Proposal berupa permohonan bantuan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan keagamaan pun, ternyata digunakan untuk memperkaya dirinya sendiri!
Alkisah di suatu kampung, di sebuah negeri antah-berantah, ada seorang ustadz, Guru ngaji, yang kehidupannya sungguh-sungguh menakjubkan. Bagi orang-orang di sekitarnya, tentu saja.
Betapa tidak. Sehari-hari kerjanya cuma mengajar ngaji anak-anak, dan seminggu sekali memberikan tausiyah di majelis taklim warga kampung dan sekitarnya.
Tapi, meskipun hanya berprofesi sebagai guru ngaji dan pendakwah di level kampung, ternyata rumahnya saja selain dibangun secara permanen, juga diperkirakan menghabiskan anggaran sampai ratusan juta mata uang yang berlaku di negara tersebut saking menterengnya. Untuk ukuran kampung dan sekitarnya tentunya.
Selain itu, di garasi rumahnya sebuah kendaraan roda empat produk pabrikan Jepang yang terkenal, jenis MVP kelas standar, selalu siap mengantarkan ustadz dan keluarganya untuk bepergian.
Selain mobil, dua sepeda motor jenis matic pun tampaknya menjadi kendaraan harian Ustadz ketika menengok sawah, atawa ke kebun untuk memetik buah, seperti jengkol, petai, dan sebagainya. Sedangkan sepeda motor yang satunya lagi, menjadi tunggangan anak sulungnya yang sudah duduk di madrasah setingkat Tsanawiyah - Sebagaimana di Indonesia ini.
Bisa jadi bagi orang yang belum mengetahui latar belakangnya, akan merasa heran dan takjub melihat kehidupan Ustadz tersebut. Hanya sekedar guru ngaji saja, tapi kehidupannya seperti seorang pengusaha yang sukses saja laiknya.
Malahan tak sedikit guru-guru honorer selain ada yang takjub dan keheranan, ada juga yang merasa iri, lantaran mungkin saja membandingkan pekerjaan dirinya yang harus mengajar murid di sekolah sejak pukul 7.15 sampai pukul 13.30, sementara upah atawa honorarium yang diterimanya cuma 150 ribu saja setiap bulannya.
Sedangkan Ustadz itu mengajar ngaji dari selesai shalat Maghrib hingga tiba waktu shalat Isya, dan seminggu sekali memberikan tausiyah di majelis taklim, tapi kehidupannya
boleh jadi levelnya setingkat kepala dinas.
Wajar saja ada yang iri juga. Namanya juga manusia. Bukan Nabi, apalagi malaikat.
Memang, bila mana ada yang memberanikan diri untuk bertanya langsung kepada Ustadz, ihwal harta kekayaan yang dimilikinya, beliau selalu berkilah, bahwa semua hartanya merupakan berkah yang dititipkan Allah Subhanahu wa ta'ala kepada dirinya.
Tapi mendengar jawaban Ustadz seperti itu, banyak orang yang tidak begitu saja mempercayainya. Lantaran wataknya juga manusia. Apa lagi warga di negara antah-berantah, sifat keponya bisa disebut paling unggul dari bangsa lainnya di muka bumi ini.
Maka banyak di antara mereka yang dengan sengaja kasak-kusuk untuk mencari tahu asal-usul kekayaan sang Ustadz. Dengan diam-diam tentunya. Tanpa sepengetahuan yang bersangkutan. Meniru detektif sebagaimana dalam novel-novel yang banyak beredar di kaki lima. Bisa juga disebut ibarat Cyber Army di Jakarta yang akan dibentuk oleh MUI DKI Jakarta yang akan mendeteksi kabar hoax yang banyak menyerang Gubernur Anies Baswedan.
Lalu setelah berhasil mengorek informasi dari berbagai sumber yang dapat dipercaya, warga yang memiliki rasa kepo yang begitu tinggi itu, akhirnya geleng-geleng kepala seraya bergumam: "Pantesan ..."
Betapa tidak. Madrasah yang dibangun secara swadaya oleh seluruh warga kampung, diam-diam telah dirubah statusnya menjadi berbentuk yayasan yang dikelola oleh Ustadz bersama keluarga.
"Pantesan sering ke istana negara antah-berantah sambil selalu menenteng map berisi proposal..." gumam warga. seraya mengusap mukanya sambil mengucap Istighfar.
Iya. Proposal berupa permohonan bantuan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan keagamaan pun, ternyata digunakan untuk memperkaya dirinya sendiri!
Masya Allah...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews