Suara dan Bau Vespa

Pastikan sidik jari, sidik lidah, aroma tubuh, dan suara kita terekam dalam memori orang lain sebagai satu file kenangan yang indah.

Minggu, 1 Mei 2022 | 14:47 WIB
0
173
Suara dan Bau Vespa
Vespa lama (Foto: kompas.com)

Hari minggu lalu, seusai main tennis, temen saya mau pulang, dia pake Vespa (lama). Dia hidupkan mesinnya. Beberapa saat saya tertegun. 

“Jangan dulu pergi,” saya bilang. 

“Ada apa?” jawabnya. 

“Sebentar.”

Dia matikan mesinnya.

“Jangan dimatikan.”

Dia keheranan. Dihidupkan lagi mesinnya. Beberapa saat saya dengarkan suara mesin Vespa itu. Lalu tercium bau asap knalpotnya. 

Tak terasa mata saya berkaca-kaca. Ada perasaan rindu bercampur sedih yang menyeruak dalam dada. Ingatan saya melayang ke masa kecil, puluhan tahun lalu. 

Suara mesin Vespa itu mengingatkan saya pada Bapak. Saya biasa mendengar suara Vespa ketika Bapak hendak berangkat atau pulang kerja dari kantor. 

Setiap kali mendengar suara itu mendekat, pikiran saya langsung menyimpulkan, ‘Bapak pulang’. Senang rasanya.     

“Silakan kalo mau pulang,” kata saya. Masih penuh keheranan, teman saya pulang. 

Saya duduk termangu. Bukankah setiap motor yang jenisnya sama, suaranya juga sama? Ternyata tidak. 

Tidak setiap suara Vespa mengingatkan saya ke Bapak. Pun saya yakin, suara satu motor Honda bebek, tidak sama dengan suara motor Honda bebek lainnya, dengan varian dan tahun yang sama. 

Mungkin perbedaannya amat sangat sangat kecil sekali. Tapi tetep beda. Begitupun Vespa, motor jenis lain, atau mobil.

Di jalan kompleks rumah saya ada dua ekor kucing yang selalu berlari di samping motor seorang tetangga saya, setiap kali ia berangkat atau pulang dari mesjid. Mungkin Si Bapak suka ngasih makan kucing-kucing itu. 

Satu hari saya melihat salah satu kucing itu sedang tidur di teras rumah saya. Tiba-tiba kucing itu bangun, berdiri, dan bergerak ke arah jalan. 

Baru beberapa saat kemudian, saya mendengar suara motor (Honda Bebek) yang dikendarai Si Bapak tetangga saya itu. Pulang dari mesjid. Kucing itu pun berlari mengejarnya. Telinga kucing itu menangkap suara yang sudah terekam dalam memorinya. 

Jadi bisa disimpulkan bahwa telinga dan hidung adalah juga berfungsi sebagai pemindai untuk memverifikasi impuls yang masuk, berupa suara dan bau. 

Sama seperti pola sidik jari, sidik lidah, bau tubuh, citra mata, suara, atau DNA, yang masing-masing orang berbeda-beda. 

Setiap suara dan bau dari setiap sumbernya seperti barcode atau citra kode yang tersimpan di memori. 

Ketika telinga atau hidung menangkap impuls tertentu, dan jika suara atau bau itu sudah terekam di memori, maka ingatan akan menuntun kita pada seseorang atau satu benda. 

Maka secara otomatis kita akan melihat tayangan ‘film masa lalu’ bersama orang (atau benda) pemilik suara atau bau tertentu itu. 

Memori manusia menyimpan triliunan file yang bisa dibuka dengan suara atau bau. Jadi, pastikan sidik jari, sidik lidah, aroma tubuh, dan suara kita terekam dalam memori orang lain sebagai satu file kenangan yang indah. 

Agar jika pada satu hari nanti seseorang menangkap suara atau aroma tubuh kita, ia akan mengingat kita sebagai orang baik, indah untuk dikenang.

***