Takdir telah menggariskan bahwa HB harus selalu memberi kepada orang lain, terutama kepada anak-anaknya, sekalipun mereka telah mapan hidupnya.
Suratan takdir manusia tidak kuasa untuk disangkal, termasuk dalam urusan keinginan memiliki anak. Ada manusia yang diberi banyak anak, tetapi ada juga yang tidak diberi sama sekali oleh Yang Maha Kuasa.
Salah satu yang tidak diberi anak dalam arti biologis adalah Harianto Badjoeri, legenda Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta. HB, sapaan akrab Harianto Badjoeri, mengaku tetap bahagia dengan takdirnya yang demikian.
“Saya tetap bersyukur tidak dikarunia anak, karena saya diberi takdir lain untuk bisa membagi rezeki kepada orang lain sebanyak-banyaknya tanpa meminta pamrih,” ujar HB dengan semangat.
Dengan kondisinya yang demikian, HB diberi kelimpahan rezeki oleh Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang lebih besar dibanding orang lain. HB juga diberi kelebihan karakter sebagai manusia bermurah hati untuk menghidupi ratusan anak asuhnya setiap hari.
Seandainya rezeki HB hanya sebesar bukit mungkin sudah habis dicangkuli ratusan anak asuhnya setiap hari. Untungnya, rezeki HB bagaikan gunung yang tak kunjung rata meskipun setiap hari dicangkuli dari segala sisinya.
Hingga pada suatu hari, ketika rapat yang dipimpin HB di lingkungan kantornya selesai, para peserta bercerita tentang keadaan anak-anak mereka. Ada yang membanggakan anaknya bersekolah di sini, ada yang bilang anaknya bekerja di sana. Intinya, mereka membanggakan prestasi anaknya yang tidak seberapa jumlahnya itu.
“Saya lalu bilang ke teman-teman tadi bahwa saya tidak punya anak kandung, tetapi saya menyantuni ratusan anak dari mulai sekolahnya sampai bekerja mapan,” ujar HB.
Salah satu anak asuh HB sekarang ini sudah banyak berpangkat jenderal bintang dua dengan jabatan tertinggi di suatu daerah. Sedangkan anak asuh yang berpangkat di bawah bintang sudah seabrek jumlahnya.
Selain anak asuh di kalangan kepolisian, HB juga memiliki anak asuh di lingkungan pesantren yang jumlahnya ratusan. Mulai yang dibiayai sekolahnya sampai yang ditempatkan bekerja di berbagai instansi sipil.
HB bercerita bahwa dia juga diangkat sebagai bapak asuh dari salah satu angkatan di Akademi Kepolisian. Tepatnya angkatan ’84 yang diberi nama Jagratara.
Tentang banyaknya anak asuhnya HB ini, salah seorang guru agama, ustadz Hasan Basri bercerita bahwa anak dalam terminologi agama bisa dimaknai sebagai lebih luas. Bisa anak kandung, anak didik, anak angkat, dan anak asuh.
Anak-anak yang disantuni kebutuhan makan, pendidikan, maupun yang ditempatkan dalam bekerja, juga bisa disebut sebagai anak juga.
“Doa mereka tetap bisa menyambung kepada orangtua yang menyantuni mereka,” ujar ustadz yang selalu dekat dengan HB ini.
Itulah sebabnya, HB bagaikan ratu lebah. Dia berdiam di tengah, namun doa datang dari anak-anaknya yang tersebar di mana-mana. Antara HB dan anak-anaknya terjalin relasi setia yang sulit diputuskan dengan berbagai keadaan.
“Mas Harianto itu juga mirip laba-laba. Dia diam di tengah, tetapi jaringnya terpasang di mana-mana,” ujar salah seorang yang prnah ditolong oleh HB.
Anak-anak asuhnya yang sudah mapan dan berpangkat sekalipun begitu hormat ketika mereka datang kepada HB. Uniknya, anak-anak itu tetap diberi hadiah berupa uang atau benda berharga lainnya oleh HB ketika mereka mau pulang.
Pemberian semacam ini jarang terjadi sekalipun itu antara orangtua kandung dan anaknya. Yang ada, biasanya anak yang sudah dewasa atau bekerja bila datang kepada orangtuanya malah memberi uang.
“Tetapi Pak Harianto kebalikannya. Dia selalu memberi sesuatu yang berharga kepada anak-anaknya yang datang, sekalipun mereka sudah mapan bekerja,” ujar seorang yang setiap hari dekat dengan HB ini.
Apa yang dikerjakan HB kepada anak-anaknya ini jarang terjadi di dalam kehidupan manusia. Benar-benar di luar nalar manusia.
“Mungkin kalau saya dikaruniai anak justeru saya tidak bisa membagi rezeki seperti sekarang ini,” kata HB tersenyum.
Takdir telah menggariskan bahwa HB harus selalu memberi kepada orang lain, terutama kepada anak-anaknya, sekalipun mereka telah mapan hidupnya.
Krista Riyanto
***
Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [18]: Sering Dikeroyok Orang
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews