Perasaan haru masih menyelimuti kita, dan turut berduka atas pembantaian berutal yang menewaskan 49 orang yang sedang menunggu shalat jumat di masjid di Selandia Baru.
Berabad-abad, bahkan sejak manusia ada, bibit kebencian itu hadir bak bawaan lahir. Ada sejarah Kawarij, ada perang salib, pembantaian atas nama ketakutan atas keyakinan orang lain. Bosnia, Libya, Irak, bahkan sekarang Suriah, Yaman, sedang mengalami tragedi pembantaian oleh kaum satu keyakinan dan satu keturunan.
Pakistan, Kasmir, sudah akrab dgn bom harian. Bisa meledak di masjid, pasar, atau dimana saja mereka suka meledakkannya, nyawa manusia menjadi murah, bernilai rendah dan, kita gampang marah, serta lumrah melihat darah.
Sekarang seolah damai menjadi ancaman, negeri tenang seperti Selandia Baru, terguncang gara-gara akal pincang. Jangan tanya dia siapa dan kenapa membantai orang beragama apa, kita saja juga sama, ada orang minta suara azan di kecilkan, malah orangnya dimasukkan penjara, izin rumah ibadah dipersulit, keyakinan orang lain di anggap ancaman, padahal kelakuannya yang membuat orang lain tak nyaman.
Dari kondisi yang menyakitkan itu masyarakat Selandia Baru langsung menunjukkan kelas kemanusiaan dan cara berfikir yang luar biasa. Kaum muslim yang minoritas langsung dilindungi, bahkan sampai ada yang menawarkan pendampingan saat keluar rumah, mereka menawarkan sebagaisukarelawan. Hebatnya lagi dalam 24 jam donasi terkumpul Rp34 miliar. Karangan bunga memenuhi halaman masjid di mana kebrutalan terjadi, datang dari masyarakat mayoritas yang notabene non muslim.
Kita belajar tentang jiwa yang mempunyai kekayaan atas kemanusiaan. Tidak ada hubungannya dengan keyakinan atau agama, semua berjalan sesuai fitrahnya, manusia berhati manusia, berakhlak mulia. Bukan berbaju dari budaya nabi, tapi sudut matanya selalu curiga melihat orang lain seperti melihat mulut buaya yang sedang menganga, padahal dia melirikkan matanya dengan pancaran mata Singa.
Orang yg memupuk kebencian, output-nya pasti ancaman dan pertikaian. Kita sekarang sedang merasakan, orang gampang mengancam, yang baik dikecam, yang buruk dijadikan kawan.
KIA KAHA, untuk semua warga Selandia Baru, kasih sayang untuk keluarga korban. Bunyi salah satu penyumbang memakai bahasa Maori, artinya "kita harus kuat ".
Iya di mana saja, kita harus kuat melawan kezaliman. Yang waras harus melawan atas nama kelangsungan kebaikan dan kebenaran.
Simpati untuk masyarakat Selandia Baru, kami berduka atas musibah yang menimpa.
GBU, Thank you.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews