Asal mafhum saja, di kalangan para hoa kiao, kepercayaan nomor 1. Dalam banyak hal. Terutama, dan utama, terletak pada: integritas seseorang.
Salah satu Bab dari gizi menu biografi Tjhai Chui Mie. Pada titik inilah sebuah buku biografi akan menjadi menarik, ketika his story bergabung dengan history --meski dalam hal ini her story. Bagaimana seorang tokoh ditempatkan dalam latar dan konteks. seperti novel. Ini monumen kisah pendaratan cina di pemangkat. Inilah ilmu menulis Biografi seperti nanti saya kisahkan bagaimana penulis buku menjadi seorang sejarawan sekaligus ilmuwan.
Saya sudah riset, langsung di pesisir pantai utara Kalbar, Pemangkat. Di situ terpampang, pada sebuah kuil: monumen, separuh artefak, yang mengabadikan PENDARATAN PETAMA IMIGRAN CINA KALIMANTAN BARAT.
Jiwa imuwan saya menggetar. Saya lalu menelisik, dan menemukan dokumen mengenai kisah pendaratan pertama Cina di Kalimantan Barat.
Katolik di Singkawang, dimulai keluarga Cina. Asalnya dari Bangka, berabad kemudian, setelah pater Staal Sj menginjakkan kaki di bumi Borneo pengujung abad 18.
Kongsi-kongsi di Monterado dan Budok jauh hari sebelumnya, dikelola Cina Bintang Lima. Mula-mula diberi privelese oleh Sultan Sambas, namun seiring makin berjalanya tambang emas dan bisnis lambang kemakmuran ini --imigran Cina mendirikan negeri sendiri. Hingga luas wilayahnya sampai Mandor kini.
Akan halnya SAMBAS, berasal dari dialek Cina setempat. Sam = tiga, Bas = Suku yang menunjuk pada Dayak, Melayu, dan Cina.
Itu sebabnya, saya telah menulis bahwa Kerusuhan Sambas (The solution to the Sambas dalamThe Jakarta Post, April 20 1999) tidak dapat dilepaskan begitu saja dari sejarah masa lalu, terutama bagaimana ketiga suku (Dayak, Melayu, dan Tionghoa) berinteraksi.Sentimen sebagai sama-sama penghuni Kalimantan Barat sejak zaman prakolonial, kemudian pengalaman sejarah diserang musuh dari luar seperti Inggris pada 1812 (Lontaan, 1975: 131, 138) menumbuhkan solidaritas yang tinggi di antara ketiga suku tersebut.
Wilayah Kerajaan Sambas dikenal mengandung tambang emas yang luar biasa. Kekayaan alam ini mengundang perhatian dunia luar, sehingga pada pengujung abad 18 datanglah secara besar-besaran imigran dari Cina (Heidhues, 2003: 12-13) untuk mengeksploitasi dan dipekerjakan di pusat-pusat pertambangan emas di wilayah Mempawah dan Monterado.
Sedemikian kuat dominasi etnis Tionghoa di Kalimantan Barat, terutama pada periode sebelum 1942, sehingga disebut sebagai “Little China in Tropics” yang menunjukkan betapa etnis Cina di Kalimantan Barat merupakan miniatur RRC dari berbagai aspek kehidupan, termasuk adat istiadat, agama, bahasa, dan budaya.
Pada 24 Juli 1812, tiba di Sambas kapal Perang East Indian Company yang bertujuan menyerang dan menduduki negeri Sambas. Kedatangan kapal perang Inggris ini bertepatan dengan tidak berada di tempat Pangeran Sultan Sambas yang sedang pergi ke Sarawak.Penyerangan sebagai tindak balasan atas tenggelamnya kapal Cendana milik Inggris di perairan Banjarmasin pada 1789.
Secara susah payah pasukan Inggris mencoba menaklukkan Sambas, namun belum berhasil. Akhirnya, komandan pasukan Inggris berhasil membujuk penduduk setempat untuk membantu dengan iming-iming hadiah, maka berangkatlah pasukan Inggris memasuki Sungai Sambas Besar dan mendarat di Kartiasa.
Selanjutnya, bergerak ke selatan menyusuri Sungai Sambas Kecil menuju ke kota Sambas.
Kontak senjata antara pasukan Inggris dan pasukan kerajaan Sambas tidak terhindarkan lagi.Karena semakin terdesak akibat kalah dalam bidang persenjataan, pasukan Sambas mundur dan bertahan di kubu-kubu dekat kampung Pendawan sekarang ini.
Sementara itu, pasukan Inggris terus maju menyusur Sungai Sambas Kecil hingga ke muara sungai Teberau. Pasukan Inggris berhasil membumihanguskan sebuah kampung yang hingga kini bernama “Kampung Hangus” di Sambas.
Pada awal 1813, pasukan pembela tanah Sambas menyerah dan takluk pada Inggris.Solidaritas tiga suku mayoritas di Sambas ketika diserang Inggris.
Tjhai Chui Mie,tokoh kita ini, mengingatkan masa lalu. Dahulu kala, wilayah ini memang Little China in Tropics. Di dalam keindonesiaan, wajahnya kini bermetamorfosis.
Saya pribadi, entah Anda, suka melihat perempuan Cina mengenakan seragam birokrat. Atribut itu baliknya adalah: amanat. Ia berkata kepada saya, "Menghabiskan uang itu gampang, tidak usah sekolah dan belajar. Tapi mendatangkan uang itu tidak mudah."
Bandar udara (bandara) Singkawang salah satu bukti ujarannya. Di masa pengabdian sebagai walikota, ia akan menuntaskannya.
Dan saya berjumpa dengan salah seorang pemodal, taipan besar negeri ini, di sebuah hotel megabintang di bilangan Cikini, Jakarta. "Chui Mie memang pantas kita dukung," singkat saja ia berkata.
Asal mafhum saja, di kalangan para hoa kiao, kepercayaan nomor 1. Dalam banyak hal. Terutama, dan utama, terletak pada: integritas seseorang.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews