Turki, Rusia dan Stabilitas Libya

Inilah mengapa, PM Libya dengan penuh percaya diri mengatakan akan terus bekerjasama dengan Turki dan mengharapkan turki hadir secara permanen membangun Libya pasca Haftar tumbang nanti.

Sabtu, 6 Juni 2020 | 18:50 WIB
0
285
Turki, Rusia dan Stabilitas Libya
Fayez al Sarraj dan Recep Tayyip Erdogan (Foto: aa.com.tr)

Setelah membebaskan seluruh Tripoli dua hari lalu, satu persatu basis Haftar terus berjatuhan.

Hari ini tentara GNA-Turki melakukan 5 serangan udara ke arah basis Haftar di dekat Sirte.

Serangan ini untuk membalas serangan Haftar kemarin yang menewaskan 2 orang tentara Libya.

Serangan GNA-Turki dalam 3 hari ini juga berhasil membebaskan kota besar Tarhouna. basis kuat terkahir Haftar di wilayah barat.

Kota Tarhouna adalah hasil besar kedua setelah pembebasan Al watiya Airbase yang telah di taklukkan menjelang Idul Fitri kemarin.

Setelah Tarhouna, Sekarang tentara GNA-Turki sedang merangsek masuk ke kota Sirte, setelah sirte, maka tujuan selanjutnya adalah pangkalan militer Al Jufra Airbase.

Jika Sirte dan Aljufra bebas dalam bulan ini, maka langkah selanjutnya adalah wilayah Selatan dan ladang ladang minyak Libya yang saat ini masih dikontrol Haftar.

GNA-Turki sedang bekerja keras agar seluruh tanah Libya bisa bebas secepat mungkin, begitu statemen terakhir deputi PM Libya Ahmed Maiteeq sepulang dari Moskow kemarin.

Kekuatan Haftar terus menurun drastis sampai saat ini. Di sisi lain, Turki berjanji akan meningkatkan bantuan militer berlipat lipat ke GNA. Hal ini disampaikan Erdogan kepada PM Libya Fayez Mustafa al Sarraj saat dia berkunjung ke Ankara kemarin siang.

Fayez Al Sarraj mengatakan kepada Erdogan bahwa GNA tidak akan membuka diskusi langsung lagi dengan teroris Haftar.

Di lain kesempatan, hasil kunjungan deputi PM Libya Ahmed Maiteeq dan Menlu Libya Mohammed Siala ke Moskow berjalan lancar dan membuahkan hasil.

Rusia berjanji akan mengurangi dukungan kepada Haftar dan akan mendukung opsi diplomatik non militer kepada Haftar. Statemen Menlu Rusia Sergei Lavrov.

Meskipun begitu, Erdogan tetap menganggap Rusia sebagai pendukung teroris, Erdogan mengatakan bahwa Rusia sedang mendukung teroris yang otomatis Rusia akan melawan Turki.

Info terbaru, selain menurunkan satu lusin pesawat tempur, drone dan alutsista canggih lain ke Libya. Turki juga sudah memasok Robot militer yang fokus mengejar posisi Haftar.

Saat Al Sarraj mengunjungi Turki kemarin, Haftar juga terbang ke Kairo menemui Presiden Mesir Assisi, kabarnya tidak ada hasil signifikan yang diperoleh Haftar dari kunjungan ini.

Geopolitik Libya adalah barometer baru adu kekuatan Turki dengan beberapa negara sekaligus. Termasuk Rusia.

Dan sampai saat ini, semua yang bergabung dengan Turki selalu mendapatkan kemenangan, baik di Suriah atau di Afrika. Hal ini juga yang membuat Rusia mulai berhitung ulang.

Plot Abu Dhabi-Mesir-Israel-Saudi sedang mati matian ingin men stop Turki, tapi banyak pengamat politik dan militer barat mengatakan bahwa Turki tidak akan bisa di stop di Libya.

Kekauatan Turki yang naik signifikan membuat perang di Libya sekarang berubah total. Harapan banyak negara akan naiknya Haftar ke posisi Kaddafi dulu tinggal angan-angan.

Kondisi saat ini di Libya sudah sangat jauh berubah. Pemerintah GNA semakin percaya diri dengan banyaknya wilayah yang terus jatuh ke tangan GNA dari LNA Haftar.

Kondisi di Libya 8 bulan terkahir ini sejak Turki masuk ke Libya secara sah atas permintaan GNA sudah berubah drastis. Capaian Turki di Libya selama 8 bulan lebih besar daripada capaian GNA selama 6 tahun terkahir dalam melawan Haftar.

Saya melihat, Erdogan sengaja tidak berkunjung ke Moskow dan membiarkan orang no 2 dan no 3 Libya yang berbicara dengan Menlu Rusia. Karena turki punya hitung hitungan di lapangan bahwa apapun sikap Rusia tidak akan membalikkan keadaan GNA yang sedang meraih banyak kemenangan.

Namun di belakang itu semua, Turki terus mengerahkan kekuatan terbaikya ke Libya. Walaupun sampai saat ini hitungan saya baru sebatas 12% kekuatan militer turki yang dilibatkan ke Libya. Dan ini sudah cukup membuat Haftar dkk kelimpungan.

Perimbangan kekuatan di libya saat ini sudah tidak seimbang, semua pihak terutama yang mendukung Haftar hanya sedang menunggu dengan pasrah.

Inilah mengapa, PM Libya dengan penuh percaya diri mengatakan akan terus bekerjasama dengan Turki dan mengharapkan turki hadir secara permanen membangun Libya pasca Haftar tumbang nanti.

Karena soal jatuhnya seluruh tanah Libya kepada GNA ini hanya soal waktu. Dan soal durasi mungkin tidak akan melangkahi ke tahun depan InsyaAllah.

Tengku Zulkifli Usman.
Pengamat Politik Internasional & Aktivis Partai Gelora Indonesia.

***