Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu demikian maju sehingga orang-orang yang percaya bahwa ada orang yang sakti bisa berada di dua tempat pada waktu yang bersamaan.
Pada hari Rabu, 9 Desember 2020, dini hari ada berita, salah satu peserta Indonesian Idol 2021, Melisha Pricilla Sidabutar (19) meninggal dunia. Saya tidak mengenalnya secara pribadi, tetapi berita tentang kepergiannya membuat saya merasa ikut kehilangan.
Saya merasa dekat karena mengikuti kemunculannya di RCTI, mulai dari Audisi, Eliminasi I, Eliminasi II hingga Eliminasi III. Dan, Selasa, 8 Desember 2020, menjelang tengah malam, ketika ia dinyatakan tidak lolos, saya ikut bersedih.
Tapi juri tentunya punya pertimbangan tersendiri. Dua jam sesudahnya, ketika saya membuka Youtube, saya terkejut dan sedih ketika membaca bahwa Melisha meninggal dunia, dan berdoa yang terbaik baginya.
Ternyata, acara Selasa malam itu merupakan rekaman yang diputar ulang, mengingat Melisha meninggal dunia Selasa sore.
Itulah kehebatan televisi.
Televisi memungkinkan seseorang pada waktu yang sama bisa berada di banyak tempat. Jadi pada saat peserta Indonesian Idol 2021 bernyanyi di studio, termasuk Melisha, pada waktu yang sama, para peserta itu hadir di tiap-tiap tempat di mana orang menonton acara itu. Walaupun kita tidak berinteraksi langsung dengan mereka, tetapi kita dapat larut atau terhanyut dengan ketegangan, kecemasan, kesedihan dan kegembiraan yang mereka rasakan lewat layar kaca di depan kita.
Televisi memindahkan apa yang tadinya berada di ranah budi, ke ranah akal. Di masa lalu, banyak yang percaya bahwa ada orang-orang sakti, yang pada waktu yang bersamaan bisa berada di dua tempat yang berbeda. Atau, tidak sedikit juga yang percaya bahwa seseorang tubuhnya tetap berada di satu tempat, sementara rohnya bisa leluasa pergi ke tempat lain. Namun, itu adalah hal-hal dipercaya oleh budi, dan bukan oleh akal.
Hal-hal yang dipercaya oleh budi, tidak memerlukan pembuktian, dan tidak ada juga yang mempermasalahkannya. Pokoknya, percaya, titik. Berbeda dengan hal-hal yang dipercaya oleh akal. Akal hanya percaya pada hal-hal yang bisa didekati dengan panca indera, antara lain bisa dilihat, didengar, disentuh, dan dirasakan.
Lewat ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh akal, ditemukanlah televisi, yang dapat membuat pada waktu yang sama seseorang bisa berada di banyak tempat.
Dengan kata lain, mengenai kehadiran seseorang di dua tempat pada saat yang bersamaan, yang tadinya hanya merupakan kepercayaan saja, akhirnya bisa diwujudkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bukan itu saja, televisi juga bisa memindahkan suatu pertandingan sepakbola Piala Dunia yang berlangsung di suatu negara tertentu, ke tiap-tiap rumah jutaan orang yang menonton pertandingan itu di seluruh dunia.
Walaupun melalui siaran televisi orang tidak bisa berinteraksi dengan orang dilihatnya di pesawat televisi, tetapi penonton televisi bisa merasakan emosi dari orang yang disaksikannya di televisi. Itu berbeda dengan percaya bahwa orang-orang yang sakti bisa berada di dua tempat pada waktu yang bersamaan, tidak ada emosi yang terlibat.
Kini, dengan kehadiran Zoom, atau program-program sejenis, pada saat yang bersamaan, seseorang bukan hanya bisa berada di banyak tempat, tetapi juga dapat melihat aktivitas dan berbicara dengan orang-orang di tempat yang berbeda-beda.
Dengan kata lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu demikian maju sehingga orang-orang yang percaya bahwa ada orang yang sakti bisa berada di dua tempat pada waktu yang bersamaan, mungkin tidak pernah membayangkan bahwa kini orang bukan hanya berada di banyak tempat pada waktu yang bersamaan, melainkan juga dapat melihat aktivitas dan berbicara satu sama lain. Semua yang tergabung dalam Zoom dapat saling melihat dan berbicara walaupun tempatnya berbeda-beda.
Orang tidak perlu menjadi orang sakti untuk bisa berada di banyak tempat pada waktu yang bersamaan. Termasuk juga, juga untuk berinteraksi dengan orang-orang yang berada di tempat, atau negara yang berbeda-beda.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews