Tragedi Selandia Baru dan Solidaritas Dunia

Senin, 18 Maret 2019 | 06:59 WIB
0
438
Tragedi Selandia Baru dan Solidaritas Dunia
Simpati terhadap keluarga korban penembakan di Selandia Baru (Foto: Facebook:/Iyyas Subiakto)

Perasaan haru masih menyelimuti kita, dan turut berduka atas pembantaian berutal yang menewaskan 49 orang yang sedang menunggu shalat jumat di masjid di Selandia Baru.

Berabad-abad, bahkan sejak manusia ada, bibit kebencian itu hadir bak bawaan lahir. Ada sejarah Kawarij, ada perang salib, pembantaian atas nama ketakutan atas keyakinan orang lain. Bosnia, Libya, Irak, bahkan sekarang Suriah, Yaman, sedang mengalami tragedi pembantaian oleh kaum satu keyakinan dan satu keturunan.

Pakistan, Kasmir, sudah akrab dgn bom harian. Bisa meledak di masjid, pasar, atau dimana saja mereka suka meledakkannya, nyawa manusia menjadi murah, bernilai rendah dan, kita gampang marah, serta lumrah melihat darah.

Sekarang seolah damai menjadi ancaman, negeri tenang seperti Selandia Baru, terguncang gara-gara akal pincang. Jangan tanya dia siapa dan kenapa membantai orang beragama apa, kita saja juga sama, ada orang minta suara azan di kecilkan, malah orangnya dimasukkan penjara, izin rumah ibadah dipersulit, keyakinan orang lain di anggap ancaman, padahal kelakuannya yang membuat orang lain tak nyaman.

Dari kondisi yang menyakitkan itu masyarakat Selandia Baru langsung menunjukkan kelas kemanusiaan dan cara berfikir yang luar biasa. Kaum muslim yang minoritas langsung dilindungi, bahkan sampai ada yang menawarkan pendampingan saat keluar rumah, mereka menawarkan sebagaisukarelawan. Hebatnya lagi dalam 24 jam donasi terkumpul Rp34 miliar. Karangan bunga memenuhi halaman masjid di mana kebrutalan terjadi, datang dari masyarakat mayoritas yang notabene non muslim.

Kita belajar tentang jiwa yang mempunyai kekayaan atas kemanusiaan. Tidak ada hubungannya dengan keyakinan atau agama, semua berjalan sesuai fitrahnya, manusia berhati manusia, berakhlak mulia. Bukan berbaju dari budaya nabi, tapi sudut matanya selalu curiga melihat orang lain seperti melihat mulut buaya yang sedang menganga, padahal dia melirikkan matanya dengan pancaran mata Singa.

Orang yg memupuk kebencian, output-nya pasti ancaman dan pertikaian. Kita sekarang sedang merasakan, orang gampang mengancam, yang baik dikecam, yang buruk dijadikan kawan.

KIA KAHA, untuk semua warga Selandia Baru, kasih sayang untuk keluarga korban. Bunyi salah satu penyumbang memakai bahasa Maori, artinya "kita harus kuat ".

Iya di mana saja, kita harus kuat melawan kezaliman. Yang waras harus melawan atas nama kelangsungan kebaikan dan kebenaran.

Simpati untuk masyarakat Selandia Baru, kami berduka atas musibah yang menimpa.

GBU, Thank you.

***