Semoga dengan segala bantuan yang diberi oleh Indonesia, akan meringankan derita rakyat Palestina.
Pemerintah Indonesia terus mendukung Palestina untuk bebas dari penjajahan yang selama ini membelenggu. Selain memberi dukungan moril, pemerintah juga membantu secara diplomatik dengan mendorong PBB agar berani mengakhiri konflik di Gaza.
Juga memberi donasi uang senilai 32,1 milyar rupiah.
Konflik antara Palestina dan Israel makin memanas ketika tentara Israel menyerang warga sipil di perbatasan dengan Palestina.
Publik langsung mengecam mereka karena secara resmi, daerah itu milik Palestina tetapi rakyatnya malah diusir begitu saja. Selain itu, penyerangan dilakukan di bulan puasa pada malam hari dan terjadi penembakan di kompleks masjidil Aqsa, sehingga mencemari kesucian ramadhan.
Presiden Jokowi langsung bereaksi keras dan mengutuk kekejaman Israel, lalu memutus hubungan diplomatik dengan negara itu. Selain itu, Presiden juga mendesak PBB agar bersikap tegas dalam menengahi masalah di Palestina, karena hanya organisasi dunia ini yang memiliki kewenangan.
Hasilnya, Sekjen PBB Antonio Guterres langsung menegur Israel dan mereka berjanji akan segera melakukan gencatan senjata.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan bahwa pemerintah Indonesia akan terus mendukung Palestina, tak hanya bantuan moril tetapi juga memberi bantuan material. Sumbangan senilai 32,1 milyar rupiah diharap bisa meringankan penderitaan rakyat Palestina, apalagi rata-rata korban penyerangan ini adalah wanita dan anak-anak.
Mengapa pemerintah Indonesia terus mendukung Palestina? Karena hubungan erat antar kedua negara sudah terjadi sejak tahun 1920-an, jauh sebelum kita merdeka. Kala itu, para pejuang Indonesia sudah ancang-ancang jika suatu saat merdeka dari cengkraman Belanda lalu mencari dukungan dari negara lain. Salah satunya adalah Mufti Palestina.
Mufti tersebut sangat terkesan akan perjuangan rakyat Indonesia, apalagi Palestina dan Indonesia sama-sama negara dengan penduduk mayoritas muslim. Akhirnya ketika Indonesia merdeka tahun 1945, Palestina adalah negara yang pertama-tama mengakui kemerdekaannya, bahkan juga melobi negara lain agar turut men-support NKRI agar diakui di dunia internasional.
Oleh karena itu, ketika Palestina dalam derita, amatlah wajar jika kita membalas budi akan kebaikan mereka (walau sudah terjadi kisaran 100 tahun lalu). Hubungan antar kedua negara masih amat erat, bahkan rakyat Palestina juga menganggap warga Indonesia sebagai saudara.
Apalagi Palestina sebenarnya sudah memiliki status merdeka sejak tahun 1988, tetapi terus digerus oleh Israel yang berusah mencaplok wilayah mereka sedikit-demi sedikit, hingga akhirnya ada perebutan daerah di Gaza. Sehingga rakyat Indonesia terus mendukung Palestina yang posisinya terpojok. Diharap dengan dukungan dari pihak luar, mereka akan tahu diri lalu mundur pelan-pelan.
Posisi Indonesia di dunia internasional juga cukup berpengaruh, karena memiliki jabatan sebagai salah satu anggota Dewan Keamanan PBB. Sehingga ketika Sekjen PBB didesak, ia mau mendengar dan akhirnya menegur Israel dengan keras. Semoga gencatan senjata benar-benar terjadi dan ada harapan baru untuk mengakhiri konflik di wilayah Gaza.
Rakyat Indonesia juga tak tinggal diam dengan mengumpulkan donasi dengan diinisiasi oleh lembaga amal dan sedekah. Uang yang dikumpulkan akan langsung dikirim ke Gaza dan wilayah lain di Palestina yang membutuhkan. Juga sudah ada bantuan dari tim medis untuk diterjunkan di sana. Selain itu, Israel didesak agar membuka wilayah perbatasan Palestina agar kita bisa mengirimkan bantuan tersebut.
Semoga dengan segala bantuan yang diberi oleh Indonesia, akan meringankan derita rakyat Palestina. Karena kita bagaikan saudara sehingga jika salah satu diserang, yang lain akan merasakan sakitnya. Bantuan dari Indonesia sangat berarti bagi rakyat Palestina dan semoga gencatan senjata serta keadilan di Palestina segera terwujud. (Zakaria)
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews