AS dan Eropa "Mati Gaya" Hadapi Rusia

Di sisi Rusia sendiri, manuver AS dan Eropa ini sama sekali tidak berdampak banyak dalam kebijakannya.

Kamis, 21 Juli 2022 | 15:21 WIB
0
231
AS dan Eropa "Mati Gaya" Hadapi Rusia
Ilustrasi perang (Foto: hops.id)

Eropa mengalokasikan dana 1,3M Euro untuk membantu Ukraina.

AS mengalokasikan dana 1,2M Dolar untuk membantu Ukraina.

Semua dana diatas akan dipakai untuk memasok senjata untuk Ukraina agar mampu melawan Rusia.

Khususnya Eropa, belum pernah mereka mengeluarkan dana sebesar itu untuk membantu negara lain selama ini yang sedang berperang.

Bisa dibayangkan, dana sebesar itu dipakai di saat perekonomian dunia sedang tidak baik baik saja pasca di hantam pandemi covid.

Dari alokasi dana AS dan Eropa ini, kita bisa melihat bagaimana AS dan NATO melihat Rusia sebagai kekuatan yang sangat menakutkan.

Menakutkan karena, jika Rusia sukses menginvasi Ukraina yang padahal di back up oleh dana miliaran dolar. 

Maka AS dan NATO melihat hal itu sebagai ancaman langsung terhadap eksistensi AS sebagai adidaya dan NATO sebagai kekuatan militer paling kuat di dunia.

AS dan Eropa bukan tidak punya alasan mau menggelontorkan dana sebesar itu untuk melawan Rusia, semua ini berdasarkan analisis para pakar pakar keamanan dan GeoPolitik mereka agar mereka melakukan itu.

Masukan-masukan banyak pakar GeoPolitik kepada AS dan Eropa membuat mereka memutuskan membiayai perang Ukraina semaksimal mungkin.

Itu baru satu kasus Ukraina. Anda bisa bayangkan apabila AS nanti berkonflik langsung dengan China, Iran, Korut, dll.

Maka akan semakin besar biaya yang akan digelontorkan AS dan Eropa untuk tetap menjaga ego mereka sebagai penguasa GeoPolitik.

Sedangkan di sisi Rusia sendiri, manuver AS dan Eropa ini sama sekali tidak berdampak banyak dalam kebijakannya.

Putin sejauh ini dianggap masih berhasil melaksanakan misi Rusia di Ukraina betapapun AS dan Eropa bahu membahu membantu Ukraina.

Prediksi saya, nasib Biden pada pilpres AS mendatang tidak akan jauh berbeda dengan nasib PM Inggris Boris Johnson baru baru ini: lengser dari kursi PM.

Johnson selama ini adalah pendukung kuat Ukraina dan menjadi pemimpin Eropa paling agresif dalam melawan Rusia dari berbagai sisi.

Biden kemungkinan juga akan lengser pada pilpres mendatang karena dianggap tidak becus mengurus AS dan dianggap lemah di depan Rusia.

Baru baru ini, pakar pertahanan Inggris dan AS memberikan masukan untuk Biden, bahwa selain Rusia, China dalam waktu yang tidak lama lagi akan menjadi kekuatan utama dunia, dan itu akan otomatis menggeser AS, jika AS bertindak lambat seperti yang dipraktekkan Biden saat ini.

Sampai sejauh ini, langkah langkah Putin di Ukraina bisa dikatakan berjalan lancar. Semua kiriman senjata AS dan Eropa ke Ukraina tidak berdampak signifikan terhadap kekuatan Rusia.

Namun begitu, Rusia saat ini telah bertindak lebih jauh lagi, yaitu menyebar rudal rudal hipersonik antar benua yang moncong nya saat ini sudah siaga menghadap ke arah AS dan Eropa.

Akhir cerita di Ukraina bisa saja berakhir seperti perang Korea 70 tahun lalu. Tapi invasi Rusia ke Ukraina akan lebih jauh lagi membuka front tempur secara langsung antara Rusia dan AS-Eropa.

Saat ini, keamanan dan stabilitas Eropa sangat bergantung pada bagaimana Putin menggunakan hak veto energinya. Termasuk soal pasokan gas ke Eropa.

Sedangkan di balik layar, diakui atau tidak, China dan India banyak membantu Rusia dalam mensukseskan misi Putin di Ukraina.

Dalam sebuah kesempatan, menteri luar negeri India Dr. Subrahmanyan Jaishankar mengatakan, bahwa India tidak bisa menutup mata bahwa India secara tidak langsung membantu Rusia di Ukraina sama seperti Eropa membantu Rusia juga dengan cara masih memasok gas alam Rusia.

Sedangkan menteri pertahanan China Jenderal Weng Fei mengatakan, hubungan China Dan AS kedepannya akan bisa sangat panas apabila AS salah bersikap di indopasifik khususnya di laut China Selatan dan laut China timur.

Jika kita melihat perkembangan invasi Rusia ke Ukraina yang sudah masuk akhir bulan ke 5 ini, maka muaranya tetap ke satu tujuan, yaitu menggoyang hegemoni AS dan melakukan reset total terhadap peta GeoPolitik global secara radikal.

Tengku Zulkifli Usman, pengamat GeoPolitik, Pengurus Harian Dewan Pimpinan Nasional Partai Gelora Indonesia.

***