Namun tentu saja hal ini hanya menguntungkan perusahaan teknologi webinar dan ironisnya stakeholders bisnis pelatihan banyak yang terpangkas rejekinya.
Nah ini adalah topik saya. Karena profesi saya memang di bidang corporate training. Sejak beberapa tahun silam, tepatnya 10 tahun yang lalu, pelatihan sebagai profesi, sebagai bisnis, sebagai industri maupun sebagai sarana networking ternyata tidak kalah menarik dengan bidang lain. Bahkan bisa memberikan kebebasan finansial dan kebebasan waktu untuk sebagian orang.
Mata rantai jasa di bidang pelatihan cukup sederhana. Serangkaian jalinan instan antara kebutuhan <-> penyelenggaraan <-> pembicara. Hal ini terus berulang hingga bertahun-tahun sehingga kita lupa dengan hal-hal lain, keasikan dengan dinamika ini.
Sebelum covid-19 menggempur, bisnis pelatihan adalah sinergi alami antara fasilitator MICE (meeting, incentives, conferences, exhibitions) termasuk hotel, co-working space dan ruang pameran kemudian bisnis kuliner dan catering, fotokopi, percetakan, sourvenir bahkan para juru foto traditional cukup banyak yang mengandalkan hidupnya dari bisnis ini. Di samping tentunya para pemasar, penyelenggara (EO), dan pembicaranya. Bahkan cukup banyak anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk pelatihan.
Di awal masa corona sekitar bulan Maret 2020 masih ada kegiatan pelatihan yang konvensional classical sifatnya tatap muka, bersalaman dan bertukar pikiran dalam ruang-ruang pelatihan tanpa masker. Bahkan cukup banyak yang dengan menginap beberapa malam di sebuah resort atau learning center.
Nah silahkan anda bayangkan berapa banyak orang yang terbantu dengan kegiatan seperti ini. Terlebih bila event sejenis berlangsung paralel dalam jumlah yang banyak dan variatif dibeberapa lokasi diseluruh negeri kita.
Oya kalau boleh jujur industri perhotelan sebenarnya tidak saja bergantung pada tamu yang menginap namun juga pada mereka yang menyelenggarakan pelatihan, seminar dan sejenisnya.
Sejak akhir Maret hingga pertengahan April 2020 terjadi disrupsi, hingga saat ini. Sangat banyak stakeholders bisnis pelatihan yang belum siap dengan kondisi pandemik dan aturan social distancing. Di sela-sela pelatihan prakerja online dan sudah dipegang oleh mereka yang punya network elite dan ecosystem canggih, di tengah-tengah ambruknya bisnis secara masif, dan di tengah-tengah kebingungan yang ada, pelan-pelan terjadi gejala baru timbul jamur jamur baru di musim hujan.
Bisnis seminar saat ini lebih tepat disebut zoominar atau webinar, karena menggunakan perangkat zoom, google meet, skype, umeetme dari Telkom dan sebagainya. Ternyata manusia yang butuh panggung dan butuh ilmu bertemu melalui teknologi yang sudah diciptakan sang Pencipta (melalui manusia) sebelum Covid-10 menyerbu. Ratusan zoominar dan webinar terselenggara secara cuma-cuma !
Namun tentu saja hal ini hanya menguntungkan perusahaan teknologi webinar dan ironisnya stakeholders bisnis pelatihan banyak yang terpangkas rejekinya. Hotel sepi, penyelenggara nihil pendapatan, tukang foto freelance sedang bingung. Belum lagi berbicara kualitas dan efekfitas webinar, yang apabila hanya bersifat diskusi online interaktif tentu kurang nendang.
Memang ini sebuah takdir, mungkin juga akan menjadi normal baru. Kita lihat saja perkembangannya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews