Sayonara, Tetsu Nakamura!

Afghanistan contoh nyata menyuburkan politik perang saudara, sekarang mereka dapat apa, bahkan negara saja mereka nyaris tak punya.

Minggu, 15 Desember 2019 | 08:34 WIB
0
397
Sayonara, Tetsu Nakamura!
Tetsu Nakamura (Foto: nikkei.com)

Tahun 1991 dia menginjakkan kaki di Afghanistan, negeri yang berkecamuk perang saudara yang berkepanjangan, tanah dan negara yang pernah makmur itu menjadi lumpur peperangan dan campur tangan Rusia serta Amerika, mereka dagang senjata disana. Afghanistan dapat apa? Kelaparan dan kemiskinan, itu hasil nyatanya.

Nakamura, pria kurus, dari dari Jepang turun kesana untuk tugas kemanusiaan, dia membangun 3 klinik di sana, tapi akhirnya dia berpikir, 1.000 dokter pun tak akan ada gunanya karena akar masalahnya adalah soal kelaparan dan kemiskinan.

Akhirnya dia putuskan membangun kanal sepanjang 27 km selama 16 tahun, mengairi 16.000 Ha lahan tandus, menghidupi 600.000 kepala, dan berencana menambah 8 kanal yang sama, tapi cita-citanya terhenti karena sebutir peluru bersarang di tubuhnya pada 4 Desember 2019.

Dia tewas di atas tanah tandus yang disuburkannya, darahnya membasahi lahan subur hasil keringatnya. Hilang harapan 4,2 juta manusia yang akan mendapat aliran air untuk lahan tandusnya, Nakamura berpulang dalam kedamaian.

Afghanistan, negara yang pernah gemah ripah, rusak karena perang saudara yang panjang. Nakamura berpikir beda, dia mau rakyat Afghanistan bahagia dan perutnya tak lapar berkerut, tapi politik itu beda, dia bisa hidup di mana saja. Politik hidup di atas kemiskinan, di atas kelaparan, d iatas kemewahan, di atas semua penderitaan, dan seterusnya.

Afghanistan, Siria, Libya, Irak, semua diporakporandakan, seolah Tuhan enggan hadir di tengah kesulitan dan kelaparan. Namun sejatinya ketidakhadiranNya, karena ulah kita juga. Jadi jangan bicara soal agama, kalau ketololan yang dipiara, Tuhan enggan hadir ditengah kebodohan yang diciptakan, karena Dia telah memberi Iqra' sebagai jalannya, kita malah memilih isrof dalam urusan dunia.

Afghanistan contoh nyata menyuburkan politik perang saudara, sekarang mereka dapat apa, bahkan negara saja mereka nyaris tak punya.

Terus Indonesia apa mau nyusul kesana. Tak akan lama kita bakal menyusul mereka kalau kita terus ribut soal agama, natal disoal, gereja dirazia, pura di hina, vihara dijadikan bara, patung di pentung, sementara masjid cuma keras suaranya, tapi makin jauh manfaatnya, karena yg shalat hanya ritual, jauh dari spiritual.

Tetsu Nakamura, semoga damai di sana, aku tak bisa mengantarmu ke surga karena kuncinya di pegang oleh orang yang mengaku menyimpannya, tapi aku yakin kunci induknya ada pada yang empunya, dan engkau pasti di sambutnya, karena engkaulah seorang Nakamura yang menjadi khalifahnya, bukan orang yang mengaku-ngaku, tapi tak laku.

***