Tidak mudah menemui Kyai Haji Maimoen Zubair, alias Mbah Maimoen (91). Untuk bisa bertemu dengan beliau, kami yang bukan apa-apa ini harus menunggu berhari-hari, bahkan dua kali kedatangan ke pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang dalam bulan yang berbeda.
Waktu itu, dua tahun lalu kami mengerjakan proyek program dokumenter dari Falcon, untuk profil kyai-kyai pemilik pondok pesanstren di Jawa-Madura. Bukan pekerjaan ringan, karena tak mudah menemui para kyai sepuh dan kharismatik, yang tak butuh publisitas. Sementara sebagai kerja proyek, kami dibatasi waktu.
Ke Rembang kedua kalinya, setelah kunjungan pertama beberapa bulan sebelumnya nihil, ada harapan diterima Mbah Maimoen. Dua hari kami tunggu. Mas Hakim, temen saya yang anak pesantren dan ngerti bahasa Arab, sudah seharian saya minta nongkrongin ndalem Mbah Maimoen. Sampai akhirnya lampu hijau untuk kami ketemu. Tetamu Mbah Maimoen yang ngaudubillah ngantri.
Beberapa santri, yang selalu berada di kanan-kiri, depan-belakang Mbah Maimoen banyak banget. Kamera di tangan selalu diawasi mereka. Kesempatan untuk coverage suasana beberapa kali ditegur.
Sampai akhirnya giliran kami pun tiba. Bermuka-muka dengan Mbah Mainum. Kopi panas sudah tersedia di meja. Dan ketika saya hendak membuka dengan pertanyaan, Mbah Maimoen menyergahnya, menyilakan kami, "Monggo, diunjuk dulu kopinya,..."
Dimanggakke mbah kyai sepuh itu, dan duduk sejajar, sementara para santrinya belum tentu dapat keistimewaan itu, membuat kami tergetar. Haru. Karena siapa sih kami ini? Rasanya kayak nonton video Raffi Ahmad Fauzi berteriak manggil 'Bapak" pada Jokowi, terus kemudian menggelendot pada Sang Presiden.
Setelah mencecap kopi yang nikmat luar biasa, kami hanya spik-spik kecil. Belum sampai interview, dan tak lebih tujuh menit, kami harus keluar dari ruangan itu. Karena ada penggede mau datang. Saya dan Mas Hakim kembali jadi penonton di pinggiran.
Yang terdahsyat mengesankan saya, wajah Mbah Maimoen yang adem. Menenangkan. Alis Mbah Maimoen, bagian yang paling menggetarkan. Kyai Sepuh itu sangat berwibawa, dan sakti. Kharismatik. Tuhan memberkatimu, Mbah Maimoen.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews