena takut,maka menjadi sekutu AS dan Eropa.

Biar lebih aman.

***