Trump Sedikit Kesal dengan Mantan Presiden AS Sebelumnya

Sepanjang karier bisnisnya, Trump telah membangun gedung perkantoran, hotel, kasino, lapangan golf, dan fasilitas bermerek lainnya di seluruh dunia.

Senin, 2 September 2019 | 07:37 WIB
0
306
Trump Sedikit Kesal dengan Mantan Presiden AS Sebelumnya
Donald Trump (Foto: ABC News)

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, akhir-akhir ini disibukkan dengan persiapan dirinya untuk kembali mencalonkan sebagai Presiden AS untuk empat tahun berikutnya. Berbagai usaha telah dilakukannya, mulai berusaha meraih hadiah Nobel Perdamaian dengan  menciptakan perdamaian di Semenanjung Korea.

Sejak 1971, Trump memang telah bergerak di bidang bisnis. Masyarakat internasional tidak menyangka, ia bisa mengalahkan Hillary Clinton dalam pemilihan presiden AS sebelumnya. Ia sejak 1971 telah memimpin "The Trump Organization," perusahaan induk utama untuk semua usaha properti dan kepentingan bisnis lain miliknya. 

Sepanjang karier bisnisnya, Trump telah membangun gedung perkantoran, hotel, kasino, lapangan golf, dan fasilitas bermerek lainnya di seluruh dunia. Ia kemudian terpilih sebagai presiden Amerika Serikat ke-45 pada Pilpres 2016 dari Partai Republik; ia mengalahkan calon dari Partai Demokrat, Hillary Clinton. Ia dilantik pada tanggal 20 Januari 2017.

Trump lahir dan besar di New York City. Ia meraih gelar sarjana dari jurusan ekonomi Wharton School di Universitas Pennsylvania pada tahun 1968. Tahun 1971, ia mengambil alih kendali perusahaan properti dan konstruksi milik ayahnya, Fred Trump. 

Trump tampil di berbagai ajang Miss USA yang penyelenggaraannya dikuasai Trump sejak tahun 1996 sampai 2015. Ia juga tampil secara mendadak di sejumlah film dan seri televisi. Ia sempat mencalonkan diri sebagai presiden dari Partai Reformasi pada tahun 2000, namun mengundurkan diri sebelum pemungutan suara dimulai. 

Selain itu Trump merupakan pembawa acara dan produser "The Apprentice," seri televisi realita di NBC, pada tahun 2004 sampai 2015. Hingga 2017, ia terdaftar di Forbes sebagai orang terkaya ke-324 di dunia dan ke-113 di Amerika Serikat dengan kekayaan bersih $3,1 miliar.

Pada Juni 2015, Trump mengumumkan pencalonan dirinya sebagai presiden dari Partai Republik dan langsung menjadi calon unggulan. Bulan Mei 2016, para pesaingnya di Partai Republik menghentikan kampanyenya masing-masing. 

Bulan Juli 2016, ia secara resmi dicalonkan sebagai presiden pada Konvensi Nasional Republik 2016. Kampanye Trump mendapat liputan media dan perhatian luas di dalam maupun luar negeri. 

Banyak pernyataan Trump dalam berbagai wawancara, Twitter, maupun kegiatan kampanyenya yang memicu kontroversi atau terbukti keliru. Sejumlah kegiatan kampanye Trump sepanjang pemilihan pendahuluan dibarengi oleh unjuk rasa. Setelah Trump memenangi pemilu, ia memulai proses transisi pemerintahan. Pada usia 70 tahun, ia merupakan orang tertua yang menjabat sebagai presiden Amerika Serikat.

Kebijakan Trump meliputi renegosiasi perjanjian dagang AS--China, penolakan terhadap beberapa perjanjian dagang seperti NAFTA dan Kemitraan Trans-Pasifik, penegakan hukum imigrasi yang lebih ketat serta membangun tembok di sepanjang perbatasan AS--Meksiko, reformasi perawatan veteran, pembatalan dan penggantian Undang-Undang Layanan Kesehatan Terjangkau (Affordable Care Act), dan pemotongan pajak. 

Setelah serangan Paris November 2015, Trump mengusulkan penghentian sementara imigrasi Muslim ke Amerika Serikat; ia kemudian mengubah rencana kebijakannya menjadi "pemeriksaan latar sangat ketat" dari negara-negara tertentu.

Kadangkala, Trump tidak segan-segan mengkritik Presiden AS sebelumnya. Mantan Presiden AS Barack Obama dikatakannya bertanggung jawab dengan kehadiran Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).  

Perang Dagang antara AS dan China sekarang ini dikarenakan kebijakan pemerintah sebelumnya yang membiarkan China menjadi negara besar. Meski secara khusus tidak menyebut siapa yang menjalin dan menjadikan China sebagai negara besar di bidang ekonomi dan politik, masyarakat dunia memakluminya bahwa Presiden AS Richard Nixon yang membuka pintu awal terjalinnya hubungan AS-Republik Rakyat China.

Kunjungan Presiden AS Richard Nixon ke Republik Rakyat China pada 1972 adalah sebuah langkah berpengaruh dalam menormalisasikan hubungan antara AS dan RRC secara resmi.

Di pihak lain, AS meninggalkan Taiwan sebagai bagian real politik, sebuah kebijakan luar negeri yang mengabaikan pertimbangan moral. Dalam waktu singkat Nixon berhasil memainkan "kartu RRC" dalam menghadapi Uni Soviet dan negara yang dibelanya Vietnam Utara.

Meski sukses menjalin hubungan AS-China, tetapi akhirnya di dalam negeri, Nixon diperiksa karena menyuruh dan menyembunyikan pembongkaran kantor Partai Demokrat di kompleks perkantoran Watergate, salah satu rangkaian skandal yang melibatkan CREEP (Komite Pengangkatan Kembali Presiden), yang juga mencakup daftar musuh dan berbagai "tipuan kotor." 

Rekaman rahasia dari percakapannya di Gedung Putih di sita oleh pengadilan, dan mengungkapkan rincian keterlibatannya dalam penyembunyian. Namun Nixon disebutkan oleh juri agung yang menyelidiki kasus Watergate sebagai "ko-konspirator belum terbukti" dalam Skandal Watergate. Ia kehilangan dukungan dari partainya sendiri dan juga negara dalam Pembantaian Malam Sabtu. Di situ ia memerintahkan Archibald Cox, jaksa khusus dalam kasus Watergate dipecat. 

Demikian pula sejumlah bawahannya sendiri yang keberatan dengan langkah ini pun dipecat. Komite Kehakiman DPR membuka pemeriksaan pendengaran resmi dan terbuka untuk pemecatan terhadap Nixon pada 9 Mei 1974. Ketimbang dipecat DPR dan dibuktikan kesalahannya oleh Senat, ia mengundurkan diri terhitung mulai 9 Agustus 1974. Praktis, ia menjadi satu-satunya Presiden Amerika Serikat yang mengundurkan diri.

Penggantinya Gerald R. Ford, bergegas mengeluarkan pengampunan, sehingga mengakhiri investigasi.

Setelah AS mengakui hanya satu China. Taiwan tetap menjalin hubungan dengan AS dalam hal bantuan persenjataan. Di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa sekarang ini, ada lima anggota tetap yang memiliki hak veto, yaitu AS, Rusia, Perancis, Inggris dan RRC.

***