Rawabi, Kota Karya Pengusaha Palestina

Bashar al-Masri, orang Palestina, pengusaha yang punya visi membangun negaranya idealnya perlu didukung oleh Otoritas Palestina.

Selasa, 19 November 2019 | 18:30 WIB
0
397
Rawabi, Kota Karya Pengusaha Palestina
Bashart al Masri (Fortune.com)

Kita di Indonesia kerap mendengar Palestina dijajah, warga hidup menderita di kamp pengungsian sehingga donasi mengalir untuk para pengungsi. Faktanya, Otoritas Palestina memang ngga punya inisiatif membangun. Rawabi yang terletak di Tepi Barat ini dibiarkan terbengkalai. Untung ada Bashar al-Masri yang membangun daerah ini sehingga menjadi kota moderen.

Berikut catatan pembangunan kota Rawabi:

1. Dibangun selama 9 tahun mulai tahun 2008 dengan dana $1,4 miliar
2. Dana pembangunan 2/3 dari pihak swasta asal Qatar, tidak ada dana Otoritas Palestina
3. Butuh 73 kali meeting sampai Bashar mendapatkan pinjaman
4. Butuh 4 tahun urus izin pembangunan dari Israel karena akses masuk ke kawasan Rawabi terletak di Tepi Barat area C yang dijaga tentara karena warga terdiri dari 2,6 juta orang Palestina dan 400 ribu Yahudi.
5. Butuh 18 bulan negosiasi, 2 kali pertemuan dengan Obama dan Netanyahu untuk menyediakan akses air untuk Rawabi. Kenapa minta air dari Israel? Karena di wilayah Palestina tidak ada sumber air namun Palestina tidak mau ikut Komite Kerjasama Air. Btw, air untuk Yordania 70% dari Israel.
6. Israel menyediakan listrik untuk 3000 warga Rawabi.
7. Seluruh bahan bangunan berasal dari Israel, karena itu Mashar menolak boikot produk Israel. Soalnya es krim di Palestina aja dari Israel, apalagi semen.
8. Semula Mashar al-Masri ingin membangun Ramallah, ibukota Palestina namun menurut pejabat militer Israel, Ramallah terlalu dekat dengan Ofra, komunitas Yahudi pertama di Tepi Barat sehingga kurang prospek, akhirnya dipilih Rawabi.

Siapa Bashar al-Masri, Warga Negara Amerika asal Palestina?

1. Sarjana Teknik Kimia dari Virginia Tech, Amerika Serikat.
2. Profesi sebagai kontraktor sukses di Maroko, Libya, Mesir dan Yordania
3. Menikah dengan orang Amerika, mendapat status WN AS
3. Lahir di Nablus, Tepi Barat. Nama Nablus berasal dari orang Romawi, dahulu adalah Sikhem (tempat Abraham menerima janji Tanah Perjanjian di Kejadian 12:6-7). Kembali ke Palestina tahun 1990-an.
4. Dipenjara karena demo melawan Israel, bertemu sesama napi, anggota PLO yang mengajarkan tentang Marx dan Lenin.

“Kita ngga punya pilihan selain bekerja sama dengan pemerintah Israel dan orang Israel, tetapi kita juga harus mau melakukan hal itu. Adalah sebuah kesalahan memisahkan ekonomi Palestina dari Israel. Proyek pembangunan seperti ini membawa masyarakat menjadi lebih dekat” (Bashar al-Masri kepada Times of Israel).

Bashar al-Masri, orang Palestina, pengusaha yang punya visi membangun negaranya idealnya perlu didukung oleh Otoritas Palestina. Sayangnya ngga ada dukungan tuh dari Otoritas Palestina. Gimana kalo pengusaha asal Indonesia aja yang investasi di Palestina untuk bangun PAM dan PLN di Palestina? Yuk, kerja, kerja, kerja daripada protes,protes, protes doang dari jauh.

***