Puisi Sapardi adalah puisi tentang bagaimana sederhananya sebuah kehidupan untuk dinikmati, memaknai kesederhanaan dengan cara sederhana lewat aliran alam, lewat api yang meredup,
Sapardi meninggal dunia siang ini (19/7) menjadi kedukaan bagi banyak orang. Seliweran lini masa ucapan duka dilontarkan para netizen di media sosial. Ini menandakan Sapardi menjadi sebuah prasasti dalam kenangan publik.
Hujan, angin, daun, ruang sepi dan waktu di tangan Sapardi punya romantis-nya sendiri yang mengelus kesadaran akan jatuh cinta, rasa hangat, kesepian menjadi simpanan manis dalam laci laci kehidupan. Sapardi telah membawa puisi di masa Orde Baru dari puisi kritik sosial menjadi puisi yang domestik dimana pekik perlawanan diubah menjadi “rindu akan hangatnya rumah”, “tentang dahan dahan patah, tentang daun yang jatuh dan pikiran di tepi jendela yang menebak nebak langit malam.
Berbeda dengan WS Rendra yang mampu menjadikan puisi-nya bercerita dengan lugas. Tubuh perempuan, rambutnya yang panjang serta luruhan daun jambu jadi satu rangkaian utuh, atau sajak orang tua yang mengenang kemenangan di masa muda, WS Rendra menjadikan ‘rumah rumah kata seperti kereta yang berjalan cepat, dinamis tapi romantik.
Di tangan Sapardi, puisi menjadi ‘waktu yang berhenti’. Membaca puisi Sapardi seperti membaca sebuah ketenangan yang tak bisa dirumuskan, ia seperti diri kita melihat keseharian dari sisi yang lain. Keseharian yang tenang, keseharian yang melembutkan kemarahan, keseharian yang meredam tudingan tudingan. Sapardi membawa romansa keseharian dalam bentuk paling indahnya. “Jendela Jendela kamar, Hujan yang membasahi tanah, dahan dahan yang hampir patah, kelopak bunga, cangkir teh di tepi teras sampai pada tanggalan kalender seperti “Hujan Di Bulan Juni”.
Puisi Sapardi adalah puisi tentang bagaimana sederhananya sebuah kehidupan untuk dinikmati, memaknai kesederhanaan dengan cara sederhana lewat aliran alam, lewat api yang meredup, suara aliran air dan bertemu pada wajah sang perindu.
Sajak Sapardi adalah dirimu mengenang kehidupan, sajak Sapardi adalah rembulan yang menggantung pada matamu dan Sajak Sapardi adalah dirimu merasa damai melihat matahari sore di tengah tengah kelopak daun daun hijau dan menjadi ‘ranting yang patah’.
Pada dasarnya kenapa mangkatnya Sapardi ditangisi, karena sebagian diri kita terasa pergi oleh sajak sajak Sapardi...
Selamat Jalan Pak Sapardi Djoko Damono...
Anton DH Nugrahanto
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews