Saat genting seperti ini adalah waktu yang tepat untuk menunjukkan solidaritas dan kekompakan kita sebagai warga Norwegia, sebagai warga dunia. Kalau kita mau bersatu, kita akan berhasil.
Dan akhirnya... Sejak jam 18:00 Kamis kemarin, pemerintah Norwegia resmi menutup semua sekolah dan fasilitas umum di seluruh negeri. Mulai dari TK, SD, SMP, SMA, tempat kursus, sampai universitas tutup sampai minimal tanggal 26 Maret. Ada kemungkinan diperpanjang sampai waktu yang belum ditentukan.
Para pekerja di sektor pemerintah maupun swasta disarankan untuk kerja dari rumah. Hanya pekerja di sektor kesehatan yang memang tidak memungkinkan untuk libur.
Dalam sehari kemarin terjadi lonjakan kasus positif covid-19 menjadi 730 kasus, dengan 1 kasus meninggal. Hari ini bertambah lagi jadi 801 kasus. Trend-nya memang naik terus gila-gilaan.
Direktorat Kesehatan Norwegia bahkan memprediksi jumlah kasus positif akan terus bertambah hingga ratusan ribu dalam beberapa waktu ke depan. Maka langkah drastis "menutup" Norwegia dipandang sebagai langkah tepat.
Tempat-tempat umum seperti perpustakaan, gym, kolam renang, salon tutup. Masyarakat tidak disarankan untuk naik kendaraan umum. Dan tidak dianjurkan bepergian ke manapun kecuali betul-betul ada kepentingan.
Bahkan restoran, pub, bar, sampai warung kebab pun disarankan untuk tutup. Boleh tetap buka asalkan para pelanggannya saling menjaga jarak duduk minimal 1 meter. Kantin boleh tetap buka, tapi nggak boleh sistem prasmanan. Hanya supermarket yang masih tetap buka secara normal.
Segala jenis keramaian dilarang. Konser, pertandingan olahraga, konferensi, pameran, atau semua kegiatan yang menyebabkan kerumunan orang pun tidak diperbolehkan. Termasuk urusan ibadah yang mengumpulkan jamaah, harus distop untuk sementara.
Begitu ada pengumuman dari PM Norwegia Erna Solberg, mulai terjadi sedikit panic buying. Sedikit sih, dan masih terkendali. Pemerintah Norwegia melarang orang menimbun barang apapun, terutama makanan. Karena pemerintah dan para pemilik jaringan supermarket meyakinkan bahwa stok aman.
Penting sekali dalam situasi genting seperti ini rakyat mendapat keyakinan dari pemerintah bahwa keadaan akan tetap aman dan stabil.
Bagaimanapun orang Norwegia juga manusia yang bisa muncul rasa panik ketika tiba-tiba pemerintah mengumumkan bahwa negara ditutup.
Meski sebagian kalangan menganggap langkah drastis ini terlambat (dan sebaiknya dilakukan sejak Februari lalu), tapi langkah pemerintah Erna Solberg tetap dipuji. Tidak terburu-buru, penuh kalkulasi matang, dan harus dilakukan demi kemaslahatan masyarakat Norwegia. Demi menghentikan penyebaran covid-19 yang semakin tak terkendali.
Begitulah memang seharusnya pemerintah yang baik. Tidak gegabah namun juga tidak lengah dan terkesan menggampangkan.
Keselamatan rakyat harus jadi prioritas utama dibandingkan memajukan perekonomian.
Ini salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah. Masyarakat juga perlu mendapatkan edukasi yang tepat tentang kasus yang sudah jadi pandemi global ini.
Maka mulai kemarin sore kami tinggal di rumah, dan tidak keluar rumah bila tak ada keperluan mendesak. Taat pada anjuran pemerintah. Tidak panik. Tidak melakukan tindakan egois seperti memborong dan menimbun bahan makanan (InsyaAllah stok di rumah aman). Semua orang di sini patuh untuk melakukan "social distancing".
Tetap berharap sangat agar keadaan segera kembali normal dan membaik, di manapun di seluruh dunia. Sungguh tidak ada seorangpun yang ingin hidup terisolasi.
Satu pesan yang sangat menggugah dari PM Erna Solberg kemarin. Bahwa virus Corona boleh saja mengguncang dunia. Tapi kita harus tetap waspada dan optimistis. Kita bisa mengatasi keadaan ini. Bersama-sama. Saat genting seperti ini adalah waktu yang tepat untuk menunjukkan solidaritas dan kekompakan kita sebagai warga Norwegia, sebagai warga dunia. Kalau kita mau bersatu, kita akan berhasil melalui ujian ini.
Tetap jaga kesehatan. Tetap peduli pada masyarakat di sekitar kita.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews