Kalau Nuklir Berbahaya bagi Umat Manusia, Mengapa Mereka Memilikinya?

Kalau nuklir itu bisa bermanfaat bagi umat manusia, harusnya mereka tidak perlu menghalanginya dan tidak perlu merasa hanya mereka yang sudah cukup umur atau dewasa dalam penggunaannya.

Jumat, 4 Maret 2022 | 13:15 WIB
0
137
Kalau Nuklir Berbahaya bagi Umat Manusia, Mengapa Mereka Memilikinya?
Senjata nuklir (Foto: kompas.com)

Putin sempat memerintahkan pasukan nuklir bersiaga di tengah serangan Rusia kepada Ukraina.

Tentu perintah Putin terkait siaga senjata nuklir membuat was-was dunia.

Negara pertama yang menggunakan senjata bom nuklir adalah AS. Hiroshima diguncang bom atom pada 6 Agustus 1945 dan menyusul Nagasaki pada 9 Agustus 1945.

Jangan ditanya jumlah korban dan dampak atau imbas bom atom nuklir itu.

Sekalipun Putin menyiagakan pasukan nuklir, namun kecil kemungkinan akan digunakan. Kalau bom nuklir itu dijatuhkan ke Ukraina, tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Dan pasti akan diikuti negara lain yang akan membalas dengan bom nuklir juga.

Dunia akan menjadi gelap gulita dan populasi penduduk bisa berkurang signifikan. Tetapi jangan sampai terjadi, sekalipun konflik semakin panas antara Rusia vs Ukraina yang melibatkan sekutunya.

Ada suatu kalimat atau kata-kata yang bagus dari mantan presiden Iran yaitu Ahmadinejad terkait bom nuklir.

Kalimat itu kurang lebih "Kalau nuklir itu berbahaya bagi umat manusia, mengapa Anda memilikinya dan menyimpannya, tetapi, kalau nuklir itu bermanfaat bagi umat manusia, mengapa Anda menghalangi negara lain untuk memilikinya".

Kalimat itu ditujukan kepada AS yang begitu takut dengan Iran mempunyai senjata nuklir. AS dan Eropa yang memiliki senjata nuklir takut Iran bisa memproduksi senjata nuklir. Bahkan sekarang di Wina sedang dilangsungkan perundingan terkait kelanjutan JCPOA 2015 atau terkait perjanjian atau kesepakatan nuklir Iran yang terdiri dari anggota Tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman.

Di era Trump, ia mengkhianati dan keluar dari perjanjian atau kesepakatan nuklir JCPOA. Nah, perjanjian ini mau dihidupkan lagi di era Joe Biden. Sampai saat ini menjelang keputusan akhir di pihak AS, belum ada keputusan final seperti kesepakatan JCPOA pada tahun 2015.

Bagi Iran, AS harus dulu mencabut sanksi-sanksi atau tekanan maksimum yang selama ini dijatuhkan kepada negaranya. Bagi AS ini juga berat untuk mencabut semua sanksi-sanksi itu. Karena artinya Iran akan mendapat dana yang selama ini dibekukan oleh AS. Dan Iran bisa menjual minyak di pasaran dunia tanpa sanksi. Dan ini akan menjadi sumber pemasukan devisa bagi Iran.

Dan sekarang keputusan ada pihak AS bukan pada Iran. Kalau AS setuju, maka kesepakatan nuklir atau JCPOA akan dihidupkan kembali dan sanksi Iran akan dicabut.

Senjata nuklir sepertinya dijadikan senjata pamungkas bagi negara-negara yang memilikinya. Senjata itu akan digunakan kalau terancam atau terdesak dalam perang yang berkecamuk tak kunjung usai.

Pemilik senjata nuklir merasa hanya mereka yang layak memiliki senjata nuklir. Negara lain tidak boleh dan akan dihalang-halangi karena dianggap belum cukup umur atau dewasa dalam memiliki teknologi senjata nuklir.

Harusnya, kalau senjata nuklir itu berbahaya bagi umat manusia dan bisa mengancam keamanan dunia-mereka tidak perlu memilikinya atau dimusnakan saja.

Tetapi kalau nuklir itu bisa bermanfaat bagi umat manusia, harusnya mereka tidak perlu menghalanginya dan tidak perlu merasa hanya mereka yang sudah cukup umur atau dewasa dalam penggunaannya.

Dunia lebih aman tanpa senjata nuklir!

***