Tragedi Torrey Canyon [2] Tanker Minyak Raksasa Itu Kandas Terbelah Tiga

Torrey Canyon terbelah menjadi tiga bagian. Bagian haluan lebih dulu masuk ke dalam laut, menumpahkan sisa-sisa minyak yang terdapat di kargo bagian depan.

Jumat, 26 Juli 2019 | 07:38 WIB
0
1099
Tragedi Torrey Canyon [2] Tanker Minyak Raksasa Itu Kandas Terbelah Tiga
Tumpahan minyak Torrey Canyon (Foto: BBC)

Regu penyelamat dari Saint Marry di Pulau Scilly segera meluncur, sementara kapal terdekat dengan Torrey Canyon, adalah sebuah tug boat Belanda, Utrech, yang langsung melakukan pertolongan terhadap awak kapal. Tidak lama kemudian, armada Angkatan Laut Inggris datang. Letnan Michael Clark yang sedang bertugas di Culdrose menyiarkan kejadian itu melalui helikopter.

Pada jam pertama setelah Torrey Canyon kandas, 19 orang awak kapal berhasil diselamatkan, sembilan orang naik ke lifeboat, satu orang terjun ke laut dan sembilan orang lainnya diselamatkan dengan helikopter. Sedangkan Nakhoda Pastrango Rugiati bersama tiga awak bertahan di kapal. Beberapa hari kemudian, setelah diketahui bahwa Torrey Canyon tidak mungkin bisa diselamatkan, Rugiati bersama tiga awak dievakuasi dengan helikopter. 

Beberapa jam kemudian, datang HMS Barrosa dan HMS Clarkeston membawa ribuan ton deterjen yang akan disemprotkan untuk menetralisir minyak yang tumpah ke laut. Awak kedua kapal itu bingung, pada kasus tumpahan minyak sebelumnya di Inggris, jumlah minyak yang tumpah sebanyak 10 ribu ton. Sementara Torrey Canyon membawa 120 ribu ton minyak, posisinya tersangkut di puncak karang, di bawah permukaan laut.

Perdana Menteri Inggris, Harold Wilson yang saat itu akan menikmati libur Paskah di Pulau Scilly, tengah bersiap naik kereta api di Stasiun Penzance, diberi tahu oleh Dennis Barker dari The Guardian, tentang kejadian yang baru menimpa Torrey Canyon. “Perdana Menteri ingin melihat ke tempat kejadian, tapi hari itu tidak memungkinkan,” kata Barker.

Harold Wilson menilai kasus itu tidak begitu serius, sehingga ia tidak membatalkan liburannya. Di kemudian hari sikap Perdana Menteri Wilson itu mendapat banyak kritikan, terutama dari kalangan pencinta lingkungan hidup. 

Barker kemudian ikut naik helikopter meninjau lokadi kandasnya Torrey Canyon, ia mencium bau yang sangat menyengat dari minyak yang menutupi permukaan laut. Karena tidak tahan, ia sampai muntah mengenai penumpang lain. Itu menunjukkan tumpahan minyak dari Torrey Canyon skalanya sangat besar. 

Di parlemen, terjadi perdebatan sengit mengenai cara penanggulangan tumpahan minyak. Penanggulangan secara mekanik untuk tumpahan minyak di tengah laut dinilai tidak efektif, ‘seperti memunguti serbuk perak dengan menggunakan sarung tinju.’

Lalu ada usulan untuk memindahkan minyak yang masih terdapat di kargo Torrey Canyon ke tanker lain. Tapi ide itu ditolak karena terlalu berbahaya, minyak dalam jumlah besar sangat beracun jika terhirup dari jarak dekat. 

Akhirnya parlemen menyetujui satu rencana, di mana Kapten HB Stal dari Arthur Wijsmuller, Belanda, yang sebelumnya sudah menganalisis posisi Torrey Canyon, bersama 14 orang timnya akan mendekat ke kapal, lalu dengan menggunakan kompresor bertekanan tinggi memasukan stimulant ringan agar minyak yang masih ada di kargo kapal menguap lebih cepat, dan kapal bisa tetap terapung. 

Sebenarnya ini juga pekerjaan yang sangat berbahaya. Ketika upaya itu dilakukan pada siang keesokan harinya, satu percikan di ruang mesin menyebabkan terjadinya ledakan. Akibatnya, lima orang terluka kena pecahan logam. Sedangkan Kapten Stal dan seorang lainnya terhempas ke laut.

Penasehat tim itu, Kapten Percy yang melihat Kapten Stal jatuh ke laut, ia segera terjun menyelamatkan sahabatnya itu. Sedangkan seorang lagi yang jatuh ke laut diselamatkan awak tug boat. Meskipun telah gagal pada hari pertama, Kapten Stal tetap berupaya menyelamatkan kapal pada hari berikutnya, namun kembali gagal. 

Sementara untuk mencegah tumpahan minyak sampai ke area-area sensitif, dilakukan penyemprotan dengan deterjen. Tidak kurang dari 18 kapal menyemprotkan deterjen ke permukaan laut yang tertutupi minyak.

Namun, karena deterjen dinilai kurang efektif, maka untuk pertama kalinya dalam sejarah penanggulangan tumpahan minyak, digunakan dispersant dalam jumlah besar. Dispersant, bekerja dengan cara memecah minyak menjadi tetesan-tetesan kecil. Tetesan minyak yang sudah disemprot dispersant itu diharapkan terurai oleh mikro organisma. 

Tidak kurang dari 10.000 ton dispersant jenis BP1002 yang mengandung 12% non-ionic surfactant dan 3% stabilizer, dan aromatic solvents disemprotkan dari 42 kapal dalam sepuluh hari operasi. Dispersant dengan konsentrasi 10 ppm (part per million), mengandung racun yang lebih mematikan bagi mamalia dan tumbuhan laut, dari pada minyak itu sendiri. 

Tapi lagi-lagi karena lokasi tumpahan minyak sangat dekat dengan pantai, dikhawatiran dispersant itu justru akan mempercepat kerusakan ekosistem di area-area sensitif, mengingat saat itu angin bertiup kencang dari Atlantik ke arah daratan Inggris. 

Tanggal 26 Maret sore, Perdana Menteri Wilson tiba di Plymouth untuk menggelar rapat. Ia berdiskusi dengan beberapa orang ahli perkapalan dan perminyakan. Hasilnya, Torrey Canyon tak mungkin bisa diselamatkan. Sesaat kemudian, datang pilot helikopter dari HMS Delight, ia melaporkan bahwa buritan kapal sudah makin turun, bagian haluan pun mulai tenggelam. 

Senin, tanggal 28 Maret 1967 yang bertepatan dengan Hari Raya Paskah, Torrey Canyon terbelah menjadi tiga bagian. Bagian haluan lebih dulu masuk ke dalam laut, menumpahkan sisa-sisa minyak yang terdapat di kargo bagian depan. 

Karena kapal sudah tidak mungkin diselamatkan lagi, untuk menghabiskan minyak yang masih ada di dalam kargo kapal, dan juga di permukaan laut, akhirnya Pemerintah Inggris menempuh cara militer, yaitu dengan mengebom kapal dengan harapan minyak yang ada habis terbakar. 

Hari itu juga Fleet Air Arm menerbangkan Blackburn Buccaners dan memuntahkan 454 kilogram bom ke atas Torrey Canyon. Sementara Royal Air Force menggunakan Hawker Hunter mencurahkan berdrum-drum bahan bakar. Namun sialnya, api tak kunjung menyala karena tingginya gelombang. Hari berikutnya, FAA memakai Havilland Sea Vixens dan Buccaners, RAF menjatuhkan bom napalm.

Untuk membakar minyak di Torrey Canyon, FAA dan RAF telah menjatuhkan 161 bom, 16 roket, 1.500 ton bom napalm, dan 44.500 liter aftur. Secara keseluruhan upaya membakar minyak dengan cara mengebom jauh dari berhasil. 

Setelah dilakukan pengeboman secara massif, akhirnya Torrey Canyon tenggelam pada tanggal 30 Maret 1967. Bangkainya teronggok di dasar laut kedalaman 30 meter. Namun demikian, kalangan pencinta lingkungan hidup yakin, di ruang-ruang kargo kapal itu masih tersimpan minyak. 

Meski Torrey Canyon sudah tenggelam, namun masih mengeluarkan minyak yang kemudian menutupi permukaan laut. Para petugas dari Sussex membakar tumpahan minyak dengan menggunakan oxygen tile. Kantong panjang yang diisi sodium klorat lalu dilapisi plastik, satu ujungnya ditarik boat, ujung lainnya ditarik helikopter. Kemudian ditempatkan membentuk kurva untuk melokalisir minyak, masing-masing ujungnya dialiri listrik hingga meledak dan membakar minyak. 

Sembilan belas hari setelah Torrey Canyon menabrak karang, sejumlah besar minyak masih mengapung dan mengarah ke pantai Guerensey. Untungnya, lapisan minyak yang cukup tebal itu diperkirakan mencapai 3.000 ton, bisa dipompa ke kapal penangkut limbah. Rob Roussel dari Departmen Pelayanan Publik mengatakan, bagaimanapun wilayah Guerensey adalah tujuan wisata, pantai-pantai di sana harus bersih dari tumpahan minyak. 

Namun, aliran minyak dari bangkai Torrey Canyon di dasar laut berlangsung hingga berbulan-bulan. Bahkan, otoritas pantai di Guernsey masih melakukan pembersihan sisa-sisa tumpahan minyak dari Torrey Canyon hingga tahun 2010, atau 43 tahun setelah kejadian. 

Tragedi Torrey Canyon bukan hanya sebuah pelajaran sejarah, tapi bukti bahwa tumpahan minyak merusak lingkungan hidup dalam waktu sangat lama, hingga beberapa dekade. Lebih dari 43 tahun setelah kejadian, minyak dari Torrey Canyon masih membunuh kehidupan binatang dan tumbuhan di wilayah yang terpapar. 

Sekali lagi, minyak yang terapung di laut dipastikan tidak akan bisa dieliminasi seluruhnya. Terlebih lagi, minyak sebanyak 120.000 ton atau 36,8 juta galon muatan Torrey Canyon, dengan cepat menyebar ke berbagai arah, terbawa arus laut. Dengan cepat minyak menutupi hampir seluruh Selat Inggris bagian barat. Ke arah utara, minyak menutupi hampir seluruh pantai selatan wilayah ‘Ekor Kelinci’ daratan Inggris, dan sebagian wilayah pantai utara.

Ke arah selatan, minyak menyeberang ke pantai utara Perancis, Normandia, Pulau Guerensey dan Pulau Jersey, bahkan hingga Belgia dan Belanda. Faktor yang mempercepat penyebaran tumpahan minyak adalah padatnya lalulintas kapal dari Atlantik menuju Laut Utara serta Laut Baltik, dan sebaliknya. 

Upaya penanggulangan tumpahan minyak di pantai-pantai yang terpapar minyak, dilakukan secara mekanik dengan mengerahkan tentara dan peralatan zeni Angkatan Darat Kerajaan Inggris yang dibantu ribuan sukarelawan. Namun penanggulangannnya belum menggunakan peralatan penanggulangan tumpahan minyak (PPTM) modern seperti saat ini. 

Waktu itu, oil boom atau dam yang dipakai masih sangat sederhana dan tidak banyak. Uniknya, meskipun sejak tahun 1960 di Seymour – Connecticut, Amerika Serikat, sudah ada perusahaan yang memproduksi peralatan penanggulangan tumpahan minyak dengan merk Slickbar, orang-orang Eropa menyebut dam untuk melokalisir tumpahan minyak dengan sebutan ‘Slickbar’. 

Begitu juga untuk menyedot minyak yang ada di permukaan laut sekitar pantai, masih menggunakan pompa penyedot dengan pipa seperti belalai gajah, belum menggunakan skimmer. Pembersihan minyak pada bebatuan dan pasir, pantai dilakukan dengan menggunakan loader, ekskavator, dan sekop. Sedangkan untuk tumpahan minyak yang sudah dikumpulkan, ditampung langsung di truk militer yang berfungsi sebagai temporary storage tank. 

Di wilayah Inggris sendiri, pemerintah kerajaan mengerahkan sekitar 3.000 orang tentara untuk membersihkan pantai dari tumpahan minyak. Untuk membersihkan Pantai Cornish, Inggris, ada bantuan dari Angkatan Udara Amerika Serikat sebanyak 86 personel dan 34 kendaraan untuk menyemprot zat-zat beracun yang menempel pada karang-karang. Jumlah minyak yang terdampar di pantai-pantai wilayah Inggris, tidak kurang dari 20.000 ton. 

Sementara untuk membersihkan pantai di Perancis, Belgia dan Belanda, Pemerintah Inggris mengirim tentara berikut peralatannya. Pembersihan bisa berlangsung lebih cepat karena banyaknya sukarelawan yang membantu. Namun kemudian diketahui, karena minyak terus muncul dari reruntuhan kapal, maka pembersihan pun berlangsung selama bertahun-tahun. 

Penduduk lokal di wilayah-wilayah terpapar minyak, terutama komunitas nelayan dan pariwisata, sangat marah. Bahkan, setelah Tragedi di Teluk Mexico tahun 2010, mereka membandingkan sikap dan langkah Perdana Menteri Wilson pada kasus Torrey Canyon, dengan apa yang dilakukan Presiden Obama pada kasus Deepwater Horizon. Sangat berbeda. 

Les Hosking dari Marazion, Cornwall mengatakan, akibat tumpahan minyak warga di wilayah terpapar mengalami kesulitan dan mereka sangat marah. Mereka lebih marah lagi karena waktu itu pemerintah begitu lembek terhadap perusahaan minyak (BP), dan lebih bernafsu untuk menyalahkan kapten kapal. “Ini layaknya permainan saling menyalahkan,” kata Hosking. 

Kerusakan lingkungan hidup karena tumpahan minyak Torrey Canyon adalah yang paling parah dalam sejarah sampai saat itu. Beberapa minggu setelah kejadian, minyak sudah menjangkau wilayah sensitif di sepanjang ratusan kilometer pantai Inggris dan pantai utara Eropa kontinental. Tercatat, 25.000 ekor burung laut mati, dan 20.000 lainnya terkontaminasi.

Selain berbagai jenis ikan, ribuan mamalia laut seperti anjing laut, singa laut, kura-kura, dan lumba-lumba mati. Sementara yang masih bisa bertahan hidup mengalami kerusakan organ secara permanen. Kerusakan yang berlangsung dalam waktu yang sangat panjang adalah matinya tumbuhan laut yang merupakan mata rantai pertama dari ekosistem. 

Kerugian lain yang nilainya sangat besar adalah terganggunya kegiatan ekonomi masyarakat di area wilayah terpapar minyak, khususnya kegiatan pariwisata dan perikanan. Para pencinta lingkungan hidup berpendapat, hewan dan tumbuhan laut yang mati, lebih banyak disebabkan oleh deterjen dan dispersant yang disemprotkan secara massif, ketimbang karena tumpahan minyak.

Wakil Menteri Angkatan Laut Inggris, Maurice Foley mengatakan, persoalan itu adalah yang terbesar yang pernah dihadapi bangsa manapun. Untuk rehabilitasi lingkungan hidup di wilayah barat daya dan Scilly, Pemerintah Inggris mengalokasikan dana 500 ribu Poundsterling. 

Namun, Pemerintah Inggris juga mengupayakan kompensasi sebesar 3 juta Poundsterling dari Barracuda Tanker Corporation, pemilik kapal yang merupakan anak perusahaan Union Oil Company, Amerika Serikat. Upaya itu mengalami kesulitan. Melalui seorang pengacara muda, Inggris berhasil ‘menangkap’ kapal Lake Palourde milik Barracuda Tanker Corporation yang sedang docking di Singapura. Namun pengacara itu hanya bisa naik ke geladak kapal lalu diusir, karena dikira salesman whisky.

(Bersambung)

***

Tulisan sebelumnya: Tragedi Torrey Canyon [1] Kegelisahan Rugiati Tersangkut di Karang Ketujuh