Khadafi dan Saddam adalah dua diktator yang jualan agama dan jualan isu sunni untuk mengelabui muslim. Padahal kejahatannya kepada sesama sunni juga gak kalah besar.
Dia menggulingkan Raja Idris di Libya tahun 1969 lewat kudeta militer. Lalu dia naik tahta.
Dia gak sendirian dalam mengkudeta Raja Idris. Jenderal Khalifa Haftar juga ikut dia dalam kudeta itu.
Jenderal Khalifa Haftar saat ini menjadi pemberontak di Libya melawan pemerintah yang sah yang diakui dunia.
Khalifa Haftar saat ini terus berperang melawan pemerintah sah Libya dengan bantuan Saudi, Emirat, Mesir, dan Rusia.
Khadafi menganut ideologi politik sosialis. Sama dengan ideologinya Saddam Hussein di Irak dan Basyar al Assad di Suriah.
Saddam dan Assad bahkan punya partai politik yang berhaluan sama juga nama partai yang sama: Partai Baats. Haluan sosialis.
Bagi sebagian muslim yang tidak paham sejarah, khadafi dan Saddam dianggap sebagai "pahlawan". Padahal mereka juga bagian dari tiran yang barbar.
Khadafi naik ke tampuk kekuasaan dengan tangan berdarah, cukup banyak pengikut Raja Idris yang dieksekusi mati pasca kudeta.
Selama menjabat sebagai pemimpin Libya 1969-2011. Khadafi membunuh semua lawan lawan politiknya yang berpotensi membahayakan tahtanya.
Begitu juga Saddam Hussein di Irak. Saddam tidak kurang mengeksekusi mati 6 menterinya sendiri karena takut kalah pamor.
Bukan hanya menteri, Saddam juga banyak menghabisi akademisi, pemikir, ulama dst. Sampai batas yang keterlaluan.
Mereka adalah tiran yang kejam, kejam kepada siapapun yang membahayakan kursinya. Tapi media tidak banyak mengekspose kekejaman mereka terhadap sesama muslim. Yang sunni terutama.
Khadafi dan Saddam sama sama mempertahankan kekuasaan dengan tangan besi dan senjata. Mereka juga sama sama mantan sahabat dekat AS dan kawan-kawannya.
Saat Khadafi menghabisi ulama besar syiah Musa Sadr tahun 80 an. Khadafi menggunakan media dan membranding dirinya sebagai pemimpin sunni anti syiah. Sejatinya itu hanya dagangan politik.
Pada saat yang sama, betapa banyak ulama sunni di Libya yang jadi korban, ada yang meninggal ada juga yang kabur keluar Libya.
Begitu juga dengan Saddam Hussein, saat Saddam menginvasi Iran dalam Perang Teluk. Saddam membranding dirinya adalah pemimpin sunni anti syiah. Padahal invasi Irak ke iran waktu itu juga didukung penuh oleh AS.
Saddam adalah sahabat AS, sekutu AS. Saat Saddam sudah kehilangan pamor dan kekuasaannya melemah di dalam negeri akibat perlawanan rakyat terhadapnya. AS ambil kesempatan itu untuk melenyapkan Saddam. Lalu berhasil.
Khadafi dan Saddam adalah dua diktator yang jualan agama dan jualan isu sunni untuk mengelabui muslim. Padahal kejahatannya kepada sesama sunni juga gak kalah besar.
Allah maha melihat, lalu Allah membalas dengan caraNya. Khadafi dan Saddam sama sama meninggal secara tragis.
Bedanya, Saddam yang dholim dilenyapkan Allah lewat tangan orang yang lebih dholim(AS). Sedangkan Khadafi Allah lenyapkan lewat revolusi rakyat yang tertindas karena tangan besinya.
Cara pencitraan Khadafi dan Saddam Hussein di depan muslim sunni persis sama dengan gaya pencitraan Raja Saudi saat ini. Terlihat anti syiah dan pro sunni.
Padahal sejatinya begitu banyak ulama sunni yang masuk penjara atau kabur keluar dari Arab Saudi. Begitu juga dengan puluhan ribu nyawa rakyat Yaman yang melayang akibat invasi Saudi atas nama perang lawan syiah.
Seperti Saddam dan Khadafi. Semua tiran yang kejam tetap akan mengalami nasib yang sama. Mereka tetap akan Allah lenyapkan dengan caraNya sendiri. Hanya Dia yang tau. Dan ini hanya soal waktu.
Tengku Zulkifli Usman.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews