Pilpres Tunisia dan Eksperimen Arah Baru

Pilpres kali ini menarik dan bersejarah. Peluang An Nahdhah menang pilpres masih terbuka meskipun tidak mudah, karena saya lihat An Nahdhah tidak menargetkan menang secara all out.

Minggu, 15 September 2019 | 21:16 WIB
0
433
Pilpres Tunisia dan Eksperimen Arah Baru
Para Capres Tunisia (Foto: Facebook/Teungku Zulkifli Usman)

Hari ini akan dilaksanakan pilpres di Tunisia. Pilpres kali ini menarik, karena ini adalah pilpres bersejarah di Tunisia untuk menentukan masa depan demokrasi lebih lanjut di negara ini.

Pasca tumbangnya Ben Ali dalam badai Arab Spring 2011 lalu, Tunisia mengalami instabilitas, baik keamanan, politik maupun ekonominya.

Ini wajar karena Tunisia di bawah Ben Ali selama 24 tahun lebih adalah Tunisia yang korup, diktator, miskin dan serba tidak demokratis.

Pilpres kali ini diikuti oleh 26 calon presiden, 24 calon laki laki dan 2 orang wanita. Ini pilpres yang unik, pilpres ini dipercepat karena presiden Tunisia Beji Qaid Essebsi meninggal mendadak Juli lalu.

Tunisia adalah negara Islam dengan haluan politik sekuler yang sudah berhadapan dengan haluan politik konservatif Islam selama 50 tahun, dan sejak 2011 lalu Tunisia saat ini masuk era Islam politik haluan moderat ala ala Turki.

Pilpres hari ini juga merupakan pilpres pertama di mana kalangan Islam politik Partai An Nahdhah Tunisia di bawah Prof. Rached Ghanusyi mencalonkan kadernya sebagai capres.

Sedangkan partai penguasa Nida Tounes kali ini justru tidak memiliki calon yang firm sebagai kader Partai Nida, pasca meninggalnya Eessebsi, Partai Nida secara tidak langsung mengalami polarisasi politik.

Sebagian kader Nida mendukung Yousef Chahed, perdana menteri Tunisia era Essebsi dan era Mouncef Marzuoki. Dan sebagian lagi mendukung AbdulKarim Zbidi, menteri pertahanan Tunisia saat ini yang juga maju sebagai capres.

Sedangkan kader Partai An Nahdhah yang dicapreskan Ghanusyi kali ini adalah wakil ketua umum An Nahdhah sekalian juru bicara fraksi An Nahdhah di parlemen: AbdhlFattah Mourou.

Ketua umum An Nahdhah sendiri Rached Ghanusyi tidak mencalonkan diri sebagai capres bahkan sejak Ben Ali lengser 2011 lalu, padahal kalau Ghanusyi maju, dipastikan dia akan memenangkan pilpres satu putaran.

Tidak majunya Rached Ghanusyi sebagai capres selama ini, dianggap sebagai strategi partai An Nahdhah dalam menyikapi konstelasi politik tunisia dan rencana jangka panjang An Nahdhah.

Dunia Islam sudah hafal gaya Ghanusyi, beliau adalah salah satu pakar politik Islam dan pakar Maqoshid Syariah yang legendaris yang dimiliki kalangan Islam politik dunia saat ini, Ghanusyi sama seniornya dengan pendiri negara Tunisia itu sendiri yakni Habib Bourguiba.

Kader An Nahdhah AbdulFattah Mourou yang maju sebagai capres memang bukan calon favorit, tapi kelebihannya adalah, Muorou adalah calon yang firm didukung An Nahdhah secara solid tanpa dualisme.

Mungkin majunya Abdul Fattah Mouruo bukan bertujuan untuk harus menang pilpres secara mutlak, ada rencana besar An Nahdhah selanjutnya yang lebih besar untuk tunisia daripada sekedar menang pilpres.

Meskipun begitu, Mourou juga bulan calon yang enteng, saat ini posisi survei menempatkan Mourou sebagai capres 3 besar paling favorit diantara 26 capres yang ada.

Yang menarik, ada capres pengusaha yang kali ini sangat bersinar dalam survei pilpres, Nabil Al Karoiu. Pengusaha media, Surya Paloh-nya Tunisia. Tapi dia sedang menghadapi kasus pidana money laundry di pengadilan meskipun tidak bisa membatalkan pencapresannya.

Nabil Karoui adalah tokoh media dan aktivis kiri yang sangat berpengaruh dalam pilpres kali ini, namun kondisi masih sangat bisa berubah di kotak suara dengan statusnya sebagai tersangka.

Selain Nabil Karoui, AbdulF attah Mourou akan bersaing ketat dengan nama nama besar seperti mantan presiden Mouncef Marzouki, Mantan menhan AbdulKarim Zbidi, Mantan PM Yousef Chahed, Aktivis Slim Riyahi, Muhammed Abou, dan 5 mantan menteri lainnnya yang juga ikut maju dalam bursa.

Overall, pilpres kali ini menarik dan bersejarah. Peluang An Nahdhah menang pilpres masih terbuka meskipun tidak mudah, karena saya lihat An Nahdhah tidak menargetkan menang secara all out.

Partai An Nahdhah adalah arah baru nya politik Tunisia, meskipun negara ini tergolong kecil yang hanya berpenduduk kurang lebih 13 juta jiwa dengan 7 juta pemilih. Tunisia adalah salah satu prototype islam politik haluan arah baru yang sering jadi rujukan, terutama kepada ketua umumnya Prof Rached Ganoucci.

Mari kita tunggu saja hasil pilpres hari ini dengan bahagia.

Tengku Zulkifli UsmanAnalis Politik Dunia Islam Internasional.

***