Eli cohen master spy zionis yang hampir saja diangkat menjadi menteri pertahanan suriah era Presiden Hafedz al Assad karena kepiawaiannya dalam menyusup ke rezim suriah.
Apakah susah mencetak seorang prajurit kopassus? Iya susah. Butuh waktu dan tenaga juga dana besar.
Apakah susah mendidik seorang pilot pesawat tempur? Iya sulit. butuh jam terbang tinggi untuk latihan, dan pendidikan yang panjang dll.
Apakah sulit melatih seorang agen mata mata intelijen kelas atas? Iya sangat susah. Butuh latihan, penugasan yang beresiko nyawa dst.
Segala sesuatu yang ingin kita hasilkan agar berkualitas, maka butuh proses panjang dan butuh sumber daya besar.
Begitu juga seorang politisi, kalau kita ingin mencetak seorang politisi dan negarawan besar, maka butuh keuletan berproses dan kesabaran, butuh belajar sampai matang.
Kalau ada politisi yang berpolitik hanya untuk main main, untuk sekedar jadi caleg, prestisius jabatan 5 tahunan dst. Namun tidak mau capek berproses dan malas dalam belajar meningkatkan kapasitas dirinya secara serius.
Maka tipikal politisi begini sudah menjamur di negeri ini, hasilnya, politisi begini hanya akan menambah penderitaan rakyat.
Agen mata mata nomor wahid israel Eli Cohen yang dilatih dengan proses panjang dan dengan biaya sangat besar.Eli cohen master spy zionis yang hampir saja diangkat menjadi menteri pertahanan suriah era Presiden Hafedz al Assad karena kepiawaiannya dalam menyusup ke rezim suriah.
Eli cohen akhirnya ketahuan sebagai mata mata zionis lalu pemerintah suriah menghukum gantung dirinya di suriah tahun 1965. Dan jenazahnya ditolak suriah untuk dibawa pulang ke israel.
Pelajarannya sederhana: kualitas selalu berbanding lurus dengan proses dan hasil tidak akan pernah menghianati proses. Mau kualitas? Berproses lah dengan serius. Jangan mau hasil karbitan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews