Uang Sulit

Ghosn dan Greg bukan satu-satunya konflik eksekutif asing di Jepang. Sudah banyak terjadi ketidakharmonisan antara eksekutif asing dan eksekutif lokal.

Kamis, 9 Januari 2020 | 07:25 WIB
0
635
Uang Sulit
Greg Kelly dan Carlos Ghosn (Foto: disway.id)

Greg Kelly lebih menyesal dari Carlos Ghosn. Greg sebenarnya sudah tidak mau balik ke Jepang.

Toh orang Amerika ini sudah diberhentikan dari direksi Nissan --bersamaan dengan berhentinya Ghosn sebagai CEO-nya.

Tapi direksi baru Nissan masih memanggil Greg. Untuk rapat terakhir direksi baru dengan direksi lama.

Greg menjawab: tidak bisa hadir. Alasannya, ia lagi sakit. Lehernya bermasalah. Perlu segera menjalani operasi saraf leher.

Greg mengatakan tidak kuat untuk terbang jauh. Sakit lehernya bisa semakin parah.

Direksi baru Nissan merayunya terus. Bahkan menyediakan pesawat carter untuk Amerika-Tokyo.

Greg pun berangkat ke Tokyo.

Setiba di bandara ia ditangkap.

Persis seperti Ghosn. Yang semula juga tidak mau ke Jepang. Hanya karena merasa tidak bersalah Ghosn terbang juga ke Tokyo.

Dengan pesawat carter.

Sampai di bandara Tokyo Ghosn ditangkap.

Kini Ghosn sudah di Lebanon. Tinggal Greg yang masih di Tokyo --menghadapi sidang pengadilan. Entah bisa dimulai kapan.

Greg sempat ditahan satu bulan. Statusnya kini tahanan rumah --dengan ketentuan tidak seketat Ghosn.

Tapi sakit lehernya tidak sembuh. Akhirnya Greg, 62 tahun, menjalani operasi leher  di Tokyo --dalam status tahanan.

Istri Greg yang harus bolak-balik Amerika-Jepang. Sang isteri, Donna, menjadi punya dua tanggungan: suaminya ditahan di Jepang dan putrinya lagi hamil tua.

Setelah sang putri melahirkan, Dee --panggilan Donna-- ambil putusan: sekolah bahasa Jepang di Tokyo.

Dee ingin bisa lebih memahami kasus suaminya --dalam bahasa Jepang. Juga agar bisa mendapat visa belajar. Dengan visa itu Dee bisa tinggal di Jepang selama setahun. Untuk terus mendampingi suaminya.

Greg tentu tidak sekaya Ghosn. Yang bisa menyewa jasa security untuk melarikan diri.

Maka muncullah humor elit.

"Lain kali eksekutif asing yang bekerja di Jepang harus punya asuransi untuk biaya melarikan diri," gurau kalangan eksekutif di sana.

Ghosn dan Greg bukan satu-satunya konflik eksekutif asing di Jepang. Sudah banyak terjadi ketidakharmonisan antara eksekutif asing dan eksekutif lokal.

Eksekutif lokal biasanya iri atas bayaran rekan mereka dari Barat. Padahal yang bekerja ya mereka-mereka yang lokal itu.

Bayaran mereka terlalu tinggi," kata mereka.

Apalagi bonus untuk orang seperti Ghosn. Atau Greg.

Mereka mengakui Nissan memang selamat di masa kepemimpinan Ghosn. Tapi terlalu mahal bayarannya.

Rasanya yang seperti itu juga terjadi di Indonesia.

Dengan larinya Ghosn nasib Greg menjadi tidak menentu. Bisa jadi sidangnya tertunda lebih lama lagi.

Untuk ikut melarikan diri juga sudah kian sulit. Penjagaan keamanan di bandara sudah  diketatkan.

Baca Juga: Ghosn In The Box

Para pembeli kotak alat musik mungkin juga akan ditanya: untuk melarikan siapa lagi.

Dan lagi apakah masih ada penjual jasa keamanan yang lebih Rambo dari yang disewa Ghosn itu: Mike Tylor.

Mungkin saja masih banyak pensiunan pasukan elit Baret Hijau yang lebih hebat dari Tylor. Tapi 'sukses jarang bisa diulang untuk pekerjaan yang sama oleh orang yang berbeda di waktu yang berbeda'.

Tylor sendiri pernah sampai masuk penjara --sebagai risiko pekerjaannya itu. Yakni saat Tylor dituduh menyogok --mengembalikan sebagian bayarannya ke pemberi order sebagai cash back.

Tylor mengaku. Di Amerika hukuman untuk yang langsung mengaku bisa lebih ringan.

Ia dijatuhi hukuman 24 bulan --cukup dijalaninya 14 bulan.

Kapasitas keberanian Tylor khas pasukan Baret Hijau: berani diterjunkan ke medan seperti apa pun. Termasuk diterjunkan dengan payung di depan tentara musuh.

Tylor pernah dianggap pahlawan Amerika ketika menyelamatkan orang Amerika yang disekap di Lebanon.

Perkenalannya dengan Lebanon terjadi di tahun 1982 --saat terjadi perang besar di sana. Kelompok Kristen, Islam, Israel, Syiria saling bertempur.

Setelah pensiun Tylor kembali ke Lebanon. Orang yang pernah ke Lebanon pasti ingin balik ke sana.

Mulailah Tylor mencari penghasilan sendiri. Dengan cara melatih pasukan-pasukan sipil bersenjata. Yang menyewanya adalah kelompok milisi Kristen.

Saat itulah Tylor kecantol wanita Lebanon --yang 'i' nya banyak sekali. Lalu Tylor punya bisnis penyelamatan. Terutama untuk menculik mereka yang diculik.

Lebanon, dengan situasi keamanan paling parah di kawasan itu, adalah lahan bisnis jasa paling baik bagi Tylor.

Jadi, Tylor adalah Lebanon. Lebanon adalah Tylor.

Bahwa Ghosn kemudian menyewanya, apa lagi yang tidak bisa.

Tapi Tylor tidak bisa sendirian. Media di Turki mulai mengungkap peran pensiunan pasukan elit Inggris. Namanya: Mike Douglas.

Douglas memulai bisnis security-nya di tahun 2003. Di daerah perang yang lain: Irak. Itulah tahun ketika Amerika menyerang Irak.

Awalnya sulit tapi akhirnya Douglas sukses. Ia menjadi salah satu kontraktor utama di Irak. Ia dipercaya oleh Amerika.

Motto perusahaannya jelas dan tegas: "doing difficult job in difficult places".

Pihak keamanan Turki mengungkap bahwa MNG-Jet pernah menerima pembayaran uang muka. Nilainya Rp 2,5 miliar. MNG-Jet adalah perusahaan persewaan jet di Turki.

Waktunya sama dengan tanggal pelarian Ghosn. Yakni sehari sebelum 30 Desember 2019.

Rute pesawat yang disewa juga cocok: Dubai-Osaka-Istanbul.

Hanya saja yang mentransfer uang sewa adalah perusahaan Dubai. Nama perusahaannya: Al Nitaq Al Akhdhar.

Waktu mentransfer dana itu Al Nitaq memberi catatan: untuk General Trade Limited.

Yang disebut terakhir itulah yang terkait dengan Douglas. Bisnis utama Douglas adalah logistik. Menggunakan bendera SKA International.

Douglas mengelak. Kepada media di Inggris Douglas mengatakan usahanya memang di bidang cargo. Pembayaran itu ada untuk urusan bisnis yang lain. Ia punya bisnis sepanjang waktu dengan MNG-Jet.

"Nama kami telah dipakai dan dirusak," kata Douglas pada koran terkemuka Inggris Financial Times. "Kami tidak pernah menyewa pesawat," tambahnya.

Pihak keamanan Turki tidak mau kalah. Mereka mengatakan sudah mengecek dengan teliti. "Tidak pernah ada bisnis antara SKA International dengan MNG-Jet," tulis media di sana. "Yang ada hanya pembelian bahan bakar. Itu pun hanya dua kali. Tahun 2009 dan 2014. Dan nilainya kecil sekali."

Mike Tylor dan Greg Kelly tampaknya pasangan pasukan elit yang tangguh. Yang sama-sama bisa memanfaatkan kemampuan tempurnya di lahan bisnis.

Ternyata banyak juga uang di pekerjaan sulit di tempat sulit.

Dahlan Iskan

***