Amerika dan Eropa sekarang lagi sibuk mencari negara pengganti yang bisa memasok minyak dan gas di pasaran internasional untuk menggantikan Rusia yang dikenai sanksi.
Setelah Amerika dan Eropa atau sekutunya menjatuhkan sanksi kepada Rusia karena invasi ke Ukraina, justru membuat Amerika dan Eropa pusing dibuatnya.
Harga komuditas seperti minyak mentah dan gas menjadi naik tak terkendali. Dan Amerika juga sudah memerintahkan kepada 30 negara yang merupakan sekutunya untuk meningkatkan jumlah produksi minyaknya untuk mengatasi kenaikan harga di pasaran dunia.
Baru-baru ini ada berita yang membuat kita terkaget-kaget, Amerika mengirimkan delegasi nya ke Venezuela untuk bertemu dengan presiden Maduro.
New York Times melaporkan, delegasi Amerika membicarakan terkait perkembangan Rusia yang menyerang Ukraina.
Wall Street Journal juga melaporkan kedatangan delegasi Amerika ke Venezuela membawa misi untuk melobi presiden Maduro terkait minyak. Dalam laporannya, Amerika akan mencabut sanksi yang pernah dikenakan kepada Venezuela yang tidak boleh menjual minyaknya ke pasaran internasioanl. Dan sekarang sanksi itu akan dicabut oleh Amerika dan artinya Venezuela bisa melakukan ekspor atau menjual minyaknya.
Venezuela adalah musuh bebuyutan Amerika dari era Hugo Chavez sampai penggantinya yaitu Maduro. Bahkan Venezuela yang termasuk negara penghasil minyak yang cukup besar. Tetapi terkena sanksi oleh Amerika dan sekutunya dengan dalih pelanggaran HAM dan Demokrasi.
Bahkan ada upaya kudeta yang disponsori juga oleh Amerika. Venezuela juga dilanda krisis ekonomi dan politik.
Apakah Amerika dan sekutunya membantu Venezuela waktu terjadi krisis ekonomi dan politik?
Tidak! Justru digunakan sebagai kesempatan untuk medongkel atau menjatuhkan presiden Maduro.Tetapi berkat bantuan Rusia dan Iran, kekuasaan Maduro bisa bertahan.
Bahkan waktu terjadi krisis bahan bakar minyak di Venezuela yang membantu adalah Iran. Dengan mengirimkan beberapa kapal tangker dengan membawa bahan bakar minyak tersebut. Itu bukan tanpa risiko dari upaya sabotase yang dilakukan oleh Amerika. Tetapi Amerika tidak berani melakukan serangan kepada kapal tangker yang membawa bahan bakar menuju Venezuela.
Bukan itu saja, Iran juga membantu Venezuela dengan mengirim peralatan dan teknisinya untuk memperbaiki kilang minyak Venezuela supaya bisa meningkatkan kapasitas hasil produksinya.
Bahkan belum lama ini, Presiden Maduro berkunjung ke Iran dan bertemu dengan pemimpin besar Iran yaitu Ali Khamenei.
Sepertinya Amerika mendekati Maduro di tengah Rusia menyerang Ukraina, padahal Rusia sendiri sekutu Venezuela. Rupanya Amerika ingin menjinakkan Maduro dengan imbalan sanksi akan dicabut terkait penjualan minyaknya. Dan bagi Maduro ini juga bisa menjadi penyelamat ekonominya yang sedang dilanda krisis berkepanjangan.
Bagi Amerika dan Eropa, langkah ini menjadi solusi untuk mengatasi kenaikan atau gejolak harga minyak ditengah konflik Rusia vs Ukraina. HAM dan Demokrasi yang sering digunakan oleh Amerika kepada Venezuela untuk memberikan sanksi selama ini adalah perkara kecil. Itu juga bisa dicabut asal mau mengikuti apa yang diinginkan Amerika dituruti.
Amerika dan Eropa sekarang lagi sibuk mencari negara pengganti yang bisa memasok minyak dan gas di pasaran internasional untuk menggantikan Rusia yang dikenai sanksi.
Mencari negara pengganti untuk memasok minyak dan gas ternyata bukan perkara mudah bagi Amerika dan Eropa. Bahkan Amerika dan Eropa sekarang malah merasakan dampak atau imbas sanksi yang dikenakan kepada Rusia. Rupanya sanksi itu juga dirasakan kepada negara-negara pemberi sanksi. Seperti senjata makan tuan.
Kalau sampai akhirnya Venezuela bisa menjalin hubungan baik dengan Amerika, artinya tidak ada kebencian yang abadi, yang ada adalah kepentingan yang abadi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews