Seperti halnnya Lee Kuan Yew di Singapura, Mahathir mengendalikan lawan-lawan politiknya melalui model kebijakan "soft-authoritarian" dengan instrumen hukum "Internal Security Act"(ISA).
"Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui...!"
Itulah langkah politik fenomenal yang diayunkan Mahathir Mohamad yang memenangkan pemilu di Malaysia. Betapa tidak!
Kemenangan bersejarahnya atas petahana Perdana Menteri (PM) Najib Razak --murid politik sekaligus rivalnya-- akan mengembalikannya ke kursi PM yang pernah didudukinya selama 22 tahun (1981-2003).
Dengan demikian Mahathir akan menjadi PM dan pemimpin tertua di dunia: 92 tahun!
Kemenangan Mahathir melalui kekuatan aliansi oposisi Pakatan Harapan (PH) juga sekaligus mengakhiri dominasi kekuatan koalisi Barisan Nasional (BN) yang sudah berkuasa sejak 1957. Pakatan Harapan berhasil meraih 114 kursi parlemen dari ambang mayoritas 112 kursi.
Kemenangan aliansi oposisi Pakatan Harapan atas Barisan Nasional ini menarik, karena justru Mahathir sendiri merupakan tokoh kunci di balik kejayaan BN di masa lalu. BN adalah kekuatan politik utama sekaligus penopang bagi kesuksesan kebijakan nasional Dasar Ekonomi Baru (DEB) yang dicanangkan Mahathir sejak berkuasa 1981.
Malaysia modern saat ini, yang maju secara ekonomi, dan juga maju pada berbagai sektor lainnya, khususnya dalam mengangkat taraf hidup pribumi Melayu, diakui semua pihak adalah hasil penerapan kebijakan DEB-nya Mahathir (bahkan ada yang menyebut DEB sebagai "Mahathirism").
Bagi yang mengikuti jejak politik Mahathir sejak awal, dasar-dasar bagi rumusan konsepsi dalam DEB sebenarnya sudah bisa dilacak dalam bukunya yang terbit tahun 1970, THE MALAY DILEMMA.
Buku yang berisi kecaman terhadap kebijakan pemerintah PM Tunku Abdul Rahman karena dinilai tidak berpihak kepada kaum pribumi itu, akhirnya dilarang beredar (baru dibolehkan beredar lagi ketika Mahathir berkuasa tahun 1981).
Mahathir seorang dokter (julukannya "Dr. M"), maka tak mengherankan dia memakai pendekatan medis untuk mendiagnosis "penyakit" yang diidap masyarakatnya, terutama kaum pribumi Melayu. Misalnya dia memakai Hukum Mendel (khususnya dampak perkawinan antar kerabat yang punya hubungan darah) untuk menjelaskan lemahnya daya pikir orang Melayu.
Dia juga memakai pendekatan "kultural" untuk menjelaskan hambatan-hambatan bagi modernisasi (mungkin padanannya di Indonesia adalah buku Koentjaraningrat, "Kebudayaan, Mentaliteit, dan Pembangunan").
Tentu pendekatan kultural dan sebagian argumentasi Mahathir dalam bukunya itu akan terasa usang ketika kita membaca buku Syed Hussein Alatas, THE MYTH OF THE LAZY NATIVE (1977), yang mematahkan semua argumen dalam pendekatan kultural yang bias colonialism atau bias orientalism.
Ketika berhasil duduk di kursi PM, Mahathir serius mewujudkan gagasan lamanya, tentu dengan modifikasi. Hasilnya? Malaysia bersama Singapura menjadi contoh negara secara ekonomi tidak saja di Asia Tenggara, tapi juga pada tingkat global.
Dalam kurun waktu 22 tahun kekuasaannya, Mahathir membuktikan kemampuannya membawa Malaysia menjadi negara modern dan maju, juga berhasil mengangkat taraf hidup dan status pribumi Melayu.
Selama kurun waktu itu juga, Mahathir telah mengukuhkan dominasi pemikirannya, semacam "Mahathirisme", yang terus dirasakan pengaruhnya sesudah dia tidak lagi berkuasa.
Seperti halnnya Lee Kuan Yew di Singapura, Mahathir mengendalikan lawan-lawan politiknya melalui model kebijakan "soft-authoritarian" dengan instrumen hukum "Internal Security Act"(ISA).
Dalam beberapa hal Mahathir mungkin mencontoh Suharto. Suatu pembangunan ekonomi nasional harus dirancang berjangka panjang, melibatkan teknokrat dan entrepreneur, dan ditopang oleh suatu sistem politik yang stabil.
Keduanya seakan penganut tesis Samuel Huntington: suatu program pembangunan ekonomi yang sukses dan mampu mendorong proses modernisasi masyarakat hanya bisa diwujudkan bila ditopang oleh adanya kondisi tertib politik dalam masyarakat tersebut.
Tetapi yang beda dari Mahathir dibandingkan pemimpin lainnya adalah komitmennya yang kuat untuk mengangkat derajat dan taraf hidup rakyatnya, khususnya rakyat pribumi Melayu (Mahathir sendiri keturunan India-Melayu).
Mulai hari Jumat, 11 Mei 2018, panggung politik dan denyut kehidupan ekonomi nasional Malaysia akan kembali diwarnai oleh tokoh kharismatik ini: Mahathir Mohamad.
S e l a m a t !
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews