Mengenal Amiruddin, Wajah Pemuda Pejuang

Dalam novel Cinta Tanah Air, Amiruddin tidak hanya sebagai tokoh utama yang mengalami perasaan cinta, tetapi juga mewakili semangat perjuangan generasi muda Indonesia pada masa penjajahan.

Rabu, 30 Oktober 2024 | 07:59 WIB
0
36
Mengenal Amiruddin, Wajah Pemuda Pejuang
Cover buku Cinta Tanah Air, cetakan kesembilan. (Sumber: dokumentasi pribadi)

Dalam karya sastra, karakter tokoh menjadi unsur penting yang memengaruhi alur dan makna suatu karya. Artikel ini, akan berfokus pada tokoh Amiruddin. Sedikit mengenal tentang Amiruddin, Amiruddin adalah tokoh utama yang digambarkan dalam novel Cinta Tanah Air karya Nur Sutan Iskandar. 

Novel ini diterbitkan pada tahun 1944 oleh Balai Pustaka dan berkisar pada kisah Amiruddin, seorang pemuda yang terperangkap dalam dilema cinta dan patriotisme di tengah penjajahan Jepang. Dalam perjalanannya menuju Jakarta, Amiruddin bertemu dengan Astiah, seorang wanita yang membuatnya terpesona, sementara dia juga harus menghadapi panggilan untuk berjuang bagi tanah airnya. 

Novel ini mengisahkan cinta sepasang pemuda yang diperkuat oleh cinta tanah air. Latar waktu dalam novel ini berada pada masa penjajahan Jepang, menciptakan konteks yang kaya akan perjuangan dan emosi. 

Informasi Dasar Novel:

- Jumlah Halaman: 182

- Cetakan pertama: 1945 

- Cetakan kesembilan: 2011

- ISBN: 979-666-186-1

- Bahasa: Indonesia

- Penerbit: PT. Balai Pustaka (Persero)

- Berat: 500 Gram

- Dimensi Produk: 14,8 x 21 cm

Lebih lanjut, artikel ini akan berfokus pada penggambaran watak tokoh utama, Amiruddin, dengan menggunakan  lima cara yang diusulkan oleh Jakob Sumardjo dan Saini KM untuk memahami bagaimana karakter ini dibangun dalam cerita.

a. Melalui apa yang diperbuatnya, tindakan-tindakannya, terutama bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.

Ah, rupanya takkan dapat trem aku ini,” kata seorang anak muda yang berumur kira-kira 23 atau 24 tahun dengan perlahan-lahan, sambil berjalan selangkah-selangkah di pinggir jalan dekat perhentian trem di Gang Kenanga.

 “Akan berdesak-desak dengan orang banyak itu, tak mungkin. Sampai di kota tentu sudah basah pakaianku kena peluh.” 

Amiruddin menunjukkan sikap yang berhati-hati dan penuh pertimbangan. Dalam situasi menunggu trem yang penuh sesak, ia memilih untuk tidak ikut berdesakan. Tindakan ini mencerminkan bahwa ia peduli pada penampilannya dan tidak ingin terlihat kotor. Ini menunjukkan karakter Amiruddin sebagai seseorang yang menghargai dirinya sendiri dan berusaha untuk menjaga citra yang baik. Ia juga memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang bijak dalam situasi sulit.

b. Melalui ucapan-ucapannya. Dari ucapan dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.

"Boleh saya duduk di sini, Tuan?"

Amiruddin lalu duduk serta mengucapkan perkataan:

"Terima kasih." 

Ucapan Amiruddin yang sopan ini mencerminkan etika dan nilai-nilai yang dihargai dalam masyarakat. Dengan permintaan izin untuk duduk, ia menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain. Tak lupa, Amiruddin juga mengucapkan terima kasih. Hal ini menyoroti karakter Amiruddin sebagai pribadi yang memiliki moralitas tinggi dan kemampuan berinteraksi sosial yang baik, serta menunjukkan bahwa ia dibesarkan dalam lingkungan yang mengajarkan tata krama.

c. Melalui penggambaran fisik tokoh.

“... memandangi bajunya dan celananya yang putih bersih dan sepatunya yang hitam berkilat warnanya. Dasinya daripada sutra ungu, terbentang di dadanya di atas kemeja kain poplin yang kuning seperti gading.”

Deskripsi fisik Amiruddin yang terperinci menunjukkan bahwa ia sangat memperhatikan penampilannya. Pakaian yang rapi dan bersih mencerminkan status sosial yang baik serta menunjukkan selera yang tinggi. Penggambaran ini tidak hanya memberikan gambaran fisiknya tetapi juga mencerminkan karakter Amiruddin yang terampil dalam menjaga penampilan dan citra diri di hadapan orang lain.

d. Melalui pikiran-pikirannya

Anak-anak sekolah yang baru naik itu pun bernyanyi dengan gembira, berdengung-dengung, bercampur dengan deru trem yang telah berlari kencang. Amiruddin terus memandang ke luar. Di muka segala rumah dan toko yang dilalui trem itu kelihatan bendera Matahari Terbit berkibar-kibar dengan permai ditiup angin malam. 

Di atas Sungai Ciliung yang lebar lagi lurus itu terbentang pelakat daripada kain putih yang bertulisan pelbagai semboyan, berantara-antara 500 meter: 

'Sekutu mesti hancur.

 Asia Raya bangkit.

 Indonesia! Bela tanah airmu!'

 Ketika itu jua lupalah Amiruddin akan apa-apa yang ada di sekelilingnya. Angan-angannya melayang ke masa yang akan datang, ke masa Indonesia berbahagia dalam lingkungan kemakmuran bersama di Asia Timur Raya. 

Bela tanah airmu! Siapa yang akan membelamu? Nyanyi anak-anak itu pun menderu pula, 'Kita, pemuda harapan bangsa ....' Perasaan Amiruddin bergelora, berkobar-kobar seperti api yang menyala-nyala, sebab disiram dengan minyak ... cinta tanah air.”

Dialog ini menggambarkan pikiran dan perasaan Amiruddin yang mendalam. Ketika ia memperhatikan suasana sekitarnya, dengan bendera yang berkibar dan semboyan nasionalisme.

Ia membayangkan masa depan Indonesia yang makmur, itu menunjukkan bahwa Amiruddin adalah seorang pemuda yang optimis dan berkomitmen terhadap perjuangan bangsa. Pikiran dan angan-angannya yang melambung menggambarkan cintanya yang mendalam terhadap tanah air, menjadikannya karakter yang peduli terhadap nasib bangsanya.

e. Melalui penerangan langsung

Aku akan jadi serdadu, akan maju ke medan perang, bagaimana perasaan seorang perempuan yang baru kawin melepas suami demikian? Dan kalau singkat pintaku, sampai ajalku di medan perang, tentu aku menjadikan dia randa gadis.... Tidak, Ibu, aku takkan kawin. Aku korbankan cintaku itu untuk tanah air.”

Dalam dialog ini, Amiruddin secara langsung menyatakan niat dan prinsipnya. Ia rela mengorbankan kebahagiaannya untuk berjuang demi tanah air, menunjukkan sifatnya yang patriotik dan berani. Keputusannya untuk tidak menikah demi mengabdikan diri kepada bangsa menunjukkan dedikasi yang luar biasa. Ini mencerminkan bahwa Amiruddin adalah karakter yang memiliki integritas tinggi, bersedia menanggung risiko demi cita-cita yang lebih besar.

Dalam novel Cinta Tanah Air, Amiruddin tidak hanya sebagai tokoh utama yang mengalami perasaan cinta, tetapi juga mewakili semangat perjuangan generasi muda Indonesia pada masa penjajahan. Melalui tindakan, ucapan, penggambaran fisik, pikiran, dan penerangan langsung, karakter Amiruddin terbangun dengan kompleksitas yang mendalam. Ia adalah sosok yang mengedepankan cinta terhadap tanah air, berani mengambil langkah 

Semoga analisis ini dapat memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai karakter Amiruddin dan pesan-pesan yang terkandung dalam karya Nur Sutan Iskandar ini, terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA.

Iskandar, Nur Sutan. (2011). Cinta Tanah Air. Jakarta: PT Balai Pustaka (Persero).

Juwati, dan Syaiful Abid. (2021). Teori Sastra. Surabaya: CV Jakad Media Publishing